Liputan6.com, Jakarta - Amoeba pemakan otak yang disebut sebagai infeksi Naegleria fowleri telah menyerang salah satu warga negara asal Korea Selatan.
Seorang pria berumur sekitar 50 tahunan meninggal setelah 10 hari menunjukan adanya gejala infeksi langka. Dirinya diduga terinfeksi oleh amoeba pemakan otak di Thailand.
The Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) mengonfirmasi bahwa pria asal Korsel meninggal yang menetap sementara di Thailand selama empat bulan, meninggal setelah terinfeksi Naegleria fowleri.
Advertisement
Saat kembali ke Korea Selatan pada 10 Desember 2022, pasien mulai menunjukan gejala meningitis, seperti sakit kepala, demam, muntah, sulit bicara, tegang di bagian leher, sehingga dilarikan ke ruang IGD.
Kondisi semakin parah, pasien dinyatakan meninggal pada 21 Desember 2022. Otoritas kesehatan di Korsel pun melakukan tindakan lanjut utnuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.
Menjalani serangkaian tes, otoritas kesehatan menemukan infeksi Naegleria fowleri di dalam tubuhnya.
Dilansir dari Korea Times pada Kamis 29 Desember 2022, ini adalah kasus infeksi Naegleria fowleri pertama di Korea.
KDCA belum menemukan bagaimana penularan bisa terjadi, tapi mereka mencatat berenang atau menggunakan air yang telah terkontaminasi menjadi penyebab utama penularan.
Amoeba bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui hidung dan menyebabkan infeksi otak langka yang dapat mengancam jiwa yang disebut sebagai Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM).
Tingkat kasus kematian PAM bisa mencapai 97 persen, tapi infeksi ini tidak menyebar antar manusia.
Apa Itu Amoeba Pemakan Otak?
Naegleria fowleri merupakan nama ilmiah untuk amoeba pemakan otak. Amoeba ini memiliki sel tunggal yang umumnya ditemukan di air tawar hangat, seperti danau, sungai dan kolam.
Infeksi ini tidak menular antar manusia, melainkan melalui air yang telah terkontaminasi. Seseorang mungkin terinfeksi Naegleria fowleri ketika pergi ke tempat pemandian umum dan kolam renang.
Ketika mereka menyelam dan menenggelamkan kepala ke dalam air yang terkontaminasi amoeba, ada kemungkinan mereka akan terjangkit infeksi satu ini. Â
Mengutip dari wionews, menurut United States Centers for Disease Control (CDC), amoeba bergerak dari hidung dan memasuki rongga otak.
Setelah itu, amoeba akan merusak jaringan otak dan menyebabkan infeksi yang jarang terjadi namun fatal apabila sudah menyerang. Kondisi ini disebut dengan Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM).
Advertisement
Dimana kah Pertama Kali Amoeba Pemakan Otak Ditemukan?
Kasus amoeba pemakan otak pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada 1937.
CDC telah memperingatkan, pada bulan musim panas, mulai dari Juli – September, amoeba berkembang biak di perairan air tawar di Amerika Serikat. Amoeba pemakan otak tidak akan berada di perairan asin, seperti laut dan air payau.
Organisme ini tumbuh sumbur di air hangat dan panas dengan suhu tinggi hingga 46 derajat Celsius. Namun, terkadang mereka masih tetap hidup di suhu yang lebih hangat.
Kasus yang dilaporkan pada Senin (26/12/22) menjadi kasus pertama amoeba pemakan otak di Korea Selatan.
Pada 2018, kasus amoeba pemakan otak mencapai total hingga 381 kasus yang telah dilaporkan di seluruh dunia, terutama dari Amerika Serikat, India dan Thailand.
Gejala Infeksi Otak
Gejala paling umum yang dirasakan biasanya akan terasa sekitar lima hari setelah terinfeksi, di antaranya demam, mual dan muntah.
Gejala lainnya akan terjadi setelah beberapa hari, yaitu leher terasa kaku, linglung, kejang, halusinasi hingga koma.
Kondisi ini bisa semakin parah ketika amoeba berhasil menghancurkan jaringan pada otak. Inilah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan di otak dan akhirnya berujung pada kematian.
Penyakit ini berkembang dengan cepat dan umumnya kematian dapat terjadi antara satu sampai lima hari setelah mengalami infeksi.
Â
Advertisement