Sukses

Kesemutan hingga Jantung Koroner, Waspada Akibat dari Kekurangan Vitamin E Bagi Tubuh

Kekurangan vitamin E atau defisiensi vitamin E tidak boleh diabaikan begitu saja. Itulah sebabanya, Anda perlu mengenali tanda-tandanya di sini.

Liputan6.com, Jakarta - Sudah bukan rahasia lagi kalau tubuh membutuhkan asupan vitamin agar tetap sehat dan bugar. Nah, salah satu vitamin yang tidak kalah penting, yaitu vitamin E. Dalam tubuh, vitamin E bermanfaat sebagai antioksidan yang membantu melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Maka tidak heran, bila ingin mencegah penuaan dini serta menjaga kesehatan kulit, sehari-hari Anda memerlukan vitamin E yang cukup. Tubuh pun membutuhkan vitamin E sebagai cara untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, juga dapat mencegah terjadinya penggumpalan darah. 

Nah, vitamin E sendiri merupakan salah satu jenis vitamin yang larut dalam lemak dan biasanya sering ditemukan dalam makanan sehari-hari seperti brokoli dan bayam. Apakah Anda termasuk pencinta kedua sayuran tersebut?

Walaupun bisa ditemukan dalam makanan, akan tetapi tubuh kita juga bisa kekurangan vitamin E. Kekurangan vitamin E dikenal juga sebagai defisiensi vitamin E ini sebetulnya sangat langka, tapi bukan berarti boleh diabaikan begitu saja. Apalagi, tanda-tanda kekurangan vitamin yang satu ini, kerap tidak disadari oleh penderitanya, sehingga banyak orang yang terlambat untuk diobati. Namun, kondisi ini biasanya dialami oleh orang-orang yang memiliki gangguan pencernaan dan penyerapan nutrisi. 

Berikut kami berikan ulasan tentang vitamin E, termasuk akibat yang bisa timbul dari defisiensi vitamin E bagi kesehatan dari berbagai sumber, Senin (29/5/2023). 

2 dari 4 halaman

Penyebab Kekurangan Vitamin E

Kekurangan vitamin E bisa disebabkan oleh gangguan pencernaan yang membuat lemak dan vitamin larut lemak, seperti vitamin A, D, E, K, menjadi sulit diserap oleh tubuh. Beberapa penyebab dari gangguan tersebut di antaranya:

  • Diet rendah lemak
  • Pankreatitis kronis
  • Cystic fibrosis
  • Penyakit Crohn
  • Penyakit Celiac
  • Sirosis hati

Bahkan dalam beberapa kasus yang pernah terjadi, kekurangan vitamin E bisa disebabkan oleh kondisi genetik langka yang dikenal sebagai ataksia. Kondisi ini berbasis neurologis dan memengaruhi kontrol dan koordinasi otot. Itu kemungkinan besar berkembang pada anak-anak antara usia 5 dan 15 tahun. Selain itu, bayi baru lahir juga memiliki risiko lebih tinggi kekurangan vitamin E karena memiliki cadangan vitamin E yang relatif rendah di plasenta. 

3 dari 4 halaman

Berapa Jumlah Vitamin E yang Dibutuhkan Tubuh?

Lalu, berapa kebutuhan vitamin E yang tepat? Ternyata kebutuhan ini tidak bisa disamaratakan karena setiap orang pastinya berbeda. Namun pada umumnya bisa disesuaikan dengan usia beserta jenis kelaminnya. Berikut ini adalah rekomendasi asupan vitamin E yang perlu dipenuhi setiap harinya:

  • Usia 1-3 tahun: 6 miligram/hari
  • Usia 4 hingga 8 tahun: 7 miligram/hari
  • Usia 9 hingga 13 tahun: 11 miligram/hari
  • Remaja hingga wanita hamil: 15 miligram/hari
  • Ibu menyusui: 19 miligram/hari

Nah, agar memperoleh kebutuhan harian vitamin E dapat diperoleh dengan menjalani pola hidup yang sehat dengan makanan yang bergizi seimbang. Yuk, catat beberapa jenis makanan yang mempunyai vitamin E tinggi seperti minyak nabati, seperti minyak zaitun, kacang-kacangan, gandum utuh, brokoli, bayam, dan telur. Selain itu, ada juga buah-buahan dengan vitamin E tinggi seperti kiwi, mangga, dan alpukat.

4 dari 4 halaman

Akibat Kekurangan Vitamin E bagi Kesehatan

Jadi, sudah tahu kan berapa kebutuhan vitamin E setiap harinya? Jika tidak terpenuhi, waspada terhadap masalah yang timbul akibat kekurangan Vitamin E seperti:

1. Ataksia

Ataksia adalah gangguan koordinasi pada otot yang disebabkan oleh masalah yang terjadi di otak. Kondisi ini bisa terjadi karena bagian tertentu dari saraf otak mengalami kerusakan. Akibatnya, penderita tidak bisa mengendalikan keseimbangan termasuk gerak tangan dan kakinya. Selain itu, akibat defisiensi vitamin E dapat merusak saraf Purkinje yang merupakan saraf otak. Hal inilah yang menjadi penghambat pengiriman sinyal antara otak dengan otot anggota gerak. Karena sinyal tidak sampai ke otot, penderita bisa mengalami kesulitan saat bergerak dan berjalan.

2. Lemah otot

Vitamin E begitu penting bagi sistem saraf pusat. Sistem inilah yang akan mengatur sebagian fungsi tubuh serta pikiran. Maka jangan heran, jika setiap gerakan yang dilakukan secara sadar sebenarnya dari sinyal-sinyal yang dikirimkan oleh otot atau sumsum tulang belakang. Nah, sebagai antioksidan dalam tubuh, fungsi vitamin E adalah melindungi sel saraf dan otot dari radikal bebas. Kalau kekurangan vitamin E bisa membuat sel-sel dalam tubuh lebih rentan mengalami kerusakan, seperti otot menjadi lemah dan lunglai.

3. Kesemutan

Sering merasakan kesemutan di beberapa area tertentu? Misalnya kaki menjadi kesemutan saat duduk berlama-lama di lantai. Nah, bisa jadi tubuh sedang memberikan "sinyal" bahwa kekurangan vitamin E. Sensasi kesemutan sering disebut neuropati perifer, dimana terjadi kerusakan pada serabut saraf bisa mencegah saraf mengirimkan sinyal yang sesuai.

4. Gangguan penglihatan

Selain untuk melindung kulit, vitamin E juga mampu melindungi berbagai sel tubuh, termasuk sel mata. Bila seseorang memiliki defisiensi yang cukup parah, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kerusakan akibat terkena radikal bebas. Penyebabnya karena sel-sel penerima cahaya yang terdapat pada retina mengalami penurunan dan menjadi lemah. Jika kondisi ini dibiarkan, penderitanya bisa mengalami gangguan penglihatan hingga kebutaan. 

5. Penyakit jantung koroner

Masalah kesehatan terakhir yang terjadi akibat kekurangan vitamin E yaitu bisa menyebabkan jantung koroner. Hal ini diperjelas berdasarkan penelitian National Institute of Health yang menyebutkan bahwa vitamin E bisa membantu mencegah hingga menunda penyakit jantung koroner. Jadi, apabila tubuh kekurangan vitamin E akan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner. Selain itu, kandungan vitamin E juga dikatakan memiliki manfaat dalam menghambat oksidasi kolesterol jahat atau LDL.