Liputan6.com, Jakarta - Nama Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Sekjen PBB Antonio Guterres saat ini tengah ramai diperbincangkan di platform sosial media Twitter.
Pasalnya, setelah ia bertemu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam pertemuan bilateral di Hotel Sokkha, Phnom Penh, Kamboja pada Sabtu 12 November 2022 lalu, Antonio menyampaikan sangat menghargai kepemimpinan Indonesia dalam mengelola G20 sejauh ini dan akan berikan dukungan penuh pada saat keberlangsungan KTT.
Baca Juga
Selain itu, Sekjen PBB Antonio Guterres menambahkan pujian terkait penilaian Indonesia yang telah berupaya mempromosikan dialog di tengah ketegangan geopolitik global, demi menemukan titik damai.
Advertisement
Presiden Jokowi pun menyampaikan terima kasih atas konfirmasi kehadiran Sekjen PBB di KTT G20 Indonesia.
“Saya juga ingin menyampaikan terima kasih atas kesediaan Yang Mulia untuk sampaikan pandangan di sesi Ketahanan Energi dan Pangan,” ucap Presiden Jokowi, dikutip dalam video di akun YouTube Sekretariat Presiden pada Selasa (15/11/2022).
Pernyataan pujian dari Antonio Guterres menuai banyak asumsi warganet yang menyatakan bahwa Jokowi layak jadi Sekjen PBB selanjutnya. Tak hanya itu, ada pun cuitan kontra yang kurang setuju dengan pernyataan tersebut.
”Daripada jadi Sekjen PBB, lebih baik Jokowi jadi Ketua Umum Partai Politik saja. Karena pengaruh politiknya masih cukup kuat pasca menjabat Presiden,” salah satu akun Twitter mengomentari.
“Sidang tahunan PBB saja absen terus, gimana mau jadi Sekjen PBB?” ungkap akun lainnya.
“Jangan gitulah, harusnya kita dukung beliau secepatnya jadi Sekjen PBB. Bila perlu tahun ini, bulan depan ada kan siding istimewa PBB,” akun lain menimpali.
Lantas, siapa sajakah mereka yang pernah menjabat sebagai Sekjen PBB? Berikut dihimpun Liputan6.com:
Daftar Mantan Sekertaris Jenderal PBB
Dilansir melalui situs resmi PBB, berikut daftar nama yang pernah menjabat sebagai Sekjen PBB dari 1946 sampai 2016:
1. Trygve Lie (1946 -1952 Asal Norwegia)
Sekjen PBB pertama adalah Trygve Lie, lahir pada 16 Juli 1896, di Oslo, Norwegia. Ia menempuh pendidikan di Universitas Oslo, di mana, ia memperoleh gelar sarjana hukum pada 1919.
Semasa hidupnya, Mr. Lie sempat menjadi penjabat Menteri Luar Negeri pada Desember 1940 dan diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Norwegia pada Februari 1941.
Pada 1945, Tuan Lie memimpin delegasi Norwegia ke Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Organisasi Internasional di San Francisco dan menjadi Ketua Komisi III untuk merancang ketentuan Dewan Keamanan Piagam.
Kemudian pada 1 Februari 1946, ia terpilih sebagai Sekretaris Jenderal pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dia secara resmi dilantik oleh Majelis Umum pada pertemuan ke-22 pada 2 Februari 1946. Kemudian mengundurkan diri sebagai Sekjen PBB pada November 1952.
Advertisement
2. Dag Hammarskjöld (1953-1961 Asal Swedia)
Bernama lengkap Dag Hjalmar Agne Carl Hammarskjöld, lahir pada 29 Juli 1905 di Jönköping di selatan-tengah Swedia.
Ia menjabat sebagai Sekjen PBB dari 10 April 1953 hingga 18 September 1961. Pada 20 Desember 1954, ia menjadi anggota Akademi Swedia dan terpilih untuk mengambil kursi di Akademi yang sebelumnya dipegang oleh ayahnya.
Terpilih untuk dua periode sebagai Sekretaris Jenderal, Mr. Hammarskjöld diangkat dengan suara bulat sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Majelis Umum pada tanggal 7 April 1953 atas rekomendasi Dewan Keamanan.
Selama masa jabatannya, Tuan Hammarskjöld melakukan banyak tanggung jawab untuk PBB dalam upayanya untuk mencegah perang dan melayani tujuan lain dari Piagam.
