Sukses

Bikin Bangga! Difabel Ghanim Al Muftah Bacakan Al-Qur'an Saat Pembukaan Piala Dunia 2022 Qatar

Viral di sosial media terkait kabar mengenai penyandang disabilitas atau difabel Ghanim Al Muftah sebagai Duta Piala Dunia 2022 Qatar untuk membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an saat opening ceremony.

Liputan6.com, Jakarta - Viral di sosial media terkait kabar mengenai penyandang disabilitas atau difabel Ghanim Al Muftah sebagai Duta Piala Dunia 2022 Qatar untuk membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an saat opening ceremony, Minggu (20/11/2022).

Dari unggahan akun Twitter @FaktaSepakbola menyebutkan bahwa, ajang Piala Dunia 2022 Qatar akan dibuka dengan lantunan lafal ayat suci Al-Qur'an merupakan pertama kali dalam sejarah dunia sepak bola.

"Pembukaan Piala Dunia akan diramaikan dengan ayat-ayat suci Alquran yang dibacakan oleh Ghanim Al-Muftah. Ghanim Al-Muftah, 20 Tahun merupakan salah satu Duta Piala Dunia 2022 Qatar ini. MasyaAllah❤️😍," tulis akun Twitter @FaktaSepakbola.

Al Muftah merupakan penyandang disabilitas berumur 20 tahun tanpa kaki yang lahir dengan kondisi langka Caudal Regression Syndrome (CDS).

Dia sudah menginspirasi banyak orang atas berbagai aktivitas di tengah keterbatasan yang ia alami.

Berbagai rangkaian pembukaan Piala Dunia 2022 yang telah dijadwalkan akan menyajikan 7 program dengan atraksi tradisional Qatar maupun budaya dunia, termasuk mewakili 32 tim nasional terbaik bakal memperebutkan tahta tertinggi di pentas sepak bola akbar sejagat ini.

Selain Ghanim Al Muftah dan penyanyi Qatar, Dana yang bakal menyampaikan pesan terkait inklusi dan keragaman untuk pembukaan Piala Dunia 2022 melalui pidato.

Meski demikian, adanya pemberitaan tersebut tengah muncul beragam komentar dari warganet, baik dari dari Instagram maupun Twitter.

"MasyaAllah Alhamdulillah terimakasih🙏," tulis akun @ferikoy.design.

"Subhanallah... Qatar the best," cuitnya @azisgozalilinteristi.

"Proud of you Qaanim Al Mifta," balas cuitan @yamacyy_.

2 dari 4 halaman

Sosok di Balik Ghanim Al Muftah

Ghanim Al Muftah lahir pada 5 Mei 2002. Ia dilahirkan dengan kondisi langka yang dikenal sebagai Caudal Regression Syndrome (CDS), melansir ghanimalmuftah.org.

Namun, alih-alih membiarkan kondisi itu menghambat hidupnya, ia telah belajar mengatasi rintangan dengan kepositifan dan kepemimpinan, inilah yang membuatnya menjadi karakter yang luar biasa dan menginspirasi.

Dia saat ini sedang mengejar gelar universitasnya, jurusan ilmu politik dengan tujuan menyeluruh untuk menjadi seorang diplomat.

Meskipun cacat, Ghanim senang berpartisipasi dalam olahraga ekstrem seperti scuba diving, skateboard, dan panjat tebing. 

3 dari 4 halaman

Titik Awal Hingga Detik Ini

Saat Ghanim tumbuh dewasa, awalnya dia merasa sulit untuk bersekolah karena ejekan dan perundungan dari teman-teman sekelasnya.

Namun demikian, ibunya mendorongnya untuk berbicara dengan teman-teman sekelasnya, mengajari mereka tentang kondisinya, dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

Ghanim telah melangkah lebih jauh dalam merangkul kondisinya, dengan senyumnya yang menular, kepercayaan diri yang sempurna, dan kepribadiannya yang cerdas, dia telah menjadi sensasi media sosial – dengan lebih dari tiga juta pengikut di seluruh platform sosial media.

Selain itu, dia telah mengumpulkan penghargaan selama bertahun-tahun di usianya yang masih muda sangat menginspirasi dan merupakan bukti nyata dari ketabahan dan komitmennya untuk sukses.

Dia memuji banyak orang atas kesuksesannya, terutama keluarganya dan tanah airnya, Qatar. Yang mengherankan, dia terus memecahkan rekor pribadinya sendiri dan memenuhi panggilan amalnya dengan sepenuh hati.

Ghanim memiliki cita-cita tinggi untuk dirinya sendiri dan berharap dapat mengatasi semua rintangan yang akan dia temui dalam perjalanan menuju kesuksesan.

4 dari 4 halaman

Pernah Disarankan Melakukan Aborsi

Sebelum kelahiran Ghanim, banyak masyarakat sekitar telah menyarankan agar ibunya untuk menggugurkan Ghanim karena mereka percaya itu akan menyelamatkan dia dan sang ibu dari penderitaan yang akan ditimbulkan oleh kecacatan ini pada mereka.

Dengan berani, orang tua Ghanim memutuskan untuk tidak melanjutkannya (aborsi) dan mereka setuju untuk selalu ada untuk membantunya setiap saat “Saya akan menjadi kaki kirinya dan kamu akan menjadi kaki kanannya.”