Sukses

Tanpa Disadari, 5 Kebiasaan Ini Bisa Merusak Kesehatan Mental

Ketahui kebiasaan apa saja yang berpotensi merusak kesehatan mental.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang author buku asal Amerika Serikat, Joyce Meyer pernah berkata, "kebiasaan buruk merupakan musuh individu karena mereka menghalangi kita untuk menjadi seseorang yang kita inginkan."

Seiring individu tumbuh dan berkembang, mereka mengadopsi berbagai kebiasaan untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan. Namun, bersamaan dengan meningkatnya jumlah kebiasaan-kebiasaan tersebut, tanpa kita sadari, kita seringkali ikut memasukkan kebiasaan-kebiasaan yang bisa merusak kesehatan mental, bahkan otak kita.

Beberapa hal mudah sekali untuk dijadikan sebagai kebiasaan. Namun, masalahnya ketika kita ingin lepas dari kebiasaan tersebut, itu malah seringkali bisa merusak otak lewat berbagai cara.

Penyakit yang disebabkan pun tidak main-main, seperti demensia dan alzheimer, yang disebabkan oleh hilangnya kemampuan kognitif akibat jaringan otak yang terluka.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menyadari perilaku-perilaku buruk sehingga bisa menurunkan risiko mengalami kerusakan otak di usia muda. Hal ini secara langsung juga mampu meningkatkan kesehatan mental.

Salah satu kemampuan paling penting yang bisa membantu menjaga kesehatan mental adalah belajar meninggalkan kebiasaan. Setiap hari kita selalu dibombardir dengan begitu banyak informasi yang membuat kita sulit memahami semuanya dalam satu waktu.

Oleh karena itu, ketahui kebiasaan apa saja yang berpotensi merusak kesehatan mental, seperti melansir dari Sportskeeda, Rabu (14/12/2022).

 

2 dari 6 halaman

1. Kebiasaan Mengisolasi Diri

Di tengah keadaan yang membuat kita merasa tertekan, kita sering melarikan diri dari orang di sekitar kita dan melakukan isolasi diri.

Mudah untuk menjauhkan diri dari orang lain dan keadaan realitas ketika kita merasa tidak bahagia dan dirasuki pikiran-pikiran yang negatif. Namun, melakukan ini terlalu lama juga bisa memunculkan efek negatif, sebab dapat membuat kita merasa lebih tertekan.

Di sisi lain, isolasi sosial bisa diakibatkan tidak hanya karena kita merasa tidak bahagia. Faktor lain yang memicu isolasi termasuk keterbatasan fisik, penderitaan emosional, social anxiety, dan depresi.

Menghabiskan waktu sendirian bermanfaat sebagai metode perawatan diri yang memberikan seseorang momen untuk mengisi ulang tenaganya, setelah menghabiskan waktu terlalu lama berada di tengah masyarakat.

Akan tetapi, terlalu lama melakukan isolasi juga bisa menyebabkan masalah seperti kecanduan zat adiktif, kerusakan kognitif, kurang tidur, dan kematian dini.

3 dari 6 halaman

2. Kebiasaan Menunda-nunda

Menunda sebuah aktivitas bukanlah sesuatu yang ilegal untuk dilakukan. Namun, kita tidak bisa selamanya terus menunda-nunda setiap tindakan dan pekerjaan. Menunda apa yang seharusnya terjadi dapat berdampak pada kesehatan mental. Hal ini bisa menyumbat jadwal dan menimbulkan keadaan yang tidak pasti.

Menunda-nunda juga menjadi satu hal yang menghalangi seseorang dalam meraih kesuksesan. Jadi, untuk memutus rantai kebiasaan ini kita bisa mencoba untuk menyelesaikan tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan. Menyingkirkan kebiasaan menunda-nunda tidak akan mudah dan memerlukan pelatihan.

Apa yang bisa kita lakukan adalah berusaha dan berlatih dengan baik untuk mengurangi kebiasaan tersebut. Kita bisa mulai dengan berhenti mengambil tindakan menghindar untuk menghentikan kebiasaan menunda.

4 dari 6 halaman

3. Takut Akan Kesalahan

Takut akan membuat kesalahan menjadi kebiasaan yang bisa merusak kesehatan mental. Ketakutan ini berasal dari keyakinan diri sendiri bahwa seseorang harus 'sempurna'.

Untuk mengatasi hal ini, kita harus mengakui kesalahan ketika terjadi. Coba untuk tidak mengkritik diri sendiri karena melakukan hal-hal yang tidak bisa diubah. Hindari terlalu sibuk dengan pencapaian, sebab kegagalan merupakan sesuatu yang bisa saja terjadi. Apa yang membuat berbeda adalah cara kita menanggapinya.

5 dari 6 halaman

4. Menetapkan Batasan yang Tidak Jelas

Membiarkan orang lain melangkahi batasan-batasan pribadi juga bisa berbahaya bagi kesehatan mental seseorang. Mayoritas individu perlu mengembangkan batasan yang lebih kuat dan lebih sehat.

Hal ini bisa dilakukan dengan menolak secara sopan dan bersih sebagai salah satu keterampilan paling krusial dalam unsur kepemimpinan. Belajar mengatakan "tidak" punya arti "ya" untuk diri sendiri, karena setuju tidak ingin melakukan hal yang diminta orang lain sebab diri kita tidak menginginkannya.

Menetapkan batasan seperti ini juga dibutuhkan kesehatan mental sebuah perusahaan. Organisasi yang tidak berfungsi dengan baik biasanya memiliki batasan yang tidak jelas dan longgar. Oleh karena itu, kejelasan, keselamatan, keamanan, dan ketertiban menjadi hal yang dapat dipelajari dari penetapan batasan yang sehat.

Batasan-batasan ini merupakan produk dari seorang pemimpin yang kuat dan harus diikuti oleh semua individu di bawah perusahaan tersebut supaya timnya bisa sukses dalam bekerja.

6 dari 6 halaman

5. Mengabaikan Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik dan mental memiliki hubungan yang saling memengaruhi satu sama lain. Jadi, ketika salah satu sisi dari mereka mengalami masalah, sisi kesehatan yang lain juga akan terkena dampaknya.

Mengabaikan kesehatan fisik bukanlah ide yang baik karena alasan tersebut. Misalnya saja saat seseorang mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi atau stres akut. Ini akan menimbulkan penyakit fisik seperti psoriasis, yaitu kondisi peradangan kulit yang menyebabkan kulit bersisik dan mudah mengelupas disertai rasa gatal.

Tidak hanya itu, ketika seseorang jarang berolahraga, pola makan tidak dijaga dan tidak sehat, serta berat badan yang bertambah turut berkontribusi sebagai dampak yang disebabkan dari gejala kelelahan dan insomnia.