Di bidang pekerjaan lain, Tuan Hammarskjöld bertanggung jawab atas organisasi pada 1955 dan 1958 konferensi internasional PBB pertama dan kedua tentang penggunaan energi atom secara damai di Jenewa.
Kemudian, pada 1962, ia merencanakan konferensi PBB tentang penerapan sains dan teknologi untuk manfaat dari daerah-daerah yang kurang berkembang di dunia.
3. U Thant (1961-1971 Asal Myanmar)
U Thant lahir di Pantanaw, Burma, pada 22 Januari 1909, dan dididik di Sekolah Menengah Nasional di Pantanaw dan di University College, Rangoon.
Pada saat diangkat sebagai Sekjen PBB, ia pernah menjadi Perwakilan Tetap Burma untuk PBB, dengan pangkat Duta Besar (1957-1961).
Pada tahun 1961, U Thant adalah Ketua Komisi Konsiliasi Kongo Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Ketua Komite Dana Pembangunan Modal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
U Thant mulai menjabat sebagai Sekjen PBB sejak 3 November 1961, ketika ia dengan suara bulat ditunjuk oleh Majelis Umum, atas rekomendasi Dewan Keamanan, untuk mengisi masa jabatan Sekretaris Jenderal yang belum berakhir, Dag Hammarskjold.
Kemudian dengan suara bulat diangkat sebagai Sekretaris Jenderal oleh Majelis Umum pada 30 November 1962 untuk masa jabatan yang berakhir pada 3 November 1966.
U Thant diangkat kembali untuk masa jabatan kedua sebagai Sekjen PBB oleh Majelis Umum pada 2 Desember 1966 atas rekomendasi bulat Dewan Keamanan. Dan masa jabatannya berlanjut hingga 31 Desember 1971.
Advertisement
4. Kurt Waldheim (1972-1981 Asal Austria)
Kurt Waldheim lahir di Sankt Andra-Wordern, dekat Wina, Austria, pada tanggal 21 Desember 1918. Ia lulus dari Universitas Wina sebagai Doctor of Jurisprudence pada tahun 1944 dan juga lulusan Akademi Konsuler Wina.
Dari Januari 1968 hingga April 1970, Mr. Waldheim adalah Menteri Federal Urusan Luar Negeri Austria. Setelah meninggalkan Pemerintah, ia dengan suara bulat terpilih sebagai Ketua Komite Pengaman Badan Energi Atom Internasional.
Pada bulan Oktober 1970, ia kembali menjadi Wakil Tetap Austria untuk PBB, sebuah jabatan yang dipegangnya sampai ia terpilih sebagai Sekjen PBB.
Masa jabatannya lima tahun yang dimulai pada tanggal 1 Januari 1972. Dewan Keamanan telah merekomendasikan pengangkatan tersebut pada tanggal 21 Desember 1971 dan Majelis Umum menyetujuinya secara aklamasi pada hari berikutnya.
Selama tiga tahun pertamanya sebagai Sekretaris Jenderal, Mr. Waldheim mempraktekkan untuk mengunjungi daerah-daerah yang menjadi perhatian khusus PBB.
Ia juga menyelenggarakan dan berpidato di sejumlah konferensi internasional besar yang diadakan di bawah naungan PBB.
5. Javier Perez de Cuellar (1982-1991 Asal Peru)
Tuan Perez de Cuellar lahir di Lima, Peru, pada 19 Januari 1920. Pada saat itu, ia adalah seorang pengacara dan diplomat karir.
Ia menjabat sebagai Sekjen PBB pada 1 Januari 1982. Kemudian, pada 10 Oktober 1986, ia diangkat untuk masa jabatan kedua, yang dimulai pada 1 Januari 1987.
Sebelumnya, pada tahun 1979, ia diangkat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik Khusus. Kemudian pada April 1981, saat masih memegang jabatan ini, ia bertindak sebagai Wakil Pribadi Sekretaris Jenderal untuk situasi yang berkaitan dengan Afghanistan.
Dalam perjalanan karirnya, Mr. Perez de Cuellar didekorasi oleh sekitar 25 negara.
Pada Oktober 1987, ia dianugerahi Penghargaan Pangeran Asturias untuk promosi kerja sama Ibero-Amerika. Kemudian, pada Januari 1989, ia dianugerahi Olof Palme Prize for International Understanding and Common Security oleh Olof Palme Memorial Fund.
