Liputan6.com, Jakarta - Sosok Paulo Bento menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar sepak bola usai aksi dirinya melayangkan protes kepada wasit Anthony dan berakhir mendapatkan kartu merah pada pertandingan antara Korea Selatan atau Korsel vs Ghana.
Terbaru, nama Paulo kembali menjadi topik hangat pada Rabu, (7/12/22) usai dirinya yang menyatakan mundur dari posisi kepala pelatih untuk timnas Korea Selatan (Korsel).
Baca Juga
Kemunduran Paulo ini menjadi pembicaraan publik usai timnas Korea Selatan gagal melaju ke babak 8 besar Piala Dunia Qatar 2022.
Advertisement
Saat di pertandingan babak 16 besar, Korsel bertemu dengan Brasil di 974 Stadium, Qatar. Kemudian, pertemuan keduanya menghasilkan skor akhir 4-1 yang dimenangkan oleh Brasil.
Dilansir dari Yonhap, Rabu (7/12/2022), Bento mengatakan bahwa dirinya akan beristirahat dari The Taeguk Warriors.
"Saya harus memikirkan masa depan, dan sayangnya itu tidak akan bersama tim nasional Korea Selatan," ujar wasit asal Portugal tersebut saat konferensi pers selepas pertandingan.
Lebih lanjut, Bento juga mengatakan soal keputusannya.
"Saya baru saja memberi tahu para pemain dan presiden Asosiasi Sepak Bola Korea bahwa ini adalah keputusan yang telah saya ambil sejak bulan September lalu, dan keputusan tersebut sudah ditetapkan,"Â ucap Bento.
Bento merupakan kepala pelatih terlama dalam sejarah sepak bola nasional Korea Selatan. Ia telah memulai perjalanan kariernya bersama The Taeguk Warriors sejak Agustus 2018.
Di bawah tangan Bento, Korea Selatan telah memperoleh 35 kemenangan, 13 seri, dan sembilan kekalahan.
Berikan Ucapan Selamat ke Brasil
Usai Korea Selatan tersisih dari babak 16 besar dengan skor akhir 4-1, Bento mengucapkan selamat kepada tim Samba, Brasil, atas kemenangan yang diraih selepas laga bersama Korsel.
Dikutip dari Bola.net, Bento mengakui kemampuan bermain para pemain Brasil di lapangan masih jauh di atas dari timnas yang ia asuh.
Menurut Bento, strategi pertandingan yang sudah ia coba buat untuk timnas Korsel di Piala Dunia masih belum cukup mematahkan kehebatan timnas Brasil.
"Strategi kami adalah mengontrol pertandingan dan tidak membiarkan (tempo) permainan berjalan dengan kecepatan tinggi, tetapi karena apa yang kami miliki dalam hal persiapan, kami tidak dapat melakukan itu dan itu menyulitkan," ujar pelatih usia 53 tahun tersebut.
"Kami harus memberi selamat kepada Brasil karena mereka lebih baik dari kami," tambah Bento.
Advertisement
Kesan Bento selama Melatih Korsel
Ketika ditanya oleh awak media yang hadir terkait kesan yang ia tinggalkan untuk timnas Korea Selatan, pemilik nama lengkap Paulo Jorge Gomes Bento ini mengatakan bahwa The Taeguk Warriors merupakan sebuah tim yang fantastis.
"Grup yang fantastis. Pemain yang fantastis dengan etos kerja yang fantastis. Profesional yang sangat baik. Manusia yang sangat baik," ungkap Bento.
"Itu adalah pengalaman yang fantastis bagi saya dan staf saya yang akan saya ingat sampai hari-hari terakhir hidup saya," tambahnya.
Kemudian, ia menutup sesi wawancaranya.
"Partisipasi kami membuat saya bangga dan puas. Ini adalah salah satu grup terbaik yang pernah bekerja sama dengan saya. Saya sangat bangga menjadi manajer mereka," tutupnya.
Rasa Bangga
Korea Selatan telah mengalami perubahan pelatih hampir setahun sebelum Piala Dunia 2014 dan 2018, sementara Bento bertanggung jawab atas seluruh persiapan empat tahun untuk turnamen 2022.
Kekalahan timnas Korea Selatan di tangan Brasil di babak 16 besar kemarin tidak banyak mengurangi rasa bangga Bento terhadap timnya tersebut.
Selama laga Piala Dunia 2022 di Qatar ini, Korea Selatan berhasil menahan Uruguay peringkat 14 dunia dengan hasil imbang tanpa gol. Kemudian, mereka (timnas Korsel) kalah dari Ghana dengan skor 3-2.
Korea Selatan kemudian mengejutkan Portugal dengan hasil skor 2-1 di pertandingan terakhir grup untuk melanjutkan pertemuan dengan Brasil di babak 16 besar.
Meskipun Korea Selatan nyaris tidak melawan Selecao, Bento mengatakan bahwa ia senang dengan proses dan perjalanannya bersama timnas Korea Selatan selama empat tahun lebih, dan menyebutnya sebagai proses 'luar biasa'.
"Saya akan mengatakan bahwa kami sangat berani dalam cara kami mendekati permainan, bahkan selama fase sistem gugur. Kami setia pada gaya permainan kami," jelas Bento.
Advertisement