Sukses

Relawan Tragedi Halloween Itaewon Ceritakan Kisah Traumatis saat Tolong Korban

Seorang wanita mengungkapkan dirinya membantu korban tragedi Halloween Itaewon dengan resusitasi jantung paru (CPR) yang belum pernah dia lakukan sebelumnya,

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Halloween Itaewon di Seoul, Korea Selatan, meninggalkan luka yang mendalam. Peristiwa menyedihkan itu terjadi pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022.

Korban jiwa dan luka-luka berjatuhan akibat tragedi Halloween Itaewon. Kerumunan yang menyesakkan menjadi akar dari tragedi ini.

Kisah haru datang dari seorang warga negara asing yang mengunjungi Itaewon malam itu. Dilansir BBC (31/10/2022), Ana, perempuan berusia 24 tahun dari Spanyol, dan temannya, Melissa, 19 tahun, dari Jerman, berada di sebuah bar di sebelah tempat terjadinya peristiwa nahas tersebut.

Mereka mencoba untuk pergi sekitar pukul 23:00 waktu setempat, ketika mereka melihat ambulans masuk dan polisi berlarian meminta orang-orang untuk pindah untuk memberi ruang bagi korban yang meninggal dan terluka.

"Ada begitu banyak orang sehingga mereka membutuhkan (bantuan) orang normal untuk melakukan resusitasi jantung paru (CPR). Jadi semua orang mulai terjun dan membantu. Kami memiliki dua teman yang tahu bagaimana melakukan CPR dan mereka keluar untuk membantu," kata Ana kepada BBC.

"Tiga menit kemudian atau mungkin lebih, mereka kembali, terlihat sangat trauma dan menangis. Karena mereka mencoba menyelamatkan lima atau enam orang dan mereka semua meninggal saat coba ditangani teman-teman saya," ungkap Ana.

Ana menambahkan, dirinya ikut keluar dan menolong dua orang gadis di sana. Dia tidak tahu bagaimana cara melakukan CPR, tetapi wanita itu mengikuti instruksi dari orang-orang di sekitar, bagi korban Halloween di Itaewon. 

 

2 dari 4 halaman

Tidak Tertolong

"Mereka memberitahu saya bagaimana memegang kepala dan membuka mulut korban, dan hal-hal seperti itu. Saya mencoba untuk membantu, tetapi mereka berdua (korban) juga sudah meninggal," ujar Ana.

Ana mengatakan, dia menyuruh semua orang membantu melakukan CPR bagi orang-orang yang menjadi korban. Akan tetapi, kebanyakan dari korban sudah tidak bernapas sehingga dia dan yang lainnya tidak bisa melakukan apa-apa.

"Kami tidak dapat melakukan apapun, itulah trauma utamanya," ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Memakan Ratusan Korban

Sebelumnya, ribuan remaja dan orang dewasa berusia 20-an tahun turun ke Itaewon dengan kostum Halloween. Ini merupakan pertama kalinya bisa berpesta setelah dua tahun pembatasan Covid di Korea Selatan.

Namun, akibat kerumunan yang menyesakkan ini lebih dari 150 orang meninggal dunia dan lebih dari 80 orang terluka. Bahkan, seorang saksi menyamakan tragedi tersebut dengan film perang.

Raphael Rashid, seorang jurnalis lepas, mengatakan kepada BBC bahwa ada, "puluhan ribu orang -- paling banyak yang pernah saya lihat. Begitu banyak orang -- sampai-sampai kami terhimpit di trotoar".

4 dari 4 halaman

Tetap Berupaya Menolong

Raphael Rashid mengatakan, tidak ada yang benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi. Bahkan, beberapa polisi berdiri di atas mobil polisi dengan putus asa mencoba memberi tahu orang-orang untuk meninggalkan daerah itu sesegera mungkin.

Seorang petugas medis di tempat kejadian, Dr Lee Beom-suk, mengatakan kepada penyiar lokal YTN bahwa dia telah mencoba menghidupkan kembali beberapa korban dengan CPR, tetapi jumlah korban terlalu banyak.

"Jumlahnya meledak segera setelah itu, melebihi jumlah responden pertama di tempat kejadian. Banyak pengunjung yang datang untuk membantu kami dengan CPR," ujar Lee.

"Begitu banyak wajah korban yang pucat," imbuhnya.

"Saya tidak bisa menangkap denyut nadi atau nafas mereka dan banyak dari mereka yang hidungnya berdarah," dia menambahkan.