Sukses

Vaksin Jadi Proteksi bagi Pasien Kanker sebagai Kelompok Rentan Covid-19

vaksin penting sebagai pencegahan dan pengobatan COVID-19 yang benar untuk individu kelompok rentan, terutama pasien kanker.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai kelompok rentan COVID-19, pasien kanker harus menjalani serangkaian tindakan kemoterapi dan mengonsumsi obat untuk mencegah penyebaran sel kanker yang cepat. 

Berkaitan dengan hal itu, vaksin menjadi senjata untuk terus digencarkan sebagai bentuk pencegahan dan kekebalan imunitas pasien kanker yang lebih rendah.

Ada pun untuk pemberiannya, imunitas pada pasien kanker dibedakan menjadi dua, yakni imunitas aktif melalui vaksinasi, dan imunitas pasif.

“Vaksinasi adalah untuk pencegahan, bukan untuk pengobatan. Untuk vaksinasi aktif, kita masih mengikuti jadwal dari Pemerintah. Untuk imunisasi pasif atau monokromal antibody, pemberian ini diberikan setiap 6 bulan sampai pasien dapat kembali,” tutur Dr. Jeffrey Beta Tenggara Sp.PD-KHOM, Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Hemato-Onkologi Medik dalam webinar AstraZeneca bersama CISC (Cancer Information & Support Center), Sabtu 15 Desember 2022.

Kelompok rentan pada pasien kanker terutama adalah kepada mereka yang dalam proses kemoterapi. Hal ini dikarenakan mereka sedang mengalami fase aplasia yang menurunkan hemoglobin dan berdampak pada penurunan imunitas. 

Sebabnya, pasien yang sedang menjalani kemoterapi dan mengalami COVID harus memberhentikan pengobatannya terlebih dahulu. 

Oleh karena itu, pemberian vaksin sangatlah penting bagi para pasien kanker karena tak hanya untuk mengembalikan pasien kepada jadwal pengobatan, tetapi juga untuk mencegah COVID berat.

Pasien kanker juga dibagi atas dua kategori, yakni kanker darah dan kanker tumor padat yang berpengaruh pada urgensi pengobatan. 

“Untuk kanker darah mengalami pengobatan yang lebih rumit, baik dari sifat maupun treatment. Ini karena sifat imunitas yang dibawa dari darah putih dan pengobatan kanker darah yang jauh lebih rumit dari solid cancer,” tutur dr. Jeffrey

 

 

2 dari 4 halaman

Pengobatan Covid Saat Kemoterapi

Berhentinya pengobatan kemoterapi ketika pasien terpapar COVID tentunya menjadi problematika karena akan menimbulkan jeda pengobatan yang memungkinkan sel kanker menjadi lebih parah dan lebih agresif. 

"Ada juga pasien kanker yang memiliki gejala yang lebih berat yang membuat pasien kanker menjadi korban dari pasien Covid itu sendiri," ucap dr. Jeffrey

Namun, pasien yang menjalani terapi target, pengobatan yang tidak seberat kemo, tetap dapat menjalani perawatan kanker ketika mereka sudah terpapar. 

Selain untuk untuk mencegah COVID berat dan mengembalikan pasien pada jadwal pengobatan, vaksin juga menjadi perlindungan bagi pasien kanker. Utamanya, karena respons pasien kanker yang mendapatkan vaksin memiliki perlindungan lebih baik pada pasien kanker non vaksin, dan bahkan orang yang tidak divaksin. 

 

 

 

3 dari 4 halaman

Pencegahan Sebagai Hal Utama

COVID 19 yang bersifat fluktuatif membuat kita semua harus waspada dan siap dalam menghadapinya setiap waktu. Untuk itu, pencegahan tetap menjadi hal utama yang terus digencarkan, dibarengi dengan vaksin sebagai pemberian pertahanan dan kekebalan. 

Aspek pencegahan pun kerap menjadi pesan bagi dr. Jeffrey untuk senantiasa dilakukan. 

"Saya ingatkan bagi mereka yang sedang kemoterapi untuk tetap melakukan prevensi, menggunakan masker dan menjaga jarak," pungkasnya. 

Ada pun kini, dr. Jeffrey mengaku bahwa para pasien sudah lebih baik dalam menjaga kesehatan dan mengalami lebih sedikit gejala, dibandingkan 3 tahun lalu saat lonjakan delta melanda. 

4 dari 4 halaman

Tips dari Penyintas

Estriningsih selaku penyintas kanker payudara stadium 3A, terdiagnosis kanker pada November 2020 lalu.

Pengobatan yang telah dilakukannya sejak 2020 seharusnya selesai lebih awal karena tertunda akibat paparan COVID 19 yang sempat menyerangnya.

Pengobatannya kemudian selesai pada Januari 2022, yang mencakup mastektomi, kemoterapi sebanyak 6 kali, dan target terapi sebanyak 18 kali. 

Bersamaan dengan pengobatan kanker, Estri juga harus melakukan pengobatan Covid yang ia jalani.

Estri mengaku, perjalanannya melawan Covid dan kanker di saat yang bersamaan tidaklah mudah. 

"Waktu itu yang menjadi concern saya adalah menjaga imun tubuh untuk terus membaik. Pola pikir saya harus terus saya benahi sekaligus terus mendekatkan diri kepada sang pencipta," ungkapnya. 

Tak hanya itu, ia juga mencari informasi yang benar dari para karena kala itu informasi masih terbatas dan simpang siur.

Mempercayakan pengobatan kanker pada dokter yang merawat, menjalani pengobatan dengan bahagia, berpikir positif, menjaga nutrisi yang seimbang, dan menjaga prokes juga menjadi cara Estri untuk menjaga kekebalan.