Sukses

Aktif Pakai Media Sosial, Kenali 8 Penyebab Perilaku Oversharing yang Bisa Merugikan

Beberapa penyebab perilaku oversharing ternyata bisa merujuk pada kesehatan mental. Berikut faktanya!

Liputan6.com, Jakarta Seringkali kita memang sulit untuk mengendalikan arah pembicaraan karena saking asyiknya menceritakan sesuatu.

Namun, setelah hal itu terjadi pasti tersirat rasa penyesalan karena mengingat apa yang sudah kita bicarakan terlalu detail.

Hal tersebut biasa disebut dengan oversharing. Apa itu oversharing?

Dilansir dari Scienceofpeople, pada Jumat (2/12/2022), oversharing adalah saat kita mengutarakan sesuatu secara berlebihan dalam situasi tertentu atau kepada orang tertentu. Dan biasanya dilakukan secara face-to-face atau melalui media sosial.

Mungkin sulit untuk menyadari bahwa kita terlalu oversharing di depan orang lain. Tetapi jangan khawatir dan menyalahkan diri sendiri. Pasalnya, semua orang pernah merasakan hal yang serupa.

Oversharing berpotensi dapat merusak reputasi, terutama jika kita terlalu banyak berbagi sesuatu hal di media sosial. Kita semua pasti menyadari bahwa setelah kita mengunggah sesuatu secara online, maka itu akan menjadi jejak digital yang tidak akan hilang.

Lantas, apa yang menyebabkan orang melakukan oversharing? Faktanya, ada berbagai macam alasannya, contohnya mungkin mereka ingin membangun keintiman dengan cepat, menghindari kesepian, atau mungkin tidak menyadari bahwa mereka terlalu berlebihan dalam bercerita.

Diikuti dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa alasan yang menjadi penyebabnya.

2 dari 4 halaman

1. Memiliki Kecemasan

Kecemasan adalah alasan umum untuk oversharing. Jika kalian merasa cemas di sekitar orang lain, kalian mungkin mulai mengoceh tentang diri sendiri. Ini kemungkinan merupakan reaksi terhadap keinginan untuk terhubung dengan orang lain.

Namun, setelah itu terjadi mungkin kalian menyadari bahwa terlalu berbagi secara berlebihan, dan kalian mencoba mengintropeksi kesalahan dengan menarik diri atau meminta maaf tanpa henti.

Hal ini berimbas pada perasaan yang lebih cemas, sehingga bisa membuat frustasi.

Kemungkinan juga, kalian mulai oversharing karena rendahnya rasa percaya diri atau merasa butuh untuk menyenangkan orang lain.

2. Berusaha untuk membaca isyarat sosial

Mereka yang kesulitan membaca isyarat sosial mungkin tidak memperhatikan bahwa orang yang mereka ajak bicara terlihat seperti memperhatikan sekeliling, tertawa dengan gugup, atau menyilangkan tangan.

Tanda-tanda diatas menandakan bahwa mereka mungkin merasa tidak nyaman. Orang yang kesulitan membaca isyarat sosial mungkin lebih sulit menyadari bahwa mereka terlalu banyak berbagi informasi pribadi.

3 dari 4 halaman

3. Berjuang dengan ADHD

ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan perilaku kesulitan fokus, hiperaktif, dan impulsif.

Kontrol impuls yang buruk dan pengendalian diri yang terbatas adalah gejala utama ADHD. Jika kalian memiliki kondisi ini, kalian mungkin tidak menyadari ketika sedang berbicara terlalu banyak.

Kalian mungkin juga bergumul dengan kesalahan membaca isyarat sosial atau memiliki harga diri yang rendah, yang dapat menyebabkan oversharing.

4. Mencoba membangun keintiman secara agresif

Selain kecemasan, alasan umum lainnya dalam oversharing adalah keinginan untuk membangun keintiman emosional, padahal hubungannya belum rampung. Ini sering dikaitkan dengan stres atau ketakutan yang dirasakan orang tersebut.

Kencan pertama atau rekan kerja baru biasanya sering menimbulkan oversharing. Bercerita secara berlebihan adalah cara untuk memulai keintiman dengan seseorang yang kalian rasa "seharusnya" dekat dengan kalian.

Dalam hal ini, sebenarnya juga bisa menjadi cara untuk membangun kedalaman saat kalian mengalami kesepian.

4 dari 4 halaman

5. Penggunaan Media Sosial secara Berlebihan

Jika dilihat dari kegunaannya, media sosial sebenarnya yang melahirkan oversharing ini, terutama jika kalian mengikuti orang lain yang cenderung menampilkan setiap detail kehidupan mereka.

Dikutip melalui Socialself, dalam dunia psikologi, fenomena ini terkadang dikenal sebagai confirmation bias (bias konfirmasi).

Dengan kata lain, kalian "mengkonfirmasi" bahwa apa yang kalian lakukan baik-baik saja dengan menemukan bukti yang menunjukkan bahwa orang lain melakukan hal yang serupa.

6. Kurang Membentengi Batasan

Batasan mengacu pada limit dalam suatu hubungan. Terkadang, batasan-batasan ini bersifat eksplisit. Misalnya, seseorang mungkin langsung memberi tahu kalian apa yang membuat mereka nyaman atau tidak nyaman.

Jika kalian berada dalam suatu hubungan tanpa banyak batasan, mungkin kalian secara tidak langsung akan melakukan oversharing.

Orang lain mungkin merasa tidak nyaman, tetapi jika dia tidak mengatakan apa-apa, kalian mungkin tidak menyadari bahwa kalian melakukannya.