Sukses

Apa Itu Impulsive dan Complusive Buying? Simak Perbedaannya Berikut Ini

Impulsive buying dan compulsive buying menjadi perbincangan kala ini. Apa itu perbedaannya?

Liputan6.com, Jakarta Apakah kalian paham dengan istilah impulsif dan kompulsif? Akhir-akhir ini, istilah tersebut menjadi patokan untuk seseorang yang hobi berbelanja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompulsif adalah perilaku yang bersifat mendorong atau memaksa. Sementara itu, impulsif adalah perilaku yang bersifat cepat dalam bertindak secara tiba-tiba mengikuti kemauan hati.

Tak kenal gender, siapa saja bisa menjadi seorang yang hobi belanja. Apalagi dengan adanya sistem penjualan online sehingga memudahkan semua orang untuk mendapatkan sesuatu secara instan.

Saat ini, seseorang yang gemar belanja kerap disebut dengan istilah impulsive buying dan compulsive buying. Lantas apa perbedaan dari kedua istilah tersebut?

Dilansir Verywellmind, impulsive buying berasal dari godaan sesaat, sedangkan compulsive buying disebabkan oleh kebutuhan untuk mencari kesenangan dan menghilangkan perasaan tertekan.

Secara sederhana, perilaku kompulsif adalah besifat tidak direncanakan sedangkan perilaku impulsif adalah bersifat terencana. Keduanya merupakan perilaku belanja yang dapat menimbulkan perasaan menyesal dan kesulitan dalam mengatur keuangan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Impulsive Buying

Perilaku impulsif melibatkan pembelian barang-barang yang tidak direncanakan untuk dibeli oleh seseorang. Ini sering terjadi secara tidak terduga dan dalam momen yang secara mendadak menemukan barang yang terlalu menarik untuk dilewatkan.

Penelitian menunjukkan bahwa belanja impulsif meningkat selama pandemi COVID-19. Perasaan stres dan kecemasan yang dikombinasikan dengan lebih banyak waktu di rumah secara tidak langsung kemungkinan besar berkontribusi. Hal ini menunjukkan bagaimana orang sering menggunakan belanja untuk mengatasi emosi, menghilangkan kesusahan, dan memperbaiki suasana hati.

Beberapa tanda kalian berperilaku impulsif, antara lain:

  • Menghabiskan lebih banyak uang daripada semestinya
  • Pergi ke toko yang sering memicu pembelian impulsif
  • Merasa puas seketika setelah pembelian yang tidak direncanakan
  • Sering mengembalikan pembelian impulsif karena penyesalan
3 dari 4 halaman

Compulsive Buying

Berbeda dengan impulsive buyingcompulsive buying lebih dari sekedar menghabiskan dari yang semestinya. Hal ini melibatkan kebutuhan kompulsif untuk membeli banyak barang yang di antaranya tidak dibutuhkan.

Orang-orang yang terlibat dalam belanja kompulsif melakukannya untuk meningkatkan mood mereka, meningkatkan citra diri, mendapatkan dukungan sosial, hingga mengatasi stres.

Belanja kompulsif sering menyebabkan perasaan malu, bersalah, dan penyesalan yang kuat. Orang yang berbelanja secara kompulsif juga rentan mengalami masalah keuangan dan hubungan, karena pengeluaran mereka yang berlebihan.

Sebagian besar para ahli percaya bahwa belanja kompulsif adalah bentuk kecanduan perilaku, meskipun tidak diakui sebagai kondisi yang berbeda dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), yaitu alat yang digunakan penyedia layanan kesehatan untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental.

Beberapa tanda kritis dari perilaku kompulsif, meliputi:

  • Kesehatan keuangan yang menurun atau jumlah utang cicilan yang tinggi
  • Hubungan yang tertekan karena pengeluaran atau belanja terlalu banyak
  • Kehilangan kendali saat berbelanja
  • Berbelanja untuk menghindari perasaan bersalah tentang berbelanja sebelumnya
  • Berbelanja untuk menghilangkan perasaan tertekan secara emosional
4 dari 4 halaman

Cara Mengatasinya

Jika kalian merasa perilaku belanja ini menyebabkan permasalahan yang serius, kalian dapat menggunakan beberapa strategi untuk membantu mengendalikan perilaku belanja tersebut:

  1. Lebih memperhatikan ketika ingin mengeluarkan uang.
  2. Tetapkan budget.
  3. Hindari pembayaran dengan sistem kredit.
  4. Minimalkan obsesi pada suatu hal.
  5. Tindakan seperti ini dapat membantu mengurangi pengeluaran impulsif. Orang yang mengalami pengeluaran kompulsif juga akan mendapat manfaat dari berbicara dengan penyedia layanan kesehatan dan penasihat keuangan.

Meskipun tidak ada "obat" untuk belanja kompulsif, namun banyak orang yang terlibat dalam perilaku ini dapat memperoleh kembali rasa kontrol dan meningkatkan keuangan dan hubungan mereka.

Mempertahankan kemajuan sangat penting karena belanja adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari. Lantaran godaan akan selalu ada, sehingga orang perlu mengembangkan keterampilan mengatasi yang membantu mereka mengelola keinginan untuk berbelanja secara berlebihan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.