Liputan6.com, Jakarta - Bank Sampah Digital adalah suatu lembaga pengelolaan sampah kering, social enterprise yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan konsep Bank Sampah Induk berbasis digital.
Bank Sampah Digital lahir pada 2020 lalu dan saat ini sudah sedang mendampingi 150 titik unit di Serang Raya, mencakup Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Cilegon, Banten.
Desty Eka Putri Sari, CEO Bank Sampah Digital, mengatakan dalam wawancaranya bersama Liputan6.com, Jumat 10 Desember 2022 bahwa, saat ini nasabah bank digital telah mencapai 3.549 nasabah.
Advertisement
Sistem Bank Sampah Digital mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk memilah dan menabung sampah yang bernilai ekonomi yang bertujuan untuk membuat masyarakat lebih berdaya, membuat lingkungan hidup lebih lestari dan memberikan keuntungan ekonomi secara langsung.
"Bank Sampah Digital mengajak masyarakat untuk secara aktif  turut serta mengelola sampah dari rumah untuk mengantisipasi meminimlisasi sampah di tingkat hilir, karna kita tahu sejatinya jika masyarakat tidak di edukasi, masyarakat tidak diajak ikut sera untuk peduli terhadap sampah milik mereka senidiri, maka niscaya hilir akan selalu penuh," kata Desty.
Menurut Desty, dirinya percaya bahwa pelestarian lingkungan tanpa melibatkan pemberdayaan masyarakat hanya akan menjadi seremonial.
"Tetapi kalau masyarakatnya diberdayakan maka akan tumbuh akses-akses yang lain termasuk sirkulasi ekonomi, peningkatan ekonomi dan lain sebagainya, saya pikir itu pada akhirnya menjadi penting," ujar Desty.
Dia menjelaskan bahwa dalam praktiknya, Bank Sampah Digital ini menyasar komunitas. Dengan komunitas, target yang ingin dicapai dapat dengan cepat terekselerasi.
"Komunitas ini termasuk komunitas ibu-ibu pengajian, ibu-ibu arisan dan anak muda RT RW, desa dan lain sebagainya yang minimal 20 orang, jadi minimal 20 orang sudah bisa buka titik unit Bank Sampah Digital," terang dia.
Program-Program Bank Sampah Digital
Kemudian, Desty menjelaskan manfaat apa saja yang bisa didapatkan dengan turut serta bergabung untuk turut serta menjadi penggiat Bank Sampah Digital.
"Bank Sampah Digital memiliki 3 misi, misi ini tidak bisa bercerai berai, misi yang pertama yaitu plestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi," terang dia.
Desty memaparkan, Bank Sampah Digital memiliki 10 program. Di awal kelahiranya, kata dia, Bank Sampah Digital sebenarnya hanya memiliki sekitar 5 program inti yang saat ini telah bergulir menjadi 10.
"Yang pertama adalah pembentukan titik baru Bank Sampah Digital di setiap RW. Serta melakukan penimbangan dan pengangkutan sampah terpilah," ucap dia.
Kedua, lanjut Desty, adalah adanya rumah edukasi, setelah titik-titik unit bank sampah berdiri yang kemudian bergerak ke program yang membantu para anggota atau titik unit untuk diajari proses melilah jenis-jenis sampah, harga-harga sampah, benefit dan sebagainya.
Kemudian Bank Sampah Digital juga memiliki program sedekah sampah.
"Kita tahun bahwa gak semua orang anggota di Bank Sampah Digital kesulitan secara finansial, ada orang yang sudah bebas atau free, tetapi mereka mau ikut askinya maka mereka-mereka inilah yang menjadi jantung bagi gerakan gerakan sosial yang tumbuh di Bank Sampah Digital," kata Desty.
Desty mengatakan, setiap titik unit Bank Sampah Digital, timnya akan memasikan bahwa disana tumbuh gerakan sosial.
"Seperti contoh titik unit yang berdiri maka kita akan meminta data berapa mustahik, berapa janda, berapa yatim dan sebagainya untuk tadi tidak sekedar lingkungan yang jadi lestari tetapi pemberdayaan masyarakatnya juga," terang dia.
