Liputan6.com, Jakarta- Penelitian terbaru menemukan bahwa anjing dapat mengetahui jika manusia membohongi mereka.
Spesifiknya, para peneliti menemukan bahwa anjing bereaksi secara berbeda terhadap informasi palsu yang disampaikan oleh manusia.
Baca Juga
Temuan ini menunjukkan bahwa anjing memiliki 'theory of mind' yang mereka gunakan untuk menjelaskan apa yang sedang dilakukan pemiliknya. Anak-anak biasanya mengembangkan kemampuan ini sekitar usia 4 tahun.
Advertisement
"Meskipun setiap pemilik anjing berpikir bahwa anjing mereka 'memahami' mereka, belum ada penelitian ilmiah yang menunjukkan tingkat penalaran anjing akan hal tersebut,” tulis penulis senior Ludwig Huber, kepala unit Kognisi Komparatif di Messerli Research Institute di Wina, dan penulis utama Lucrezia Lonardo, seorang mahasiswa doktoral di Messerli Research Institute, kepada Live Science, dikutip Liputan6.com, Jumat (30/12/2022).
Studi sebelumnya yang telah meneliti apakah anjing dapat memahami penipuan atau tidak memiliki hasil yang bertentangan, kata mereka.
"Dan, secara umum, para ilmuwan masih memperdebatkan apakah hewan non-manusia lainnya dapat menunjukkan apa yang disebut 'membaca pikiran'" yang diperlukan untuk mendeteksi kebohongan," tulis para penulis.
Untuk mengetahui tentang kebohongan ini, pada fase pertama, Huber dan Lonardo mengumpulkan 260 anjing dari berbagai usia dan puluhan ras yang berbeda untuk percobaan yang desainnya didasarkan pada penelitian sebelumnya pada anak manusia, kera besar, dan anjing.
Pada fase kedua, penulis menguji bagaimana pilihan anjing terhadap ember dipengaruhi oleh perilaku komunikator. Berikut penjelasan singkatnya dihimpun Liputan6.com:
Fase Pertama Penilitian
Untuk mengetahui tentang kebohongan ini, Huber dan Lonardo mengumpulkan 260 anjing dari berbagai usia dan puluhan ras yang berbeda untuk percobaan yang desainnya didasarkan pada penelitian sebelumnya pada anak manusia, kera besar, dan anjing.
Dalam percobaan tersebut, anjing diperlihatkan dua ember buram yang bisa menampung makanan. Satu pelaku eksperimen (hider) selalu menyembunyikan makanan di satu wadah pada awalnya.
Namun, dalam separuh percobaan, ia memindahkan makanan ke wadah kedua sebelum meninggalkan ruangan.
Sementara itu, orang kedua yang disebut komunikator dengan hati-hati mengawasi gerakan hider dan memberi tahu anjing-anjing di mana harus mencari makanan berdasarkan apa yang dilihatnya.
Selama tahap pertama percobaan, anjing tidak melihat di mana makanan itu disembunyikan sebelumnya, tetapi komunikator selalu mengatakan yang sebenarnya kepada anjing.
Untuk melakukan itu, komunikator berjongkok ke ember berisi makanan, mengambilnya, bergantian tatapan antara ember dan anjing dan berkata "lihat, ini bagus, ini sangat bagus."
Advertisement
Fase Kedua Penelitian
Pada fase kedua, penulis menguji bagaimana pilihan anjing terhadap ember dipengaruhi oleh perilaku komunikator. Dalam satu tes, komunikator meninggalkan ruangan setelah melihat si penunggu menaruh makanan di ember pertama. Setelah komunikator meninggalkan ruangan, hider memindahkan makanan ke ember lainnya (dengan kata lain, komunikator tidak melihat hal ini terjadi).
Dalam tes lain, komunikator hadir ketika si penyembunyi memindahkan makanan dari wadah pertama ke wadah berikutnya.
Dalam kedua tes tersebut, komunikator menyuruh anjing-anjing untuk makan dari ember pertama dengan melihat ember itu dan mengatakan bahwa ember itu bagus.
Mayoritas anjing memilih ember dengan makanan di dalamnya. Tetapi mereka menemukan bahwa lebih banyak anjing yang memilih ember yang ditunjukkan komunikator jika komunikator tidak berada di ruangan ketika si penyembunyinya mengganti lokasi makanan (dalam hal ini, komunikator mengira bahwa apa yang mereka sarankan sebenarnya benar).
"Karena lebih banyak anjing yang menolak untuk mengikuti informan manusia yang tahu di mana makanan berada (berbeda dengan yang tidak tahu) tetapi masih menunjuk ke cangkir kosong, kami pikir anjing-anjing itu mungkin telah memahami bahwa sarannya 'menipu'," tulis para penulis dalam email.
Hasil Penelitian
Sebenarnya, masih belum jelas mengapa banyak anjing akan mengikuti komunikator daripada mempercayai mata mereka sendiri.
Pada bagian pertama uji coba, komunikator selalu mengatakan yang sebenarnya kepada anjing-anjing tentang di mana makanan itu disembunyikan, sehingga mereka bisa membangun hubungan kepercayaan dengannya, kata Huber.
Atau anjing-anjing itu bisa saja memiliki alasan lain untuk melakukannya.
"Ini hanya spekulasi dan alasan yang tepat mengapa anjing membuat pilihan suboptimal di bawah pengaruh manusia masih belum diketahui," kata Lonardo.
Menariknya, salah satu ras, terrier, lebih sering mengabaikan saran dari komunikator yang salah daripada saran yang menyesatkan dari komunikator yang ada di ruangan itu.
"Itu tampaknya tidak sesuai dengan kemampuan untuk mendeteksi 'penipu' manusia," tulis para penulis.
"Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki secara tepat reaksi ras yang berbeda terhadap niat manusia yang berbeda," sambungnya.
Para peneliti merencanakan studi baru untuk menguji sejauh mana anjing dapat memahami kondisi mental manusia seperti itu.
Advertisement