Liputan6.com, Jakarta - Di tengah persoalan pengelolaan sampah plastik, tanggung jawab sosial perusahaan dan pemangku kepentingan lain dalam mengatasi masalah lingkungan termasuk masalah sampah plastik, sangat ditunggu oleh masyarakat.
Kolaborasi multi pihak menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah lingkungan.
Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup No 75 Tahun 2019, KLHK mendorong perusahaan untuk mengelola lingkungan dan menerapkan praktek industri ramah lingkungan melalui audit dan pemberian peringkat penghargaan Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER).
Advertisement
Salah satu perusahaan yang berlangganan memperoleh anugerah ini adalah Danone AQUA. Tahun ini keenam kalinya Danone AQUA menerima penghargaan Proper untuk kategori Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui beberapa pabrik AQUA.
Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam implementasi ekonomi sirkular dan pengelolaan sampah yang terintegrasi.
“Kami menyadari hal ini merupakan tantangan bersama yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan kolaborasi lintas sektor dan kontribusi yang nyata dan kuat dari seluruh pihak. Dengan sinergi yang baik, pengelolaan sampah plastik yang komprehensif, ekosistem pengelolaan yang mumpuni serta partisipasi aktif semua pihak, kami yakin bahwa target yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai,“ kata Arif Mujahidin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (15/1/2023).
Danone AQUA sudah mempelopori inisiatif pengelolaan sampah plastik sejak tahun 1993 dengan program AQUA PEDULI (Pengelolaan Daur Ulang Limbah Plastik) untuk menarik kembali kemasan plastik paska konsumsi yang selanjutnya dicacah dan diekspor ke luar negeri.
Pada 2006, juga sudah mencetuskan program AQUA Lestari sebagai payung inisiatif keberlanjutan Grup AQUA yang diwujudkan dalam program-program sosial lingkungan dari hulu ke hilir.
Dalam pengelolaan sampah kemasan plastik, Danone AQUA berambisi untuk mengambil kembali lebih banyak sampah kemasan plastik dari yang dihasilkan pada tahun 2030.
Hal ini merupakan komitmen untuk berkontribusi menyelesaikan masalah sampah di Indonesia, termasuk dengan mendukung program pemerintah Indonesia dalam mengurangi sampah plastik di laut sebanyak 70% pada tahun 2025.
Baca Juga
Upaya mengurangi dan mengelola sampah plastik
Untuk mencapai tujuan tersebut banyak kegiatan lingkungan yang sudah dilakukan. Di antaranya, pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) yang berlokasi di Jimbaran, Bali.
Dibangun di atas lahan seluas 5000m², pembangunan fasilitas ini merupakan kolaborasi antara Danone-AQUA dan PT Reciki Mantap Jaya (Reciki), selaku pelaksana operasional TPST, didukung Pemerintah Kabupaten Badung, Pemerintah Provinsi Bali, dan berbagai institusi serta komunitas yang turut bergerak dalam upaya pengelolaan sampah di Bali.
Dengan kapasitas pengelolaan sampah maksimum mencapai 120 ton/hari, TPST Samtaku Jimbaran ini menjadi TPST terbesar di Bali.
Sebagai bagian dari upaya untuk terus memperkuat komitmen dalam pengurangan dan pengelolaan sampah plastik, Danone AQUA juga bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dalam mendukung program Gerakan Sedekah dan Kolekte Sampah Indonesia (GRADASI).
Diluncurkan sejak April 2021, hingga akhir tahun lalu, GRADASI telah berhasil mengumpulkan sekitar 90 ton sampah dengan melibatkan 100 masjid, 35 gereja, 92 sekolah dan 98 pesantren di wilayah Jawa, Gorontalo, Tapanuli, Lombok dan Labuan Bajo.
Advertisement
Mengajak untuk ambil bagian dalam proses edukasi pengelolaan sampah
Ke depannya, GRADASI diharapkan dapat turut melibatkan rumah ibadah lain seperti Pura, Klenteng dan Vihara di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati menyambut baik peran serta industri seperti Danone-AQUA dalam mendukung berbagai upaya pemerintah mengubah paradigma masyarakat dalam mengelola sampah.
“Oleh karenanya, kami mengajak semua pihak, swasta serta pemuka agama untuk mengambil bagian dalam proses edukasi pengelolaan sampah di tengah masyarakat. Mengingat masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang religius, bergabungnya masjid dan gereja dalam GRADASI dapat membangun kesadaran lebih bagi masyarakat,” tegas Vivien.