Liputan6.com, Jakarta Belakangan ini kembali viral di dunia maya tentang salah satu jenis permainan tradisional, yakni latto-latto. Bahkan diketahui bahwa Presiden Joko Widodo sempat menjajal permainan tersebut bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, saat berkunjung ke Subang beberapa waktu lalu.
Adapun, latto-latto merupakan jenis permainan sederhana yang terbuat dari sepasang bola kecil yang terikat di tali. Permainan yang cukup banyak dimainkan oleh anak-anak ini, memiliki bunyi yang unik ketika dua bola saling dibentur.
Melansir laman NU Online, Selasa (3/1/23) terkait hal itu, ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Sumenep, Kiai Zamzami Sabiq Hamid menyatakan permainan tersebut memiliki sisi positif dan negatif.
Advertisement
Menurutnya, mengganggu atau tidak dari permainan latto-latto yang sedang viral itu, tergantung penggunaannya. Adapun, jika penggunaannya pada waktu dan situasi yang tepat, serta dengan durasi permainan yang tidak berlebihan maka tentu tidak mengganggu.
"Namun jika berlebihan, ditambah dimainkan di waktu dan situasi yang tidak tepat, tentu akan sangat mengganggu,"Â ungkapnya.
Namun, di balik itu juga ada beberapa sisi positif permainan latto-latto. Salah satunya dapat mengalihkan dan mengurangi dampak kecanduan gadget yang saat ini banyak dialami oleh anak-anak.
Serta, permainan ini mendukung untuk menstimulus kemampuan motorik anak. Juga dapat meningkatkan fungsi koordinasi antara kemampuan kognitif dan motorik.
"Fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik halus di tangan anak ini terjadi ketika anak berusaha memainkan latto-latto hingga menimbulkan bunyi etek-etek,"Â tambahnya.
Â
Â
Â
Dimainkan bersama teman sebaya
Dampak positif lain dari permainan ini juga bisa didapat jika seseorang memainkannya dengan teman sebaya. Hal itu tentunya secara otomatis akan meningkatkan perkembangan sosial dan emosional anak. Dan ini sangat berpengaruh kepada kecerdasan emosional anak nantinya.
Sedangkan sisi negatif dari permainan latto-latto, lebih kepada risiko yang terjadi saat memainkan permainan ini. Yang mana, diketahui sebelumnya permainan ini dimainkan dengan cara membenturkan 2 bola kecil yang bertekstur keras menggunakan satu telapak tangan dengan gerakan naik turun hingga mengeluarkan bunyi nyaring.
Jika tidak berhati-hati, permainan ini dapat menimbulkan tangan bengkak, kepala benjol jika terkena kepala, dan juga seringkali memicu perkelahian antar pemain setelahnya.
"Jika ini terjadi, tentu akan sangat buruk dampak psikologisnya," ujar Kiai Zamzami.
Â
Advertisement
Perlu pengawasan orangtua
Kiai Zamzami menyarankan pada orangtua, untuk mengawasi anak-anak saat bermain. Hal ini juga untuk mengantisipasi dampak negatif dan hal-hal yang tidak diinginkan.
Serta pelru diperhatikan bahwa intensitas permainan latto-latto ini jangan sampai mengabaikan aktivitas dan kebutuhan anak yang lainnya. Misalnya, ketika latto-latto dilombakan, harus dilakukan pada usia anak yang tepat.
Karena di usia yang tepat akan mengasah emotional challenge pada diri anak. Adapun kategori usia yang tepat untuk permainan latto-latto sebaiknya dimainkan pada usia 8 tahun ke atas.
Diketahui hal ini mengacu pada teori tahap bermain anak menurut Jean Piaget, salah satu tokoh psikologi asal Swiss yang menerangkan bermain berdasarkan usia dan perkembangan kognitif anak.
"Tahapan yang diuraikan oleh Jean Piaget adalah Sensory Motor Play (usia 0-2 tahun), Symbolic atau Make Believe Play (usia 2-7 tahun), Social Play Games With Rules (8-11 tahun), dan Games With Rules and Sport (11 tahun ke atas)," ungkapnya.
Â
Usia yang tepat untuk main latto-latto
Begitu pun Kiai Zamzami juga memberi penjelasan bahwa anak usia 8 tahun ke atas telah memiliki kemampuan kognitif untuk menangkap rules (aturan) saat bermain latto-latto, sehingga dapat dilakukan secara sendiri maupun bersama temannya.
Sehingga ia menjelaskan risiko bahaya yang terjadi jika permainan latto-latto dilakukan oleh anak di usia yang kurang tepat atau bahkan di usia yang tepat tetapi dilakukan secara berlebihan.
"Anak harus diajarkan bagaimana membagi waktu yang pas saat bermain. Jangan sampai anak melupakan aktivitas atau tugas sehari-harinya, seperti istirahat, ibadah, belajar dan lainnya. Jangan sampai latto-latto menjadi over stimulus yang tentu akan menjadi tidak baik bagi perkembangan anak,"Â tuturnya.
Â
Advertisement