Sukses

Gagasan Tentang Tuhan pada 5 Benua di Dunia

Setiap benua di dunia memiliki pandangan yang berbeda-beda akan tuhan dan keberadaan-Nya.

Liputan6.com, Jakarta- Bagi sebagian orang, pertanyaan tentang keberadaan Tuhan menjadi sebuah pertanyaan yang tak lekang oleh waktu. Hingga kini, setiap suku dan bangsa masih memperdebatkan akan hal ini.

Tapi, satu hal yang menarik dibahas yang berhubungan dengan gagasan terkait Tuhan adalah bagaimana setiap benua memandang hal ini berdasarkan kepercayaan dan kebudayaan yang berkembang. 

Meskipun kini agama dan konsep-konsepnya terus berubah, dalam masyarakat kontemporer, gagasan tentang satu Tuhan tidak lagi dominan dan lebih penting untuk menjadi sadar secara spiritual. Dunia terus berubah dan gagasan tentang Tuhan juga berubah. 

Meskipun begitu, gagasan tentang Tuhan dari masa lalu menarik untuk dipelajari. Mengutip The Collector, Jumat (2/12/2022), berikut teori-teori terkait keberadaan Tuhan berdasarkan di benua apa seseorang tinggal:

1. Antartika

Kapel di Antartika. (Foto: World Atlas)

Orang pertama yang menyebarkan agama Kristen di Antartika adalah Kapten Aeneas Mackintosh pada 1916. Selain itu, kebaktian agama pertama diadakan pada 1947 oleh William Menster dengan sekitar 2000 orang di dalamnya yang kemudian menjadi salah satu faktor pemersatu Antartika. Meskipun Kristen adalah agama yang dominan, ada juga muslim yang presentasenya lebih kecil yang tinggal di Antartika. Kini, Antartika memiliki lebih dari 5 gereja tersebar di setiap wilayahnya.

2 dari 5 halaman

2. Teori-teori Keberadaan Tuhan di Asia

Sebagai benua yang paling padat dengan negara-negara seperti China, India, Arab Saudi, Indonesia, Iran, Pakistan yang memiliki penduduk terbanyak, Asia memiliki sejumlah keragaman akan teori Tuhan. 

Asia merupakan tempat kelahiran banyak agama seperti Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, Islam, dan berbagai ajaran lain. Agama-agama tersebut merupakan salah satu wadah yang jelas dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan. Setiap agama memiliki kepercayaannya masing-masing akan keberadaan Tuhan. 

Signe Cohen (2009), seorang sarjana agama-agama Asia, menjelaskan bagaimana Buddha menolak gagasan tentang Tuhan sang pencipta. Selain itu, para filsuf Buddha berpendapat bahwa kepercayaan pada Tuhan yang kekal adalah, "... tidak lain hanyalah gangguan bagi manusia yang mencari pencerahan." 

Oleh karena itu, Cohen berpendapat bahwa lebih baik mencari pencerahan daripada berfokus pada dewa-dewa. Sejarah Asia penuh dengan dewa-dewi, dan tidak mengherankan bahwa di dunia kontemporer, kepercayaan terhadap dewa-dewi yang berbeda masih lazim. Mesopotamia, yang merupakan wilayah bersejarah di Asia Barat, membanggakan dewi kesuburan, Ishtar (Deianira Morris: 2022). Dia adalah dewi seks sekaligus dewi perang.

Umat manusia juga ada yang percaya bahwa Tuhan berada di balik apa yang terjadi di kehidupan manusia. Bangsa Israel misalnya yang bergantung pada Tuhan untuk memenangkan peperangan.

3 dari 5 halaman

3. Eropa

Kepercayaan di Eropa seperti di Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris lebih bervariasi dengan hadirnya Kristen sebagai agama terbesar. Dalam studinya pada tahun 2020, Oliver Roy menyatakan bahwa Eropa adalah produk yang lahir dari agama Kristen. 

Kepercayaan umum Eropa mengarah pada Tuhan adalah ‘yang tertinggi dan harus disembah’. Seni abad pertengahan di Eropa mencirikan seni ‘kristen’ yang mengakui keberadaan Tuhan dan membuat setiap orang memiliki tujuan. 

Meskipun sejumlah besar orang Eropa masih percaya pada keberadaan Tuhan, itu tidak selalu berarti Tuhan dalam Alkitab. Pemikiran liberal Eropa juga membuat sebagian besar orang tidak beragama, meskipun mereka masih menganggap keberadaan Tuhan. Hal yang berbeda adalah, mereka tidak mengikuti perintah Tuhan dan menjalankan hidupnya sebagai masyarakat Eropa kontemporer. 

4 dari 5 halaman

4. Afrika

Apakah orang Afrika menyembah Tuhan atau leluhur adalah perdebatan yang tak berkesudahan. Tuhan dipandang sebagai makhluk tertinggi dan pencipta langit dan bumi, dan tidak diyakini bahwa ia dapat didekati oleh yang hidup secara langsung. Velaphi Bhedlindaba Mkhize, seorang penulis dan penyair yang sangat dihormati sebagai pakar tradisi Afrika, menulis tentang bagaimana leluhur Afrika dipandang sebagai perantara spiritual.

Orang Afrika sebagian besar tidak ragu akan keberadaan Tuhan. Karena, para leluhurnya dianggap mampu berkomunikasi dengan Tuhan. Sudah menjadi hal yang umum juga bagi orang Kristen Afrika untuk menghormati leluhur mereka dan menghadiri berbagai ritual leluhur mereka. Bagi mereka, ritual-ritual tersebut sama pentingnya dengan doa bagi umat Katolik Roma. Hal yang berbeda adalah rata-rata masyarakat Afrika berkomunikasi dengan Tuhannya melalui perantara. 

5 dari 5 halaman

5. Amerika Utara

Amerika Serikat, Kanada, serta Meksiko juga dominan menganut agama Kristen. Di Amerika, sejumlah besar orang berganti agama sepanjang hidup mereka. 

Namun, seiring dengan berkembangnya peradaban, pengetahuan tentang agama semakin meningkat dan meluas. Studi Pew Research Centre menunjukkan bahwa kini jumlah orang Amerika yang percaya akan keberadaan Tuhan menurun, bahkan, beberapa tidak percaya akan keberadaan Tuhan. 

Ada gagasan baru terkait dengan universalisme, sebuah keyakinan yang mengklaim bahwa semua agama didirikan di atas kebenaran universal yang dapat membawa makna bagi umat manusia. Dalam istilah awam, Universalisme adalah perpaduan semua agama. Universalisme tidak menghilangkan Tuhan dalam Alkitab. Tetapi, membawa Tuhan bersama dewa-dewa lain di posisi yang lebih tinggi. 

 

Â