Sukses

Mengenal Maladaptive Daydreaming, Gangguan Melamun Berlebih yang Berbahaya

Melamun biasa dilakukan seseorang ketika mereka berusaha melarikan diri dari situasi saat ini dan mencari ketenangan untuk sejenak.

Liputan6.com, Jakarta - Melamun biasa dilakukan seseorang ketika mereka berusaha melarikan diri dari situasi saat ini dan mencari ketenangan sejenak. Terlepas dari apa yang sering diajarkan kepada kita untuk percaya, melamun ternyata bisa sangat berguna. Bahkan, melamun telah disarankan sebagai cara seseorang untuk beristirahat dan menyegarkan diri mereka.

Tidak hanya bisa menjadi sumber kesenangan dan metode untuk menghilangkan kebosanan, penelitian menunjukkan bahwa kemampuan ini secara mental mampu meningkatkan kreativitas, pemecahan masalah dan perencanaan, juga sebagai penangkal rasa kesepian.

Sebagian individu seringkali menikmati aktivitas melamun dan menggunakannya sebagai cara mereka mencari hiburan, kenyamanan, dan kelegaan dari kesibukan aktivitas mereka sehari-hari.

Ketika melamun didefinisikan sebagai kegiatan berpikir yang tidak berkaitan dengan apa yang sedang dilakukan, hal ini akan mengisi sebagian besar otak kita saat bangun tidur dan menjadi bagian dari pengalaman yang kita lakukan sehari-hari.

Waktu mencuci piring, misalnya, kegiatan ini tidak memerlukan kekuatan otak yang banyak. Jadi, ketika pikiran kita mulai melayang memikirkan dan membayangkan hal selain mencuci piring, kita mungkin akan menganggap hal ini sebagai mode default sebab kita biasa melakukannya.

Akan tetapi, untuk beberapa kasus tertentu, melamun seringkali dilakukan secara berlebihan. Mengutip The Conversation, Selasa (13/12/2022), diperkirakan 2,5 persen orang dewasa mengalami jenis melamun berlebihan yang disebut sebagai gangguan maladaptive daydreaming.

Maladaptive daydreaming atau melamun maladaptif adalah saat seseorang melamun secara kompulsif dan terlibat dalam fantasi yang jelas dan plot melamun yang begitu berlebihan. Hal ini pun dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Itu Maladaptive Daydreaming?

Terdapat beberapa hal yang membedakan istilah maladaptive daydreaming dengan melamun pada umumnya. Tidak seperti melamun yang berlangsung sekilas, pelamun maladaptif bisa menghabiskan waktu berjam-jam pada suatu waktu dalam satu lamunan.

Sebuah studi menyatakan bahwa pelamun maladaptif dapat menghabiskan rata-rata setengah jam dari waktu mereka terjaga dan tenggelam dalam dunia fantasi yang sengaja mereka bangun. Dunia yang diciptakan ini biasanya cukup kaya dan fantastis, dengan plot yang kompleks dan alur cerita yang rumit dan bisa berkembang selama bertahun-tahun.

Dunia fantasi yang dibentuk oleh seorang pelamun maladaptif bisa terlihat sangat nyata dan memuaskan. Namun, ketika cerita terus dilanjutkan, hal ini mampu membuat mereka menjadi kompulsif dan adiktif.

3 dari 4 halaman

Melamun Bisa Menimbulkan Kecanduan

Individu yang mengalami maladaptive daydreaming cenderung mendapatkan dorongan kuat untuk melamun. Mereka akan merasa jengkel ketika kegiatan kesehariannya mengganggu pikiran mereka yang ingin melamun. Pada akhirnya, mereka kesulitan untuk berhenti atau mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk melamun.

Mengutamakan menghabiskan waktu dalam realitas alternatif dan mengorbankan kebutuhan fisik dan sosial nyatanya mampu menciptakan masalah di lingkungan sekitar, seperti tempat kerja, sekolah, sampai menjaga hubungan dekat.

Mayoritas individu yang alami melamun maladaptif dilaporkan mengalami tekanan psikologis, kesulitan tidur, dan perasaan malu tentang aktivitas melamun mereka.

Namun, perlu kita ketahui kalau aktivitas melamun yang mendalam (immersive daydreaming) dan menghidupkan sebuah fantasi tidak secara otomatis bisa disebut maladaptif. Kegiatan tersebut akan menjadi "maladaptif" saat menjadi sulit untuk dikendalikan dan mulai mengganggu keseharian serta tujuan hidup.

4 dari 4 halaman

Melamun Sebagai Strategi Coping Menghindari Emosi Negatif

Melansir dari The Conversation, para peneliti menduga bahwa orang-orang yang mengalami maladaptive daydreaming kemungkinan memiliki kemampuan untuk membuat fantasi imajinatif yang mendalam. Kemampuan ini biasanya sudah ditemukan sejak dini di masa kanak-kanak.

Menciptakan dunia imajinasi saat melamun menjadi sesuatu yang mereka lakukan untuk meregulasi perasaan tertekan. Perasaan tidak nyaman inilah yang menjadi motivasi seseorang untuk membentuk dunia batin yang nyaman sehingga bisa melarikan diri dari kenyataan.

Untuk sebagian pelamun maladaptif diketahui menggunakan kegiatan melamun sebagai strategi koping mereka. Melamun menjadi strategi yang akan mereka ambil untuk mengalihkan perhatian dari kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini pun mereka gunakan untuk mengatasi trauma atau peristiwa kehidupan yang sulit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.