Sukses

Sejarah dan Makna Kue Keranjang, Makanan Khas Tahun Baru Imlek

Menjelang Imlek, berikut ini Liputan6.com mengulas tentang sejarah dan makna kue keranjang

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak makanan yang biasanya disajikan saat perayaan Tahun Baru Imlek oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Mulai dari buah jeruk Mandarin, mi panjang umur (Siu Mie), sayur hijau tumis. Salah satu makanan yang sudah populer sejak dulu dan menjadi ciri khas Imlek adalah kue keranjang.

Kue keranjang atau Nian Gao merupakan kue yang rasanya manis berwarna cokelat dengan penampakan hampir mirip dodol. Umumnya kue keranjang berbahan dasar tepung ketan dan gula.

Kedua bahan tersebut lantas dicampur dengan air, lalu dikukus berjam-jam sampai tercipta karamel berwarna cokelat tua. Dari proses masak tersebut, diperoleh makanan bertekstur kenyal dan lengket dengan cita rasa manis. Cara memasak kue keranjang pun bervariasi, bisa dikukus, digoreng, atau bahkan dimakan dingin.

Menjelang Tahun Baru Imlek, biasanya banyak pedangang yang mulai menjual kue tersebut. Nian Gao sendiri memiliki arti "kue tahun baru."

Di perayaan Imlek, kue keranjang biasanya dinikmati sebagai penutup atau dessert. Namun, kue keranjang awalnya digunakan sebagai persembahan dalam ritual perayaan.

Di Indonesia, kue keranjang juga dikenal sebagai kue bakul. Lantas, bagaimana sejarah keberadaan kue keranjang di khazanah kuliner masyarakat China? Dan apa makna kue keranjang pada perayaan Tahun Baru Imlek?

Berikut ini ulasan mengenai sejarah dan makna kue keranjang makanan khas Imlek, yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:

2 dari 4 halaman

Sejarah Kue Keranjang

Sejarah kue keranjang terdapat dari berbagai sumber. Sejarah kemunculan kue keranjang ini kebanyakan bersumber dari legenda atau mitos yang populer di tengah masyarakat Tionghoa.

Mengutip China Highlights, kue ini diyakini dibuat sebagai persembahan licik kepada Dewa Dapur, yang diyakini bersemayam di setiap rumah.

Setiap penghujung tahun, cerita rakyat di China menyebut bahwa Dewa Dapur membuat "laporan tahunan" kepada Kaisar Giok. Untuk mencegah Dewa Dapur menjelek-jelekkan rumah mereka, orang-orang menawarkan Nian Gao atau kue keranjang sebagai 'penutup mulut'. Oleh karena itu, Nian Gao disiapkan untuk persembahan sebelum Tahun Baru Imlek.

Sementara legenda lain meyakini, kemunculan kue keranjang dimulai dari keberadaan seekor monster dataran China bernama Nian. Menurut kepercayaan masyarakat, nama Nian sendiri diambil dari gunung ia berada. Monster berupa raksasa ini menghuni sebuah gua di gunung tersebut.

Nian sebenarnya memangsa hewan. Namun, semasa musim dingin, para hewan bersembunyi dan berhibernasi. Alhasil, si raksasa beralih memburu manusia untuk dijadikan santapannya.

Masyarakat yang hidup di tempat Nian berada tentu merasa ketakutan. Hingga akhirnya, seseorang bernama Gao dari desa tersebut datang dengan ide cemerlang.

Gao membuat sebuah kue yang terbuat dari campuran gula dan tepung beras ketan. Setelah jadi, kue tersebut diletakkan di depan pintu rumah untuk menyambut si raksasa.

Nian kemudian datang menyantap kue buatan Gao sampai kenyang. Karena kejadian tersebut, kue berbahan tepung ketan gula tersebut dijuluki nian gao alias kue keranjang.

3 dari 4 halaman

Makna Kue Keranjang

Menyantap kue keranjang selama perayaan Imlek dilambangkan sebagai keberuntungan. Kata 'Nian Gao' terdengar seperti "semakin tinggi dari tahun ke tahun."

Karena itu, kue ini melambangkan peningkatan diri dari tahun ke tahun, baik dalam pekerjaan, bisnis, keluarga dan pendidikan. Memakan kue keranjang selama Tahun Baru Imlek dianggap akan membawa keberuntungan.

Konon, kue yang mirip dengan dodol ini juga memiliki makna kekeluargaan. Hal itu dapat dilihat dari bentuk kue keranjang yang seperti lingkaran. Bentuk inilah yang menandakan kekeluargaan yang erat dan tak mudah dipisahkan.

4 dari 4 halaman

Resep Kue Keranjang Rumahan

Bahan-bahan:

- 350 gram tepung ketan 

- 300 gram gula pasir

- 500 ml air

- 1 lembar daun pandan

- Daun pisang untuk membungkus secukupnya

 

Cara Membuat:

1. Ambil setengah bagian gula pasir, masak dengan api kecil hingga menjadi karamel.

2. Setelah itu, masukkan setengah bagian air dengan bertahap sambil terus diaduk. Pastikan untuk hati-hati dan pelan-pelan karena karamel akan memercik. Masak sampai karamel larut.

3. Setelah karamel larut, masukkan daun pandan, sisa gula pasir, dan air, masak sampai mendidih. Matikan api, diamkan hingga dingin.

4. Setelah dingin, tuang air karamel ke dalam tepung ketan, sedikit-sedikit sambil diaduk rata sampai tidak ada gumpalan. Adonan bisa disaring supaya lebih halus.

5. Panaskan daun pisang di atas kompor supaya lemas, kemudian alasi dasar dan tepi loyang dengan daun pisang. Loyang diameter 10 cm, apabila tidak ada loyang kecil bisa menggunakan rantang kecil.

6. Tuang adonan kue keranjang ke dalam loyang sampai tingginya setengah loyang.

7. Kukus adonan selama 2 jam hingga matang. Kue keranjang siap disajikan.