Sukses

4 Dampak Jangka Panjang Bullying pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Perundungan atau bullying bisa memberi dampak jangka panjang bagi korbannya.

Liputan6.com, Jakarta - Perundungan atau bullying merupakan segala bentuk penindasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.

Di-bully merupakan hal yang memilukan dan menyedihkan bagi mereka yang menjadi sasaran. Tetapi banyak orang dewasa, kecuali jika mereka juga pernah dirundung, mengalami kesulitan untuk memahami betapa anak-anak bisa mengalami penderitaan.

Mereka gagal menyadari bahwa konsekuensi dari bullying sangat besar dan dapat memiliki dampak yang bertahan lama.

Melansir dari Verywellfamily, Sabtu (19/11/2022), kurangnya pemahaman ini sering disebut "kesenjangan empati." Bekerja untuk menutup kesenjangan empati ini adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan peraturan perundungan dan mencegah perundungan.

Faktanya, upaya untuk mendukung atas nama korban tidak akan efektif, kecuali orang benar-benar memahami betapa menyakitkan dan traumatisnya perundungan. Berikut ini adalah gambaran umum tentang dampak penindasan pada korban bullying.

Dampak Sosial dan Emosional

Anak-anak yang secara teratur menjadi sasaran perundungan sering menderita baik secara emosional maupun sosial. Mereka tidak hanya merasa sulit untuk berteman, tetapi mereka juga berjuang untuk mempertahankan persahabatan yang sehat.

Bagian dari perjuangan ini secara langsung terkait dengan harga diri yang rendah. Kurangnya harga diri adalah akibat langsung dari hal-hal jahat dan menyakitkan yang dikatakan anak-anak lain tentang mereka.

Ketika anak-anak terus menerus disebut "gemuk" atau "pecundang," mereka mulai percaya bahwa hal-hal ini benar.

Korban bullying juga cenderung mengalami berbagai macam emosi. Mereka mungkin merasa marah, sedih, rapuh, lemah, tak berdaya, frustrasi, kesepian, dan terisolasi dari teman sebaya mereka.

Akibatnya, anak mungkin membolos dan menggunakan narkoba dan alkohol untuk menghilangkan rasa sakit mereka. Dan jika penindasan terus berlanjut, mereka mungkin mengalami depresi dan bahkan berpikir untuk bunuh diri.

2 dari 4 halaman

Dampak Fisik

Selain benjolan dan memar yang terjadi selama penindasan fisik, ada dampak fisik tambahan. Misalnya, anak-anak yang diintimidasi sering mengalami kecemasan. Stres pada tubuh mereka juga akan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, termasuk lebih sering sakit dan mengalami ulkus dan kondisi lain yang disebabkan oleh kecemasan yang terus-menerus.

Anak-anak yang diintimidasi juga mungkin mengeluh sakit perut dan sakit kepala. Selain itu, intimidasi yang mereka alami dapat memperburuk kondisi lain yang sudah ada sebelumnya seperti eksim.

Kondisi kulit, masalah perut, dan kondisi jantung yang diperburuk oleh stres, semuanya memburuk ketika seorang anak diintimidasi.

3 dari 4 halaman

Dampak Akademis

Anak-anak yang diintimidasi sering menderita secara akademis juga. Anak-anak yang dirundung berjuang untuk fokus pada tugas sekolah mereka.

Faktanya, nilai yang merosot adalah salah satu tanda pertama bahwa seorang anak sedang di-bully. Anak-anak juga mungkin terlalu sibuk dengan perundungan sehingga mereka lupa tentang tugas atau kesulitan memperhatikan di kelas.

Selain itu, anak-anak yang diintimidasi mungkin bolos sekolah atau kelas untuk menghindari intimidasi. Hal ini juga dapat mengakibatkan penurunan nilai.

Ketika nilai mulai turun, hal ini menambah tingkat stres yang sudah dialami anak yang diintimidasi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Virginia menunjukkan bahwa anak-anak yang bersekolah di sekolah dengan kondisi bullying yang parah seringkali memiliki nilai yang lebih rendah pada tes standar. Perundungan bahkan berdampak pada siswa yang menyaksikannya.

4 dari 4 halaman

Dampak pada Keluarga

Ketika seorang anak diintimidasi, tidak jarang orang tua dan saudara kandungnya juga terpengaruh. Orang tua sering mengalami berbagai konsekuensi termasuk merasa tidak berdaya untuk memperbaiki situasi.

Mereka juga mungkin merasa sendirian dan terisolasi. Bahkan mereka mungkin terobsesi dengan situasi tersebut, seringkali dengan mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri. Tidak jarang juga orangtua merasa gagal ketika anak mereka di-bully.

Mereka tidak hanya merasa gagal melindungi anak dari perundungan, tetapi mereka juga mungkin mempertanyakan kemampuan mereka dalam mengasuh anak. Mereka bahkan mungkin khawatir bahwa mereka entah bagaimana melewatkan tanda-tanda bullying atau bahwa mereka tidak melakukan cukup banyak hal untuk melindungi anak mereka dari bullying selama ini.

Sebenarnya tidak ada yang bisa memprediksi siapa yang akan menjadi target bullying. Orang tua dapat melakukan segalanya dengan benar dan masih mengetahui bahwa anak mereka sedang diintimidasi.

Oleh karena itu, mereka seharusnya tidak pernah merasa bertanggung jawab atas pilihan yang dibuat oleh pelaku bullying. Sebaliknya, mereka harus menempatkan kesalahan di tempat yang seharusnya dan fokus untuk membantu anak mereka sembuh dari bullying.