Liputan6.com, Jakarta - Wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi yang di dalamnya terdapat hubungan antara proposisi yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi suatu bentuk kalimat yang memiliki makna penuh dan utuh yang nantinya dapat dinilai benar atau salah.
Dengan kata lain, wacana juga dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terlengkap yang dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental sebagai wujud penggunaan bahasa dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, yang memiliki makna utuh.
Wacana dapat berbentuk rangkaian kebahasaan (language exist) atau rangkaian nonbahasa (language likes). Wacana sebagai rangkaian kebahasaan (language exist) maksudnya adalah memiliki kelengkapan struktural bahasa, sedangkan rangkaian nonbahasa (language likes) maksudnya adalah rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang memiliki makna, yang biasanya telah dipakai dan disepakati oleh sebagian kelompok atau masyarakat tertentu.
Advertisement
Misalnya gerak-gerik anggota badan tertentu yang telah dipahami maknanya (contoh; menggelengkan kepala berarti tidak), contoh lainnya terdapat pada tanda-tanda bermakna yang ada pada rambu-rambu lalu lintas.
Wacana bertujuan untuk menyampaikan informasi, menggugah perasaan, dan gabungan dari keduanya. Ketiga tujuan penuangan wacana itu masing-masing berfungsi sebagai informatif, emotif, dan informatif-emotif.
Wacana memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Satuan gramatikal
- Untaian kalimat-kalimat
- Memiliki hubungan proposisi
- Memiliki hubungan koherensi
- Memiliki hubungan kohesi
- Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
- Mediumnya bisa lisan atau tulisan
- Sesuai dengan konteks atau kontekstual
Perbedaan Wacana dan Teks
Teks adalah sebuah wacana lisan dalam bentuk tulisan, biasanya di dalam teks meyertakan beberapa informasi di mana informasi yang disajikan biasanya tidak interatif, atau tidak mengandung indikasi ucapan percakapan.
Sedangkan wacana adalah komunikasi verbal yang direalisasikan ke dalam bentuk karangan atau laporan utuh, dan wacana harus bersifat interaktif. Secara sederhana, wacana merupakan satuan bahasa terlengkap yang biasanya dipakai dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan yang memiliki makna utuh.
Perhatikan contoh berikut:
a. Dilarang berjualan di sini (ditulis di papan pengumuman)
b. Wah, indah benar lukisan yang dibuat olehnya (dalam dialog)
c. Awas ada anjing galak (tulisan di atas pintu pagar)
d. Bunga itu kukirimkan padanya (dalam sebuah novel)
Pada contoh di atas terlihat bahwa semuanya (a, b, c, dan d) bisa disebut sebagai teks, tetapi hanya (a) dan (c) saja yang bisa disebut sebagai wacana, karena (b) dan (d) tidak menunjukkan satuan makna yang jelas. Bila diperhatikan, “nya” dalam kalimat (b) dan “ku” dan “nya” dalam kalimat (d) tidak memberi makna sepenuhnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks merupakan realisasi dari sebuah wacana. Dikutip dari buku Analisis Wacana, Kamis (9/03/2023), Van Dijk (1997:3), mengemukakan bahwa wacana adalah suatu bangun teoretis yang abstrak sehingga belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa.
Jadi, dapat dikatakan bahwa wacana berada pada tingkat langue, sedangkan teks adalah realisasi atau perwujudan dari wacana. Jadi, teks termasuk dalam tataran parole.
Advertisement
Jenis-jenis Wacana Bahasa Indonesia
Analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang lebih besar daripada kalimat yang juga melibatkan aspek-aspek di luar aspek linguistik yang turut memberi makna terhadap suatu bahasa yang digunakan tersebut. Unit bahasa yang dimaksud bisa berupa paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan, cerita pendek, dan sebagainya.
Sejumlah ahli telah membuat penjenisan wacana secara beragam. Keragaman itu disebabkan oleh perbedaan sudut pandang mereka yang dijadikan dasar dalam mengklasifikasikan wacana. Berikut ini disajikan jenis wacana yang dimaksud.
Dikutip dari buku Analisis Wacana, Moeliono, dkk. (1988:335), membedakan wacana berdasarkan sifatnya atas dua jenis, yaitu:
1. Wacana Interaksi
Merupakan wacana yang mementingkan hubungan timbal-balik. Misalnya tanya jawab antara dokter dengan pasien, polisi dengan tersangka, atau jaksa dengan terdakwa.
2. Wacana Transaksi
Merupakan wacana yang menekankan isi. Selanjutnya, kedua wacana ini dapat berwujud lisan maupun tulisan. Misalnya surat menyurat, instruksi, pemberitahuan, pengumuman, iklan, surat cinta, makalah, cerpen
Berdasarkan cara penuturannya, wacana digolongkan menjadi:
1. Wacana pembeberan (expository discourse).
Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.
2. Wacana penuturan (narrative discourse).
Wacana penuturan adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi.
Demikianlah telah dikemukakan jenis-jenis wacana. Sekilas terlihat seolah-olah ada perbedaan yang mencolok dalam mengklasisikasikan wacana. Namun, jika dicermati, mereka umumnya hanya berbeda dalam penggunaan istilah yang dijadikan sudut pandang dalam merinci jenis-jenis wacana