Liputan6.com, Jakarta Tak terasa dalam hitungan hari kita akan menyambut bulan suci Ramadhan. Sebelum memasuki bulan Ramadhan biasanya banyak orang yang melakukan acara munggahan. Umumnya munggahan dilakukan beberapa hari sebelum bulan Ramadhan.
Acara munggahan sendiri biasanya dilakukan dengan makan-makan bersama keluarga, teman, atau kerabat dekat. Munggahan ini seolah sudah menjadi tradisi di tanah air. Lantas sebenarnya bagaimana hukum melakukan munggahan dalam agama islam?
Baca Juga
Rupanya ada perbedaan pendapat oleh pemuka agama terkait hal ini. Hanya saja Rasulullah SAW sendiri dikatakan tidak pernah melakukan ragam tradisi semacam munggahan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Advertisement
Apalagi tidak terdapat pula riwayat yang menjelaskan adanya tradisi tersebut. Hal ini yang membuat para alim ulama mengimbau agar masyarakat tidak melakukan tradisi semacam ini menjelang bulan Ramadhan.
Tetapi munggahan boleh dilakukan jika dengan tujuan untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan menjelang bulan Ramadhan. Yang tidak boleh dilakukan adalah mengkhususkan tradisi tertentu seperti contohnya munggahan ini dengan mengaitkan pada momen tertentu, yang sama sekali tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW.
Sementara itu dilansir dari NU Online, Ketua Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) PWNU Jawa Barat, KH Ahmad Dasuki, menjelaskan ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari tradisi Munggahan.
1. Sebagai Ajang untuk Mendekatkan Diri kepada Allah swt
Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183, berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
“Munggahan itukan dari kata munggah atau unggah yaitu naik. Artinya, kita terutama dalam tradisi Jawa Barat ini yakni ke-Sundaan, menyimbolkan supaya kita naik level dalam rangka mendekat diri kepada Allah swt untuk mencapai derajat taqwa,” ujarnya.
2. Sebagai Bentuk Syukur
Selain sebagai ajang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, tradisi Munggahan juga juga merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
“Sebagai rasa syukur atas berbagai nikmat terutama nikmat kesehatan dan juga nikmat bisa umur panjang sehingga bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan,” tuturnya.
Advertisement
3. Sebagai Ajang Silaturahmi
Acara munggahan juga bisa menjadi kesempatan untuk saling bersilaturahmi bersama kerabat. Apalagi jika yang biasanya memiliki kesibukan masing-masing dan sulit untuk bertemu.
Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin:
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
“Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”
4. Sebagai Momen untuk Saling Memaafkan
Dengan berkumpul dan bersilaturahmi, kesempatan ini juga bisa dijadikan momen untuk saling memaafkan. Apalagi sebelum menyambut Ramadhan penting bagi kita untuk memohon maaf kepada sesama.
“Jadi ketika kumpul-kumpul makan adalah bagian dari upaya kebersamaan dalam beribadah untuk mempersiapkan diri baik secara fisik maupun secara spiritual di dalam rangka untuk nanti sebulan penuh menjalani puasa. Selain itu, bisa jadi ajang silaturahmi untuk saling maaf memaafkan,” tambah KH Ahmad Dasuki.
Advertisement