Liputan6.com, Jakarta - Menjelang pertandingan Final Piala Dunia 2022, sebagian pemain sepak bola Prancis dikabarkan terjangkit virus Flu Unta. Penyakit mirip flu ini ternyata telah memengaruhi beberapa pemain Prancis selama berkompetisi di pertandingan internasional yang dilaksanakan di Qatar ini. Para pemain yang jatuh sakit ini menambah kekhawatiran akan menyebarnya Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di Qatar.
Sebelumnya, pesepak bola Adrien Rabiot dan Dayot Upamecano diisolasi setelah menunjukkan gejala-gejala MERS atau dikenal sebagai 'Flu Unta', membuat mereka tidak bisa ikut bermain dalam pertandingan Prancis melawan Maroko pada Rabu (14/12/2022)
Baca Juga
Pelatih Jepang Puji Kinerja Shin Tae-yong Meski Kalah 0-4, Sebut Timnas Indonesia Punya Kans Lolos Piala Dunia
Koreografi Gundala vs Godzilla di Laga Timnas Indonesia Kontra Jepang Banjir Pujian
Desain Jersey Timnas Indonesia Mengandung Doa Kemenangan Lawan Jepang di Laga Kualifikasi Piala Dunia 2026
Kabar pun berlanjut ketika pelatih tim Prancis, Didier Deschamps mengonfirmasi kabar mengenai pemain Prancis lainnya, yaitu Kingsley Coman yang juga menunjukkan gejala-gejala serupa pada Jumat (16/12/2022)
Advertisement
Penyakit yang disebabkan oleh virus MERS Corona ini pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada 2012. Setelah itu virus ini telah menyebabkan kematian manusia dengan total hampir 1.000 korban jiwa di seluruh dunia. Penyakit ini diketahui sebagai "virus zoonosis", karena ini merupakan virus yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Melansir UPI.com (16/12/2022), Didier Deschamps mengungkapkan mereka sedang mengambil seluruh tindakan pencegahan yang diperlukan, untuk memastikan virus tersebut tidak menyebar ke pemain lainnya.
Prancis direncanakan akan menghadapi Argentina dalam pertandingan Final Piala Dunia 2022. Pertandingan final ini dikabarkan akan dilaksanakan pada Minggu, 18 Desember 2022 mendatang di Stadion Lusail, Qatar.
Namun, kabar para pemain sepak bola yang terjangkit virus Flu Unta ini memunculkan kekhawatiran bagi kubu Prancis.
Â
Apa itu 'Flu Unta'?
Flu unta merupakan nama umum yang digunakan untuk menyebut Middle East Respiratory Syndrome (MERS), suatu virus penyakit yang menyerang pernapasan yang disebabkan oleh virus MERS-Cov.
Virus ini termasuk sebagai virus zoonosis, karena dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Dalam hal ini, unta menjadi hewan penghubung dari penyakit ini.
Menurut AS.com (16/12/2022), sejak diidentifikasi pada 2012 di Arab Saudi, sudah ada sekitar 2.600 kasus yang terjadi dan telah memakan hampir 1.000 korban jiwa di seluruh dunia.
Namun, sebanyak 80 persen kasus penyakit ini hanya memengaruhi orang yang pernah atau berada di Arab Saudi.
Penularan MERS-Cov dari manusia ke manusia sangat mungkin terjadi dan penelitian telah menunjukkan bahwa ada potensi virus ini akan menular melalui udara.
Sekitar 30 sampai 35 persen dari kasus Flu Unta yang dilaporkan ke WHO selama satu dekade terakhir telah meninggal.
Qatar menjadi salah satu dari 27 negara yang telah melaporkan kejadian kasus penyebaran MERS-Cov ke WHO.
Sampai saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus yang tersedia untuk mengobati pasien yang terinfeksi.
Â
Advertisement
Gejala-Gejala Penyakit Virus Flu Unta
Layaknya penyakit yang menyerang daerah pernapasan, gejala-gejala paling umum yang ditimbulkan dari Flu Unta di antaranya adalah demam, sakit tenggorokan, batuk kering, dan sesak napas. Pasien mungkin juga akan menderita gejala gastrointestinal, seperti sakit perut, mual atau diare.
Beberapa kasus Flu Unta yang parah telah menyebabkan penderitanya mengalami komplikasi, seperti Pneumonia, tapi hal ini biasanya tidak menjadi masalah utamanya.
Sebelumnya, Qatar telah memiliki kasus MERS dan meskipun total kasus yang dilaporkan sebanyak 28 kasus yang keluar dari total penduduk 1,7 juta orang di Qatar, hal ini tidak membuat MERS menjadi sangat umum.
Â
MERS-Cov-2 Tidak Sama dengan SARS-Cov-2
Selain berbeda dengan SARS-Cov-2, penyakit ini juga tidak sama dengan flu biasa karena membawa risiko-risiko yang berbeda. Melansir Forbes (16/12/2022) penyakit ini mampu menyebabkan komplikasi dan menjadi Pneumonia.
MERS bisa menjadi sangat buruk, terutama jika orang-orang yang terjangkit merupakan orang berusia lanjut dan telah memiliki kondisi kesehatan yang tidak baik, dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.
Belum ada vaksin atau perawatan untuk MERS dan berdasarkan data yang disampaikan World Health Organization (WHO) mengungkapkan, sebanyak 35 persen dari pasien yang mengidap MERS-Cov telah meninggal dunia.
Advertisement