Sukses

Dikira Jerawat Biasa, Wanita Ini Ternyata Mengidap Kanker Kulit di Hidung

Ternyata, apa yang ia pikir jerawat sebenarnya adalah kanker kulit.

Liputan6.com, Jakarta - Munculnya jerawat di area kulit wajah tentu lumrah dialami individu. Namun, seorang wanita dari Orewa, Selandia Baru, mengalami nasib malang setelah memencet benjolan di hidungnya yang awalnya dia pikir jerawat biasa.

Melansir dari Times of India, Selasa (9/5/2023), kisahnya bermula saat Michelle Davis pertama kali melihat jerawat merah muncul di hidungnya pada April 2022, dia pun mengira itu hanya benjolan.

"Itu sangat sulit. Seperti gunung berapi di bawah kulit," kata Davis kepada Express UK.

Wanita berusia 52 tahun itu pun menutupi jerawat di hidungnya dengan concealer setiap pergi keluar rumah.

"Saya pergi berjalan dengan pacar saya dan berubah menjadi ungu dan dia menunjukkannya. Saya berkata, itu hanya jerawat," sambungnya.

Lama kelamaan benjolan tersebut tidak hilang tapi menjadi sangat sakit. Pada Januari 2023, Davis mencoba memencet benjolan itu, yang umum dilakukan individu saat memiliki jerawat.

"Tidak ada yang terjadi. Lalu berdarah. Saya pikir itu normal," ucap Davis.

Namun, luka pada benjolan itu tak kunjung sembuh. Dia pun segera berkonsultasi ke dokter. Ternyata, apa yang ia pikir jerawat sebenarnya adalah kanker kulit.

Saat melakukan pemeriksaan, dokter langsung mengira itu adalah kanker. Dokter pun meminta Davis untuk melakukan biopsi--prosedur medis yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan untu diperiksa menggunakan mikroskop.

Hasil biopsi menunjukkan bahwa Davis mengalami karsinoma sel basal--bentuk umum dari kanker kulit non-melanoma.

"Saya kaget saat mengetahuinya. Saya belum pernah mendengar tentang karsinoma sel basal," terangnya.

 

2 dari 3 halaman

Menjalani operasi bedah plastik rekonstruksi

Davis akhirnya menjalani operasi bedah plastik rekonstruksi penutup hidup pada April lalu untuk mengangkat kanker.

"Mereka memotong hidung saya secara zig zag. Mereka membuat lubang. Ada lubang di ujung hidung saya. Mereka kemudian menurunkan kulitnya untuk menutupinya," jelas Davis.

Kini dia memiliki bekas luka dan lubang hidung asimetris.

 

3 dari 3 halaman

Tingkatkan kesadaran akan gejala yang terlihat tidak berbahaya

Davis berusaha meningkatkan kesadaran akan gejala yang tampaknya tidak berbahaya ini agar orang lain bisa memeriksakannya sebelum terlambat.

"Jika saya terus mengabaikannya, itu akan jauh lebih besar. Saya mungkin sudah sampai pada tahap di mana mereka tidak bisa menghentikannya," kata Davis.

"Sejujurnya saya mengira itu adalah jerawat. Saya pikir kanker kulit adalah tahi lalat. Blok kulit bukanlah hal yang terjadi ketika saya tumbuh dewasa. Sekarang ada dalam perawatan kulit saya sehari-hari," tutupnya.