Advertisement
Pelibatan Anak Muda Secara Aktif
Kemudian program selanjutnya yaitu Wirawaste yang melibatkan unsur anak muda secara aktif. Wirawaste adalah bank sampah yang mendampingi sekitar 14 cafe tempat nongkrongnya anak muda.
"Supaya anak muda itu gak hanya keren gara-gara nongkrong dan ngopi begitu aja, tetapi agar mereka mau memilah sampah bekas konsumsi mereka untuk memudian disimpan di dropbox disetiap cafe wirasaste yang menjadi mitra Bank Sampah Digital," kata Desty.
Tidak hanya itu, lanjut dia, pada 2021, Bank Sampah Digital kemudian memiliki program yaitu permodalan bergulir bebas bunga, bebas riba. Sedikit profit yang dimiliki Bank Sampah Digital kemudian diputar untuk mendanai 17 rumah tangga pemilik usaha rumahan.
"Satu stimulanya 500 ribu dan dicicilnya pake sampah, mungkin mereka kesulitan jika harus memisahkan atau mengalokasikan dana cash yang mereka miliki tapi kita yakin bahwa setiap rumah punya sampah dan bisa berdaya dari sampah dari rumah," papar dia.
Kemudian inovasi yang Bank Sampah Digital coba kembangkan adalah dengan men-support pemerintah disisi peningkatan APBD, APBN dan lain sebagainya.
Bank Sampah Digital berjejaring ke Pemerintah Kecamatan Kota Serang menginisiasi pembayaran SPPT PBB dengan menggunakan tabungan sampah.
"Script pajak ini nantinya dapat dibayarkan melalui tabungan sampah dan saat ini nasabah aktif yang mulai membayar SPPT PBB melalui Bank Sampah Digital ada sekitar 116 orang," ucap Desty.
Kemudian masyarakat juga dapat brobat dengan menggunakan tabungan sampah. Bank Sampah Digital berkerja sama dengan sebuah klinik untuk penyakit-penyakit ringan seperti batuk pilek.Â
Setelah itu Bank Sampah Digital mempunya program lainya yang bernama Lumbung Pangan, BSD Mart dan OZON.
"Program-program yang ada pada Bank Sampah Digital ini telah begulir menjadi akses lainya yang kemudian menjadi solusi untuk membantu peningkatan pemberdayaan masyarakat," kata dia.
Konversinya Bisa Ditukar dengan Kurban
Selain program-program yang telah disebutkan, Bank Sampah Digital juga, selain mengkonversi sampah menjadi uang, para nasabah juga dapat mengkonversi sampah menjadi kurban.
"Ada nasabah dari awal bilang kalo mereka ingin konversinya ini bukan uang tapi langsung di tukar sama kurban, trus juga bisa jika mau diambil pertiga bulan atau enam bulan untuk biaya sekolah dan lain sebagainya dan itu adalah sepenuhnya hak para nasabah dan kita tidak mengambil sedikitpun keuntungan dari itu artinya tidak ada biaya admin ketika mereka ingin melakukan pencairan dan sebagainya," ujar Desty.
Desty menjelaskan, sistem pencairan Bank Sampah Digital dapat langsung real time ke rekening nasabah, namun jika nasabah dampingan berada didaerah plosok ya maka akan dilakukan transfer ke kordinator.
"Makanya penting di titik bank sampah unit ini di setiap bank sampah unit itu ada kordinatior-kordinator yang kemudian menjadi the helper yaitu penolong lokal untuk bisa mendistribusikan informasi utuk pencairan dan lain sebagainya dan ini akan terus tumbuh," jelasnya.
Desty berharap dirinya dan tim Bank Sampah Digital untuk bisa menyebarkan praktik baik ini ke banyak tempat melalui media sosial yang bank sampah digitak miliki dan tentunya melalui kemitraan-kemitraan yang Bank Sampah Digital upayakan.
"Hampir di umurnya yang ke tiga tahun saya berharap praktik baik ini bisa direplikasi banyak orang dan mengajak lagi para mitra untuk bisa bergabung membuat Bank Sampah Digital menjadi lebih masif dan membawa obrolan isu-isu linkungan ke tongkrongan anak muda yang asik diperbincangkan," harap Desty.
Advertisement