Liputan6.com, Jakarta - Penampilan timnas Maroko di Piala Dunia 2022 berhasil memikat mata jutaan orang usai berhasil lolos hingga babak semifinal Piala Dunia 2022.
Kalah dari Prancis dengan skor 2-0 pada babak semifinal, Kamis (15/12/22) dini hari, tak membuat dukungan penggemar di seluruh dunia terhadap tim Singa Atlas itu luntur.
Baca Juga
Berbagai dukungan dari penjuru dunia pun ditujukan untuk Maroko, terlebih lagi ketika timnas asuhan Walid Regragui itu berhasil menaklukan salah satu tim raksasa Piala Dunia, Spanyol.
Advertisement
Dilansir Aljazeera, Walid Reragui yang merupakan pelatih dari timnas Maroko pun mengatakan, “Ketika kalian menonton film Rocky, kalian pasti akan mendukung karakter Rocky Balboa dalam film tersebut. Kami rasa bahwa kami tengah menjadi karakter Rocky Balboa dalam pertandingan (Piala Dunia 2022) ini.”
“Melihat dari banyaknya perhatian yang diberikan kepada kami, untuk saat ini sepertinya dunia sedang bersama Maroko,” ujar Regragui menambahkan.
Jurnalis olahraga Oluwashina Okeleji juga mengemukakan pendapatnya terkait bersinarnya timnas asal Afrika-Arab di Piala Dunia 2022 ini.
“Selama beberapa dekade, tim-tim dari Afrika telah dikritik karena tidak cukup baik atau disiplin, tetapi turnamen ini menunjukkan bahwa Afrika benar-benar bangkit," tutur Okeleji.
“Dipersenjatai dengan pemain yang sangat brilian dan staf pelatih yang selalu memberikan dukungan penuh, Maroko telah menghidupkan kembali orang-orang yang merasa terabaikan dan tidak dihargai,” Okeleji menambahkan.
Kesuksesan yang Bikin Bangga
Bagi orang Afrika, kesuksesan Maroko merupakan kemenangan bagi seluruh benua dan juga menyoroti beberapa akar dan budaya asli Amazigh dari para pemain.
Amazigh sendiri merupakan etnis asli yang berasal dari kawasan timur lembah Nil di Afrika Utara.
Dalam pernyataanya, Okeleji mengatakan, “Perasaan puas, senang, dan bahagia bercampur menjadi satu ketika mengetahui tim Singa Atlas berhasil meraih kesuksesan di Piala Dunia hingga membuat seantero benua bangga.”
“Penggemar yang berasal dari Ghana, Nigeria, Afrika Selatan dan negara lainnya di benua tersebut percaya bahwa mereka (Maroko) bisa melangkah lebih jauh lagi ke depannya,” ujar Okeleji.
Advertisement
Nilai Keislaman yang Kental
Bagi pemain sepak bola beragama Islam, aktivitas seperti membaca Al-Fatihah sebelum dimulainya pertandingan dan melakukan sujud syukur setelah pertandingan membuat para pemain timnas Maroko memikat hati jutaan orang, khususnya supporter muslim.
“Mereka tim yang sangat luar biasa. Foto ketika mereka berdoa bersama, lalu mendengarkan musik bersama, hingga melakukan sujud syukur membuat orang-orang merasakan bahwa kami (supporter) merupakan bagian dari mereka,” ujar Donia, seorang wanita keturunan Mesir-Aljazair-Prancis kepada Aljazeera, Rabu (14/12/22).
“Saya mengungkapkan bahwa kami (supporter) merasa terhubung selayaknya ada ikatan keluarga ketika melihat foto para pemain Maroko merayakan kemenangan dengan ibunya dan juga membawa bendera Palestina,” ungkap Muna Shihabi, seorang pengungsi asal Palestina yang dibesarkan di Maroko.
“Tim Singa Atlas benar-benar memberikan kekuatan dari (dan bagi) orang selatan untuk percaya kepada diri mereka sendiri,” tutup Shihabi.
Jadi Pemersatu
Hadirnya Maroko sebagai negara Afrika-Arab pertama yang mencatat sejarah karena berhasil melaju hingga babak semifinal Piala Dunia 2022 di Qatar, membuat orang-orang dari negara kawasan tersebut bersatu memberikan dukungan kepada tim Singa Atlas.
Persahabatan yang terjalin antar anggota timnas Maroko pun bukan hanya sebatas rekan kerja, melainkan sudah seperti adanya ikatan saudara.
Sebanyak 14 dari 26 pemain lahir di luar Maroko, tapi mereka menunjukkan ikatan yang sangat erat. Mulai dari tarian Yassine Bounou hingga persahabatan Zakaria Aboukhlal dan Abdelhamid Sabiri.
Adanya perbedaan latar belakang juga yang membuat tim Singa Atlas menjadi kompak dan membentuk sebuah ikatan yang membawa persatuan bagi para pendukung yang berasal dari Arab, Afrika, dan orang-orang muslim.
Kemudian, terlepas dari adanya perbedaan politik juga, Maroko mampu menjadi agen pengikat orang-orang tersebut melalui bahasa, budaya, dan agama.
Advertisement