Sukses

3 Rekomendasi Buku Tentang Feminisme untuk Rayakan Hari Perempuan Internasional

8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional, berikut rekomendasi buku tentang feminis yang wajib kamu baca untuk merayakannya.

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakadilan gender yang biasanya dialami perempuan bermula dari adanya kesenjangan gender dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam hal akses terhadap pendidikan dan sumber ekonomi.

Perbedaan gender menjadi masalah jika persoalan perbedaan tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan peran dalam masyarakat serta ketidakadilan dalam hak dan kewajiban yang seharusnya didapatkan laki-laki atau perempuan.

Perempuan khususnya di Indonesia, masih mengalami ketidakadilan seperti subordinasi, perendahan, pengabaian, eksploitasi, beban kerja yang berlebihan, pelecehan seksual, dan bahkan tindakan kekerasan.

Perempuan tidak mempunyai inti kehidupan, mampu hanya menerima, maka perempuan dapat dikatakan sebagai makhluk kelas dua. Anggapan tersebut telah menjadikan perempuan menjadi korban dari perbedaan gender yang menimbulkan ketidakadilan.

Namun, saat ini perempuan sudah sedikit mendapat kebebasan, terutama kebebasan dalam memberikan pendapat, kebebasan memilih, dan kebebasan untuk melakukan banyak hal. Walaupun memang masih banyak terlihat adanya ketidakadilan yang dialami kaum perempuan oleh para patriarki di dunia ini.

Untuk itu, gerakan feminis hadir dan ada dengan tujuan untuk menuntut semua hak yang seharusnya didapat para perempuan. Gerakan ini hadir bukan untuk meninggikan derajat dengan laki-laki, namun untuk mendapat kesetaraan hak dan kewajiban yang sama dalam berbagai bidang kehidupan. 

Untuk merayakan Hari Perempuan Internasional atau International Woman’s Day, berikut beberapa rekomendasi buku mengenai feminis dan ketidakadilan gender yang wajib kamu baca.

2 dari 4 halaman

1. Perempuan di Titik Nol

Buku yang ditulis oleh Nawal El-Saadawi pada tahun 1975 mencoba untuk menggambarkan keadaan tokoh utama perempuan yang bernama Firdaus yang mengalami berbagai macam permasalahan sosial dan masyarakat serta adat yang harus dipatuhi.

Namun, Firdaus mencoba keluar dari jeratan yang dialaminya, ia mencoba untuk melawan berbagai bentuk ketidakadilan gender yang dialami olehnya, dan ia juga mencoba untuk memperjuangkan hak perempuan dengan cara menolak dan memberanikan diri untuk melawan itu semua.

Novel ini sangat menarik untuk dibaca bagi kamu yang tertarik dengan isu feminisme dan kesetaraan gender, karena akan membuka pikiran perempuan masa kini untuk tidak mengikuti budaya patriarki. Novel ini juga memiliki banyak pesan moral dari setiap masalah atau problematika yang dihadapi oleh perempuan. 

Untuk merayakan Hari Perempuan Internasional, kamu perlu membaca buku ini untuk melihat bagaimana rasanya menjadi perempuan yang sulit untuk keluar dari budaya patriarki yang sudah tertanam dalam masyarakat.

3 dari 4 halaman

2. Pengakuan: Eks Parasit Lajang

Buku yang ditulis oleh Ayu Utami yang terbit pada tahun 2013 ini menceritakan mengenai perjalanan hidup perempuan sebagai tokoh utama yang memberontak terhadap nilai-nilai kehidupan.

Selama bertahun-tahun, tokoh utama perempuan dalam novel ini mencoba untuk melawan nilai-nilai adat, agama, sosial, dan hukum yang patriarki.

Buku ini merupakan kenyataan yang sering terjadi dan berada di sekitar kita namun selalu di elak kebenarannya. Tapi menyadarkan kita bahwa masih banyak manusia, apalagi perempuan yang dalam hidupnya tidak memiliki banyak pilihan. Menyadarkan bahwa jika seseorang memilih jalan hidup tertentu, mungkin pilihannya memang hanya ada itu. 

Setidaknya, dalam merayakan Hari Perempuan Internasional, buku ini dapat dijadikan suatu pilihan bacaan sehingga kamu tahu jalan apa yang akan kamu pilih jika menjadi seorang perempuan. 

4 dari 4 halaman

3. Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam

Buku yang ditulis oleh Dian Purnomo yang terbit pada tahun 2013 menceritakan tentang tokoh utama perempuan yang harus berjuang untuk keluar dari jeratan diskriminasi dan ketidakadilan yang dialami akibat adat dalam masyarakat yang harus dihormati.

Latar tempat dalam novel ini adalah Pulau Sumba, di mana masyarakatnya sangat patuh dengan adat istiadat yang ada, salah satunya adalah nikah tangkap.

Dijelaskan dalam novel tersebut bahwa perempuan tidak diperbolehkan untuk memilih dan hanya mengikuti peraturan yang berlaku, peraturan yang sangat menjunjung tinggi sistem patriarki. Namun, tokoh perempuan dalam novel ini sangat berjuang untuk terbebas dari sistem patriarki yang ada.

Buku ini dapat dijadikan sebagai pilihan bacaan untuk merayakan dan memperingati Hari Perempuan Internasional, sehingga kamu mendapat pengetahuan baru mengenai sistem patriarki yang sudah ada sejak dahulu dan bagaimana perjuangan perempuan pada saat itu untuk terlepas dari jeratan sistem patriarki yang membunuh mereka.