Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada orang yang ingin mengalami trauma. Mengalami peristiwa seperti penganiayaan, menyaksikan orang lain disakiti, sampai kehilangan orang yang disayang bisa sangat menghancurkan seseorang secara emosional. Hal-hal ini bisa menjadi traumatis. Namun, tidak semuanya hanya akan memberikan konsekuensi negatif.
Baca Juga
Advertisement
Kita berharap agar dihindarikan dari kemungkinan-kemungkinan terburuk dalam hidup. Akan tetapi, hanya sedikit orang yang bisa melewati hidup tanpa terluka. Melansir situs Times (29/11/2022), berdasarkan penelitian PTSD belum lama ini, sekitar 75 persen orang akan mengalami peristiwa traumatis dalam hidup mereka.
Peristiwa traumatis tak ayal menjadi berita buruk dan dapat menyebabkan luka emosional. Meskipun begitu, tidak semua hal ini akan selalu buruk sebab trauma juga bisa menjadi sumber kekuatan yang membawa perubahan positif terhadap orang yang menghadapinya.
Mungkin beberapa orang telah mendengar istilah Post-Traumatic Stress (PTS). Ini merupakan respons normal manusia terhadap pengalaman yang mengerikan, tetapi tidak banyak yang menyadari bahwa perjuangan menghadapi trauma juga dapat menjadi peluang mereka untuk tumbuh.
Dari sinilah muncul istilah Post-Traumatic Growth (PTG). PTG merupakan perubahan positif yang akan dialami manusia sebagai hasil perjuangannya menghadapi peristiwa terburuk dan paling menantang dalam hidupnya. Hal ini pun sama umumnya saat seseorang mengalami PTS.
Ketika seseorang berhasil menghadapi traumanya, mereka bisa merasakan manfaat-manfaat dari pertumbuhan pasca-trauma. Manfaat tersebut di antaranya adalah hubungan yang lebih kuat, kesadaran yang lebih besar akan kemungkinan-kemungkinan baru, meningkatnya kekuatan pribadi, hingga meningkatnya daya spiritual.
Menurut situs Human Performance Resources Selasa (29/11/2022), post-traumatic growth adalah ketika seseorang mungkin tidak menginginkan apa yang mereka alami dengan menghadapi musuh terbesarnya. Namun, mereka tetap menghargai bagaimana hal tersebut mengubah diri mereka sehingga menjadi lebih kuat secara mental, emosional, dan juga spiritual.
**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:
1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)
Tanda Seseorang Mengalami Post-Traumatic Growth
Berdasarkan survei refleksi diri ada cara untuk mengetahui apakah seseorang mengalami post-traumatic growth, situs Human Performance Resources merangkumnya ke dalam beberapa poin.
Tanda tersebut di antaranya memiliki ikatan hubungan yang lebih kuat, sadar akan kemungkinan baru, meningkatnya kekuatan pribadi dan daya spiritual serta lebih mengapresiasi diri dan kehidupan.
Peristiwa traumatis sering kali membuat seseorang menyadari bagaimana orang-orang di sekitarnya memberikan dukungan dan perhatian mereka selama proses pemulihan diri. Dari sini, mereka pun perlahan mengalami pertumbuhan dan peningkatan dalam hubungan mereka.
Menerima dukungan dari orang lain, meminta bantuan, mengekspresikan emosi, dan belajar menaruh kepercayaan terhadap orang lain dapat berfungsi memperkuat hubungan seseorang dengan sekitarnya.
Di samping itu, trauma juga tidak jarang menutup pintu peluang yang bisa digapai oleh seseorang. Cara-cara seperti menetapkan kembali prioritas dan mengidentifikasi tujuan baru dalam hidup, dapat membukakan jalur bagi mereka untuk melihat peluang baru lainnya.
Advertisement
Kesalahpahaman Mengenai Post-Traumatic Growth
Perlu diketahui bahwa trauma dan pertumbuhan tidak jarang berjalan beriringan. Ketika seseorang berjuang untuk menciptakan peluang agar bisa kembali mendapatkan kekuatan dan perspektif, dari sini juga mereka akan mengalami pertumbuhan.
Hal ini dapat dikatakan seperti ini, seseorang tidak hanya merasakan stres atau pertumbuhan dari suatu trauma saja, tetapi mereka mengalami keduanya. Di antara PTS dan PTG bukan sesuatu yang dialami secara terpisah.
Banyak orang menganggap bahwa ketika mengalami trauma, orang yang lemah akan terus mengalami stres pasca-trauma, sedangkan yang kuat akan mengalami pertumbuhan. Seseorang bisa saja tidak mengalamai banyak pertumbuhan, saat mereka terlalu mengandalkan kemampuan coping atau bahkan berusaha mengabaikan perasaan stres yang dialaminya.
Perkembangan Diri Dimulai Dari Pemulihan dari Trauma
Beberapa peneliti di seluruh dunia mulai mempelajari post-traumatic growth. Melansir situs Times, penelitian menemukan bahwa lebih dari separuh korban trauma melaporkan perubahan yang cenderung positif. Jumlah mereka pun lebih banyak dibandingkan orang yang melapor dan mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD).
Oleh karena itu, PTS memiliki sifat transformatif. Pertumbuhan yang disebabkan olehnya pun bisa sangat kuat dan berdampak besar. Salah satu cara yang harus dijalankan oleh orang yang mengalami trauma dan mengalami pertumbuhan adalah dengan proses penyembuhan trauma.
Ketika seseorang berada dalam lingkungan dan pola pikir yang tepat, dari sini mereka dapat berubah, memanfaatkan trauma dengan segala penderitaan dan perjuangannya sebagai kesempatan untuk merenung dan mencari makna dalam hidup mereka, sampai mereka bisa membentuk versi diri mereka yang lebih baik lagi.
Advertisement