Lalu, pada Februari 1989, ia dianugerahi Penghargaan Jawaharlal Nehru untuk Pemahaman Internasional.
Advertisement
6. Boutros Boutros-Ghali (1992-1996 Asal Mesir)
Lahir pada 14 November 1922, Tuan Boutros Boutros-Ghali merupakan Sekjen PBB keenam yang diangkat pada tanggal 1 Januari 1992, ketika ia memulai masa jabatan lima tahun.
Pada saat pengangkatannya oleh Majelis Umum pada 3 Desember 1991, Mr. Boutros-Ghali telah menjadi Wakil Perdana Menteri Luar Negeri Mesir sejak Mei 1991 dan menjabat sebagai Menteri Negara Luar Negeri dari Oktober 1977 hingga 1991.
Boutros-Ghali telah lama berhubungan dengan urusan internasional sebagai diplomat, ahli hukum, sarjana dan penulis yang diterbitkan secara luas.
Ia menjadi anggota Parlemen Mesir pada tahun 1987 dan merupakan bagian dari sekretariat Partai Demokrat Nasional sejak tahun 1980.
Sampai pada akhirnya menjabat sebagai Sekjen PBB, ia juga Wakil Presiden Sosialis Internasional dan ia selama karirnya, ia telah menerima penghargaan dan kehormatan dari 24 negara.
7. Kofi Annan (1997-2006 Asal Ghana)
Lahir di Kumasi, Ghana, pada 8 April 1938, ia adalah Sekjen PBB ketujuh, menjabat dari tahun 1997 hingga 2006 dan merupakan orang pertama yang muncul dari jajaran staf PBB.
Kofi Annan menyelesaikan studi sarjana ekonominya di Macalester College di St. Paul, Minnesota pada tahun 1961.
Kemudian pada tahun 1961 sampai 1962, ia mengambil studi pascasarjana di Institute of International Affairs di Jenewa, dan pada tahun 1972 memperoleh gelar Master of Science di Sloan School of Management di Massachusetts Institute of Technology.
Salah satu prioritas utama Annan sebagai Sekretaris Jenderal adalah program reformasi komprehensif yang bertujuan untuk merevitalisasi PBB dan membuat sistem internasional lebih efektif.
Ia adalah advokat konstan untuk Hak Asasi Manusia, Supremasi Hukum, Tujuan Pembangunan Milenium dan Afrika, dan berusaha untuk membawa Organisasi lebih dekat ke publik global dengan menjalin hubungan dengan masyarakat sipil, sektor swasta dan mitra lainnya.
Atas inisiatif Annan, pemeliharaan perdamaian PBB diperkuat dengan cara-cara yang memungkinkan PBB untuk mengatasi peningkatan pesat dalam jumlah operasi dan personel.
Advertisement
8. Ban Ki Moon (2007-2016 Asal Korea)
Ban Ki Moon lahir di Republik Korea pada 13 Juni 1944, ia merupakan Sekjen PBB terakhir, sebelum Antonio Guterres menjabat hingga saat ini.
Ban menjabat dari 1 Januari 2007 hingga 31 Desember 2016. Kemudian, pada 21 Juni 2011, ia dipilih kembali dengan suara bulat oleh Majelis Umum untuk mandat kedua.
Salah satu prakarsa besar pertama Sekretaris Jenderal adalah KTT Perubahan Iklim tahun 2007 , diikuti dengan upaya diplomasi ekstensif yang telah membantu menempatkan masalah ini di garis depan agenda global.
Upaya selanjutnya untuk fokus pada target anti-kemiskinan utama dunia, Tujuan Pembangunan Milenium, telah menghasilkan lebih dari 60 US Dolar miliar, dengan penekanan khusus pada Afrika dan Strategi Global baru untuk Kesehatan Wanita dan Anak.
Pada puncak krisis pangan, energi, dan ekonomi pada tahun 2008, Ban Ki Moon berhasil mengimbau G20 untuk paket pembiayaan 1 US Dolar triliun untuk negara-negara berkembang dan mengambil langkah-langkah lain untuk memandu tanggapan internasional dan melindungi yang rentan dan miskin.
Ia juga berhasil menekan pembentukan UN Women, sebuah badan baru yang besar yang mengkonsolidasikan pekerjaan PBB di bidang ini.
