Liputan6.com, Jakarta - Media sosial nampaknya telah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Lantas seperti apa kesehatan mental Anda tanpa media sosial? Cukup sulit untuk dibayangkan, bukan?
Ada banyak keuntungan dari berhubungan dengan orang lain secara online. Tetapi penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan antara menjalani kehidupan sesungguhnya, alih-alih berkutat di depan layar ponsel.Â
Baca Juga
Dalam survei Healthline baru-baru ini, para peneliti bertanya kepada pembaca bagaimana perasaan mereka tentang media sosial. Dari mereka yang di-interview, 25 persen mengatakan mereka merasa itu berdampak negatif pada kesehatan mentalnya, dan 53 persen mengatakan mereka merasa bahwa mengurangi penggunaannya dapat membantu.
Advertisement
Angka itu melonjak menjadi 66 persen di antara mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental yang dimulai atau memburuk selama pandemi.
Selain itu, 29 persen responden mengatakan mereka membutuhkan setidaknya beberapa hari istirahat untuk memanfaatkan jeda media sosial, sementara jumlah itu melonjak menjadi 46 persen di antara usia 15 hingga 24 tahun.
Bagaimana media sosial memengaruhi kesehatan mental
Jadi, apa yang dikatakan penelitian tentang efek media sosial pada kesehatan dan kesejahteraanmu? Anda mungkin terkejut mengetahui sebagian besar studi tidak terlalu menguntungkan.
Faktanya, otak Anda mungkin hanya meminta Anda untuk memperlambat aktivitas Anda di media sosial.
Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa anak-anak Inggris, dua kali lebih mungkin melaporkan skor tinggi atau sangat tinggi untuk kesehatan mental jika mereka menggunakan situs jejaring sosial selama 3 jam atau lebih pada hari sekolah.
Sebuah studi kecil tahun 2018 menemukan hubungan langsung antara penurunan penggunaan media sosial dan peningkatan depresi dan kesepian.
Dalam survei tahun 2021 oleh ExpressVPN, 86 persen dari sampel 1.500 orang Amerika melaporkan bahwa media sosial secara langsung berdampak negatif pada kebahagiaan dan citra diri mereka. Antara 79 dan 83 persen melaporkan efek negatif pada kecemasan, kesepian, dan depresi.
Sebuah survei online lintas negara tahun 2022 di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Norwegia menemukan bahwa mereka yang menggunakan media sosial untuk hiburan atau untuk mengurangi kesepian selama pandemi mengalami kesehatan mental yang lebih buruk.
Advertisement
Hal-hal yang bisa dilakukan selain main media sosial
Meskipun menggunakan media sosial untuk kontak pribadi dan menjaga hubungan dikaitkan dengan peningkatan kesehatan mental, masih ada korelasi antara peningkatan waktu harian di media sosial dan kesehatan mental yang lebih buruk secara keseluruhan.
Di sisi lain, studi percontohan tahun 2021 terhadap 68 mahasiswa menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa melaporkan perubahan suasana hati yang positif, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kualitas tidur selama dan segera setelah istirahat dari media sosial.
Data tampaknya cukup jelas. Jika Anda tidak ingin mengalami citra diri yang buruk, kecemasan, depresi, kesepian, dan bahkan kurang tidur, melakukan beberapa penyesuaian pada penggunaan media sosial mungkin merupakan ide yang bagus.
Kesehatan mentalmu lebih penting daripada estetika Instagram-mu. Jadi, apa yang dapat Anda lakukan selain scrolling media sosial?
Setelah Anda mengidentifikasi mengapa Anda merasakan dorongan untuk masuk ke akun media sosialmu, Anda dapat mengalihkan perasaan ini dengan cara lain. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan seperti:
- Berjalan-jalan di sekitar komplek.
- Nyalakan musik.
- Atur suasana hati dengan lilin atau menggunakan beberapa minyak esensial.
- Membaca buku.
- Cobalah mencoret-coret atau membuat kerajinan.
- Panggang sesuatu yang enak.
- Bermain dengan hewan peliharaan.
- Cobalah yoga atau meditasi.
- Minumlah minuman panas yang menenangkan, seperti teh atau cokelat panas.
- Lihatlah foto-foto lama untuk dikenang.
Jika Anda menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain
Sementara itu, jika Anda menggunakan media sosial untuk terhubung dengan orang lain, cobalah kegiatan ini sebagai gantinya:
- Panggil teman atau anggota keluarga (bisa juga lewat panggilan video).
- Undang seorang teman untuk makan bersama.
- Panggang sesuatu dan tawarkan ke tetangga Anda dan mengobrol saat Anda mengirimkannya.
- Atur makan siang akhir pekan, mendaki, atau perjalanan belanja dengan teman.
- Bergabung menjadi relawan di sebuah organisasi.
- Bergabunglah dengan grup komunitas, seperti gereja, nirlaba, atau klub.
- Ikuti kelas yoga atau gym.Â
- Pergi ke konser dengan teman-teman.
- Kumpulkan beberapa teman atau keluarga dan mainkan permainan papan.
Advertisement