Sukses

5 Cara Menghindari Toxic Friendship yang Sering Bikin Stres

Lingkungan pertemanan dapat mempengaruhi karakteristik seseorang.

Liputan6.com, Jakarta - Pertemanan sejati menjadi hubungan antara satu individu dengan individu lainnya yang sudah terjalin selama bertahun-tahun.

Menjalin hubungan pertemanan dengan sejumlah orang seringkali disebut sebagai “circle.” Hubungan ini terbentuk bukan hanya dua orang saja, namun terdiri dari beberapa individu.

Lingkungan pertemanan bisa mengubah dan menentukan karakteristik seseorang, apalagi hubungan tersebut sudah terjalin sangat lama. Umumnya, semakin lama pertemanan terjalin, mulai banyak kerikil kecil yang datang dan perlu dilewati. Kadang kala, kalian menemukan konflik karena memiliki pendapat yang berbeda.

Sebenarnya, perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar. Hal ini dikarenakan setiap manusia memiliki pandangan dan pengalaman berbeda yang memengaruhi cara mereka berpikir.

Akan tetapi, bagaimana jika konflik terus terjadi dan cenderung merugikan diri sendiri. Bahkan, tanpa kalian sadari orang yang dianggap teman malah menjatuhkan dirimu. Maukah kalian tetap mempertahakan hubungan ini atau memilih untuk menjauh saja?

Berusaha menjauh dan mengakhiri hubungan dengan seseorang yang merugikan dirimu memanglah sulit. Apalagi, kalian sudah terbiasa menjalani kegiatan bersama-sama.

Lingkungan pertemanan yang merugikan biasa disebut dengan istilah toxic friendship. Bukan hanya hubungan percintaan saja, pertemanan pun ada saja yang toxic.

Dilansir melalui Bustle, Selasa (22/11/2022), salah satu kunci untuk menyingkirkan pertemanan yang tidak sehat adalah memprioritaskan diri sendiri.

Seorang psikoterapis dari penyedia kesehatan mental, Claudia Sigala, LCSW, menjelaskan kesejahteraan pribadi merupakan hal yang utama.

“Mengakhiri hubungan tidak pernah mudah, tetapi kadang-kadang kita memerlukan kesejahteraan diri sendiri,” kata Claudia Sigala, LCSW.

Adapun cara yang bisa dilakukan untuk menghindari terlalu lama berada di lingkungan toxic friendship. Berikut ulasannya.

2 dari 5 halaman

1. Jangan Terlalu Sentimental

Ketika dirimu secara terus menerus diganggu oleh teman, bahkan hingga berbulan-bulan, kamu perlu waspada. Bisa jadi ini pertanda kamu berada di lingkungan yang toxic.

Saat teman tidak bisa bertanggung jawab dengan masalah yang hadir dalam hubungan, maka semakin sulit untuk mengambil bagian postif dari pertemanan itu.

Pertemanan yang baik adalah mereka yang bisa memberikan dukungan, pengertian dan waktu dengan kualitas terbaik yang bisa dihabiskan bersama.

Ketika kamu menemukan permasalahan dalam toxic friendship, hindari sifat sentimental yang bisa memperburuk suasana.

Jauhkan perselisihan dengan cara tidak terlalu hanyut dalam konflik yang ada. Cobalah untuk menyelesaikannya dengan cara dingin. Namun, jika temanmu tidak bisa diajak diskusi, segera tinggalkan orang yang bisa merugikan dirimu sendiri.

3 dari 5 halaman

2. Utamakan Kejujuran

Jika kamu cenderung menjauhi interaksi secara intens, kamu tidak perlu berlama-lama berada di dekatnya. Akan tetapi, saat kamu memilih untuk memperbaiki hubungan, cobalah untuk berinteraksi dengan cara yang sehat.

“Seringkali hubungan bisa diperbaiki melalui komunikasi yang sehat, hal ini yang memungkinkan semua individu dalam hubungan untuk bisa mengekspresikan diri mereka sendiri,” kata Sigala.

Jujurlah dengan perasaan yang dialami oleh diri sendiri dan sampaikan apa yang kamu rasakan kepada teman.

Pilihlah kata-kata yang tidak menyakiti hati, agar dirinya bisa mengevaluasi apa yang telah ia lakukan. Jelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuanmu, kemudian tutup percakapan dengan kata-kata yang jelas.

Contohnya, “Saya rasa lebih baik kita tidak berhubungan lagi” atau “akan lebih baik jika kita tidak berinteraksi lagi.”

4 dari 5 halaman

3. Hapus dan Blokir

Perlu keberanian yang cukup kuat untuk menghapus pertemanan dari media sosial. Saat kamu memilih untuk mengakhiri pertemanan toxic di media sosial, tentu saja akan membantu diri lebih tenang.

Jika kamu tetap mengikuti perkembangan di media sosial mereka, kamu tidak akan merasa perubahan. Kemungkinan kamu tak sengaja melihat unggahan mereka yang bisa menyebabkan rasa kesal yang semakin menjadi terhadap orang tersebut.

Adapun cara yang lebih ekstrem lagi, kamu bisa memblokir kontak mereka. Namun, ini merupakan pilihan yang harus kamu pikirkan lebih lanjut ke depannya. Cobalah untuk memikirkan jangka panjang ketika memutuskan suatu pilihan hidup.

4. Temukan Teman Baru

Carilah teman baru yang lebih sehat dan habiskan waktu lebih lama untuk saling mengenal demi mendapatkan hubungan yang erat.

Selain itu, kamu pun bisa mendekatkan diri dengan mereka yang begitu menyayangimu, seperti keluarga dan teman yang baik.

Hal ini dilakukan agar kamu tidak merasa sendiri yang menyebabkan kamu menutup diri dengan lingkungan sosial.

“Temukan aktivitas dan mulailah menjalin hubungan kembali dengan teman dan keluarga yang bisa membantu diri merasa nyaman sebagai cara meningkatkan harga diri,” ungkap Sigala.

5 dari 5 halaman

5. Prioritaskan Diri Sendiri

Mungkin saat berada dalam toxic friendship, kamu cenderung mengorbankan kebahagiaan diri sendiri dan mengutamakan kesenangan orang lain.

Butuh keberanian untuk benar-benar menjauh dari seseorang yang merugikan dirimu. Utamakan diri sendiri untuk sekali saja supaya bisa terlepas dari toxic friendship.

Ketika berhasil lepas dari pertemanan yang beracun ini, kamu pun memiliki kesempatan berharga yang perlu disyukuri.

Ini waktu yang tepat untuk membenahi diri dengan cara mengutamakan kesenangan diri sendiri. Cobalah untuk evaluasi dan memperbaiki diri sendiri guna mendapatkan kebahagiaan setelah lepas dari pertemanan toxic.

“Setelah mengakhiri hubungan, saya merekomendasikan kalian untuk berinvestasi dalam penyembuhan diri,” kata Sigala.

Melepaskan diri dari hubungan toxic dapat memberi banyak ruang untuk otak agar berpikir lebih jernih, karena telah berhasil keluar dari zona yang merugikan.