Sukses

Mengenal Body Dysmorphic Disorder, Kondisi Kesehatan Mental yang Dialami Aaron Carter

Masalah kesehatan mental Body Dysmorphic Disorder ternyata bisa merenggut nyawa seseorang. Apa itu Body Dysmorphic Disorder, kondisi kesehatan mental ini ternyata pernah dialami mendiang Aaron Carter? Simak penjelasannya!

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang mungkin pernah merasa tidak sempurna perihal penampilan fisik hingga menghalangi kemampuan untuk hidup normal.

Jika hal tersebut secara terus-menerus menghantui Anda, kemungkinan besar Anda mengidap masalah kesehatan mental, Body Dysmorphic Disorder (BDD). Kondisi kesehatan mental ini ternyata pernah dialami oleh penyanyi sekaligus adik Nick Carter, mendiang Aaron Carter. 

Dilansir Mayo Clinic, Senin (21/11/2022), gangguan dismorfik tubuh adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat berhenti memikirkan satu atau lebih kekurangan yang dirasakan dalam penampilannya. 

Banyak dari kita memiliki apa yang kita anggap sebagai kekurangan dalam penampilan kita. Tetapi jika Anda menderita BDD, reaksi Anda terhadap 'kekurangan' ini mungkin menjadi luar biasa.

Anda mungkin menemukan bahwa pikiran negatif tentang tubuh Anda sulit dikendalikan. Bahkan mungkin seseorang dengan Body Dysmorphic Disorder menghabiskan berjam-jam setiap hari mengkhawatirkan penampilan mereka.

Tak heran, jika Anda menderita BDD ini mungkin merasa sangat malu dan cemas sehingga menghindari banyak situasi sosial.

Penyebab gangguan dismorfik tubuh diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor lingkungan, psikologis, dan biologis. Salah satunya, bullying atau ejekan, dapat menciptakan atau memupuk perasaan tidak mampu, malu, dan takut diejek.

Para ahli berpikir bahwa sekitar satu dari setiap 100 orang memiliki BDD, mulai dari pria dan wanita sama-sama bisa terpengaruh Body Dysmorphic Disorder ini.

Biasanya faktor yang dapat menyebabkan BDD, meliputi pengalaman hidup, riwayat keluarga dengan gangguan mental yang serupa, hingga tingkat bahan kimia otak yang tidak normal. 

2 dari 4 halaman

Apa Saja Gejalanya?

Mereka yang mengalami Body Dysmorphic Disorder bisa terobsesi dengan bagian mana pun dari tubuhnya. Area yang paling umum adalah wajah, rambut, kulit, dada, dan perut.

Berikut beberapa tanda dan gejala gangguan dismorfik tubuh, antara lain:

  • Menjadi sangat tertekan dengan kekurangan yang dirasakan dalam penampilan, yang mana bagi orang lain tidak dapat dilihat atau tampak kecil.
  • Keyakinan kuat bahwa Anda memiliki cacat pada penampilan Anda yang membuat Anda jelek atau cacat.
  • Keyakinan bahwa orang lain memperhatikan penampilan Anda secara negatif atau mengejek Anda.
  • Terlibat dalam perilaku yang ditujukan untuk memperbaiki atau menyembunyikan cacat yang dirasakan yang sulit ditolak atau dikendalikan, seperti sering memeriksa cermin atau berdandan.
  • Mencoba menyembunyikan kekurangan yang dirasakan dengan gaya, riasan, atau pakaian.
  • Terus-menerus membandingkan penampilan Anda dengan orang lain.
  • Sering mencari kepastian tentang penampilan Anda dari orang lain.
  • Memiliki kecenderungan perfeksionis.
  • Merasa cemas, tertekan, dan malu.

Ambisi terhadap penampilan Anda dan pikiran yang berlebihan serta perilaku yang berulang bisa jadi tidak diinginkan, sulit dikendalikan, dan sangat menyita waktu. Hal ini bisa menimbulkan tekanan atau masalah besar dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau area fungsi Anda lainnya.

3 dari 4 halaman

Bagaimana Gangguan Dismorfik Tubuh Didiagnosis?

Dilansir laman Johns Hopkins Medicine, seorang profesional kesehatan mental mendiagnosis BDD berdasarkan gejala dan seberapa besar pengaruhnya terhadap hidup penderitanya. Biasanya penderita BDD dapat terlihat dari:

  • Khawatir secara tidak normal tentang cacat tubuh yang kecil atau tidak ada sama sekali.
  • Pikiran Anda tentang cacat tubuh Anda harus cukup parah sehingga mengganggu kemampuan Anda untuk hidup normal.
  • Gangguan kesehatan mental lainnya harus dikesampingkan sebagai penyebab gejala Anda.

Ada gangguan kesehatan mental lain yang umum terjadi pada penderita BDD. Gangguan yang dimaksud antara lain, gangguan obsesif kompulsif, kecemasan sosial, depresi, dan gangguan makan atau eating disorder.

Lalu, bagaimana cara untuk mengobatinya? Diketahui, perawatan khusus untuk BDD akan ditentukan oleh penyedia layanan kesehatan, seperti terapi bicara atau obat-obatan.

Kemungkinan besar perawatan terbaiknya adalah kombinasi dari keduanya. Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah terapi bicara yang paling efektif. Di CBT, Anda bekerja dengan ahli kesehatan mental untuk mengganti pikiran dan pola pikir negatif dengan pikiran positif.

Selain itu, terapi bicara atau obat juga diseimbangkan dengan konsumsi obat antidepresan yang dikenal sebagai serotonin reuptake inhibitors selektif, di mana biasanya bekerja paling baik untuk BDD.

4 dari 4 halaman

Salah Satu Penyebab Kematian Aaron Carter

BDD ternyata juga diderita oleh mendiang Aaron Carter. Pelantun Let Me Let You Go ini beberapa waktu lalu ditemukan meninggal dunia di kediamannya di Lancaster, California, Amerika Serikat. Adik dari personel Backstreet Boys, Nick Carter, ini meninggal dunia dalam usia 34 tahun.

Informasi Aaron Carter meninggal dunia dikonfirmasi Los Angeles County Sheriff's Department. Mereka menemukan Aaron Carter dalam keadaan tak bernyawa pada Sabtu, 6 Novermber 2022 lalu.

Menurut TMZ, tubuh Aaron Carter ditemukan di bak mandi. Kepolisian setempat menemukan tubuh Aaron Carter tenggelam di bak mandi setelah mendapatkan informasi dari kerabat terdekatnya di rumah.

Berdasarkan cerita hidupnya, ia pernah mengalami gangguan kesehatan mental pada tahun 2017.

Aaron mengakui dirinya mengalami eating disorder yang membuat berat badannya turun drastis. Untuk menyembuhkan masalahnya, Aaron pun menjalani treatment di pusat rehabilitasi Alo House, yang terletak di Malibu, California selama 2 bulan.

"Saya juga menderita body dismophfia, karena saya sangat kurus. Jadi, saya akan menggunakan aplikasi penyesuaian wajah dan hal-hal seperti itu hanya untuk mencoba membuat diri saya terlihat lebih besar," katanya dalam wawancara eksklusif di ET pada Desember 2017 silam.

"Dan ternyata saya juga punya PTSD (Post Traumatic Stress Disorder, gangguan kesehatan mental yang terjadi setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa mengerikan). Saya mengalami banyak trauma dan kehilangan, saya bergelut dengan masalah itu," ujar Aaron, saat itu.Â