9. Antonio Guterres (2016-Sekarang Asal Portugal)
Mantan Perdana Menteri Portugal, Antonio Guterres resmi menjadi sekretaris jenderal PBB setelah diambil sumpahnya pada Senin 12 Desember 2016.
Guterres berjanji akan membantu menghadirkan solusi damai bagi berbagai konflik dan mereformasi PBB menjadi lebih efektif.
"Dari krisis akut di Suriah, Yaman, Sudan Selatan dan di tempat lain, termasuk konflik berkepanjangan Israel-Palestina, kita perlu media, arbitrase serta diplomasi yang kreatif," kata Guterres seperti dikutip dari Reuters, Selasa 13 Desember 2016.
Guterres menggantikan Ban Ki-moon yang telah menjabat selama dua periode. Pada tahun 1995 hingga 2002 ia menjabat sebagai PM Portugal dan rentang 2005-2015 ia menjadi Komisari Tinggi PBB untuk pengungsi.
Ia menjadi Sekjen PBB ke-10 setelah mengalahkan 12 kandidat lainnya, di mana, tujuh di antaranya adalah perempuan. Sempat muncul dorongan agar badan dunia yang telah berusia 71 tahun itu dipimpin seorang wanita.
Guterres sempat menyinggung hal tersebut dengan mengatakan bahwa ia akan mengedepankan kesetaraan gender di sepanjang lima tahun kepemimpinannya.
Sejumlah diplomat mengatakan, Guterres akan segera menunjuk Menteri Lingkungan Nigeria, Amina Mohammed sebagai Wakil Sekjen PBB. Ia juga disebut-sebut akan menunjuk seorang perempuan sebagai kepala stafnya sebelum akhir tahun ini.
Sebelum menjadi menteri lingkungan Nigeria, Amina merupakan penasihat khusus Ban dalam rencana pembangunan pasca-2015. Ia dinilai berprestasi karena kemudian buah pikirannya diadopsi oleh Majelis Umum PBB sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan untuk 15 tahun ke depan.
Guterres tercatat sebagai eks kepala pemerintahan pertama yang terpilih sebagai sekjen PBB.
"Dia ingin membuat sebuah guncangan besar, melalui perombakan. Dia ingin menciptakan sebuah perasaan yang berbeda sebagai sekjen yang memainkan peran sebagai pemimpin kolektif dari PBB," ungkap salah seorang diplomat senior.
"Dengan memiliki apa yang disebutnya sebagai kabinet, seperti layaknya ketika dia menjadi PM, maka para pejabat akan rapat setiap minggu dan secara kolektif mereka akan bertanggung jawab atas totalitas organisasi," imbuhnya.
Saat ini perhatian pun mengarah kepada sispa yang ditunjuk Guterres untuk mengisi sejumlah pos penting. Beredar kabar bahwa Tiongkok mengincar posisi sebagai kepala pasukan perdamaian sementara Rusia pun ingin memainkan peran tak kalah penting.
Advertisement
10. Gladwyn Jebb (1945-1946 Asal Inggris)
Jauh sebelum Antonio Guterres, ada Sir Hubert Miles Gladwyn Jebb, First Lord dan Baron Gladwyn yang dikenal sebagai Gladwyn Jebb.
Setelah Perang Dunia, Gladwyn Jebb menjadi Sekretaris Eksekutif Komisi Persiapan PBB pada Agustus 1945. Ia kemudian menjadi Sekjen sampai terselenggaranya pemilihan Sekjen.
Pria kelahiran Inggris, 25 April 1900 itu merupakan pegawai negeri, diplomat, dan politikus. Ia adalah anak dari Sydney Jebb, yang berasal dari Firbeck Hall (Yorkshire).
Jebb belajar di Eton College lalu melanjutkan ke Magdalen College, Oxford dan lulus sebagai peringkat pertama dalam Ilmu Sejarah.
Pada 1929, ia menikah dengan Cynthia. Pernikahan tersebut melahirkan seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Jebb masuk dalam Dinas Diplomatik pada1924 dan mulai bertugas di Tehran, Roma dan kantor kementerian luar negeri.
Baru setelah itu, tepatnya usai Perang Dunia II, Jebb menjadi penjabat pertama Sekretaris Jendral PBB antara 1945-1946.