Sukses

Mengenal Al Rihla, Bola Resmi Piala Dunia 2022 yang Diproduksi di Madiun

Nama bola resmi Piala Dunia 2022, Al Rihla, diambil dari bahasa Arab yang memiliki arti 'perjalanan'.

Liputan6.com, Jakarta - Pembukaan Piala Dunia 2022 di Qatar sudah digelar Minggu, 20 November 2022. Seiring dengan dimulainya acara, banyak penggemar sepak bola menyoroti bola resmi yang digunakan.

Al Rihla merupakan sebutan untuk bola yang digunakan dalam Piala Dunia 2022. Nama 'Al Rihla' diambil dari bahasa Arab yang memiliki arti 'perjalanan'. Desain bolanya sendiri terinspirasi dari budaya, arsitektur, kapal ikonik, dan bendera Qatar, selaku tuan rumah Piala Dunia Qatar 2022.

Melansir dari situs FIFA, Senin (21/11/2022), bola ini sudah dikeluarkan Adidas sebagai bola resmi untuk Piala Dunia FIFA Qatar 2022. Al Rihla menjadi bola ke-14 yang telah diciptakan Adidas untuk pertandingan Piala Dunia.

Perusahaan merancangnya untuk mendukung kecepatan permainan puncak, membuat bola ini mampu bergerak lebih cepat dibandingkan bola mana pun dalam sejarah.

Bola ini dibuat secara ekslusif menggunakan tinta dan lem berbasis air, memberikan Al Rihla predikat sebagai bola Piala Dunia yang paling ramah lingkungan.

Al Rihla dirancang dari bagian dalam ke luar dengan menggunakan pengujian yang ketat di laboratorium perusahaan, melalui terowongan angin dan di lapangan oleh para pemain sepak bola.

Hasil pengujian ini menunjukkan tingkat akurasi dan keandalan tertinggi bola di lapangan permainan. Hal ini sebagian karena bentuk panel dan tekstur pemukaan bola yang baru.

Sejak muncul berbagai kritikan mengenai desain dan kualitas penampilan bola yang digunakan saat Piala Dunia, kini Bola Piala Dunia pun mulai didesain menggunakan kemajuan teknologi.

Di samping itu, bola Piala Dunia 2022 diketahui diproduksi perusahaan asal Jawa Timur, PT Global Way Indonesia (GWI) yang merupakan produsen peralatan asli untuk merek Adidas.

2 dari 4 halaman

Piala Dunia FIFA di 1930 Tidak Memiliki Bola Resmi

Pertandingan Piala Dunia pertama kali dilaksanakan di Uruguay, tahun 1930. Kala itu, acara ini tidak memiliki bola pertandingan resmi. Terdapat dua jenis bola yang digunakan saat pertandingan, yaitu Tiento dn T-Model.

Kedua bola tersebut merupakan jenis bola buatan tangan yang dibawa oleh dua negara berbeda. Saat itu, Uruguay yang menjadi tuan rumah Piala Dunia memiliki T-Model sebagai bola yang digunakan untuk pertandingan, sedangkan Argentina membawa Tiento sebagai bola yang mereka gunakan.

Perdebatan mengenai penggunaan bola pun muncul. Kedua negara yang saat itu bertemu untuk bertanding bersikeras ingin menggunakan bola mereka masing-masing untuk perlombaan.

Setelah perdebatan sengit yang terjadi di antara keduanya, FIFA pun turun tangan dan memutuskan bahwa bola Tiento akan digunakan di babak pertama. Sementara untuk T-Model akan digunakan di babak kedua.

Keputusan ini ternyata memberikan dampak besar terhadap hasil pertandingan. Ini karena Argentina mampu memimpin babak pertama, sedangkan Uruguay mengakhiri pertandingan dengan kemenangannya di babak kedua. Setelah itu, frasa 'a tale of two halves' pun mulai dikenal dalam dunia sepak bola.

3 dari 4 halaman

Evolusi Bola Piala Dunia FIFA

Bola resmi pertama yang digunakan dalam gelaran Piala Dunia FIFA dijuluki sebagai Telstar. Bola ini dipakai dalam pertandingan Piala Dunia FIFA Meksiko pada tahun 1970.

Telstar diperkenalkan dengan desain bola berpanel hitam dan putih, desain bola paling ikonik yang dan dikenal di seluruh dunia sampai saat ini. Bola itu dirancang oleh Adidas, yang hingga kini sering menciptakan bola untuk pertandingan internasional ini.

Kini, banyak jenis-jenis bola yang di Piala Dunia telah dilengkapi lewat segi teknologi. Desain dan penampilan bola pun semakin berkembang seiring waktu. Hal ini dihasilkan dari kritik terhadap bola-bola yang digunakan sebelumnya karena memiliki kekurangan dalam desainnya.

Misalnya, bola yang digunakan untuk Piala Dunia 2022, Fevernova. Bola ini digunakan untuk perlombaan di Jepang dan Korea Selatan dan terkenal karena terlalu ringan.

Sementara itu, ada juga Jabulani, bola yang dipakai untuk pertandingan di Afrika Selatan pada 2010 dan mendapat kritik karena gerakannya yang meliuk-liuk.

4 dari 4 halaman

Fitur Teknologi dari Al Rihla

Beberapa fakta menarik tentang bola ini adalah desain panelnya yang terinspirasi dari perahu Dhow tradisional. Al Rihla berusaha didesain untuk menampilkan ciri khas Qatar, dengan pola colid biru, merah, dan kuning yang menggambarkan pemandangan di Doha, Qatar.

Terdapat dua fitur teknologi yang dimiliki oleh Al Rihla, yaitu CRT-CORE dan SPEEDSHELL. CRT-CORE merupakan bagian inti bola, yang memberikan kecepatan, akurasi, dan konsistensi untuk aksi cepat dan presisi. Kelebihan ini didukung dari bentuk dan retensi udara yang maksimal dan akurasi pantulan.

Sementara itu, SPEEDSHELL merupakan permukaan kulit bola yang bertekstur poliuretan (PU) dan terbentuk dari 20 bagian panel. Ini meningkatkan akurasi, stabilitas penerbangan, dan aerodinamika dari bola.