Liputan6.com, Jakarta - Anda pasti merasa sering mengalami ketidaksengajaan dalam melihat struktur mirip wajah manusia pada objek atau benda mati di sekitar lingkungan Anda.
Seperti awan yang berbentuk binatang, atau buih kopi yang mirip orang menguap. Jika begitu, momen tersebut ternyata merupakan bagian dari fenomena psikologis yang biasa disebut pareidolia.
Fenomena ini biasanya muncul pada benda-benda yang ada di sekitar Anda, seperti buih kopi, serat kayu yang baru ditebang, hingga kejadian alam tertentu. Munculnya "wajah" pada benda-benda mati, bisa menjadi sebuah seni alami yang dibuat tanpa sengaja.
Advertisement
Namun, seringkali bisa juga dikaitkan dengan hal-hal mistis dan kejadian yang bisa terjadi di masa datang.
Padahal, semua ini sebenarnya tidak berkaitan sama sekali dengan sesuatu yang mistis, lho. Pareidolia sendiri merupakan fenomena psikologis yang terjadi ketika seseorang melihat sosok atau struktur mirip wajah pada benda-benda mati.
Fenomena ini sangat normal terjadi dan dianggap sebagai gangguan persepsi. Lantas, apakah normal bagi seseorang mengalami pareidolia? Rasa penasaran Anda akan terjawab dengan informasi yang telah kami rangkumkan secara lengkap dari berbagai sumber berikut.Â
Apa Itu Pareidolia?
Mungkin sebagian besar dari Anda bertanya-tanya, apa sebenarnya pareidolia itu? Jadi, pareidolia adalah kecenderungan bagi beberapa orang untuk melihat wajah di benda mati. Istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan gabungan arti dari dua kata, yaitu ‘suatu yang salah’ dan ‘gambar’.
Faktanya, pareidolia ini bukanlah kelainan atau gangguan kejiwaan tertentu, sehingga kita tidak bisa menyebutnya sebagai kelainan pareidolia.
Dalam fenomena yang satu ini, Anda mungkin pernah melihat sendiri atau membaca informasi yang menyatakan ada awan, tanah, batang pohon, atau batu yang mirip dengan simbol Ketuhanan, orang sedang berdoa, ataupun hewan raksasa.
Bagi yang belum mengetahui fenomena psikologis ini, mungkin akan menganggap kemiripan sebuah objek tertentu bisa menjadi hal yang mistis dan sentimentil. Padahal, semua itu bisa jadi hanyalah sebuah kebetulan.
Penyebab Orang Mengalami Pareidolia
Sejauh ini, penyebab fenomena pareidolia belum diketahui secara pasti dan bukan termasuk gangguan kejiwaan. Maka, siapa saja bisa mengalaminya. Namun, pareidolia mirip sekali dengan sebuah persepsi seseorang.
Jadi, satu objek bisa dibayangkan atau dilihat sebagai bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada siapa yang melihatnya. Nah, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kenapa Anda bisa melihat sosok pada benda mati, antara lain:
-
Delusi psikologis
Para ahli berpendapat, pareidolia merupakan hasil dari khayalan pada indra manusia. Saat membayangkan sesuatu, Anda seperti menjadi mendapatkan pembenaran dari apa yang sudah diyakini.
Seperti misalnya, seseorang percaya bahwa dinosaurus pernah ada di wilayah ini. Jadi, saat orang lain melihat batu besar yang bentuknya mirip seperti itu, ia akan merasa bahwa batu tersebut merupakan sosok dinosaurus yang sudah membatu.
-
Bagian dari seni
Menurut pelukis terkenal dunia, Leonardo da Vinci, pernah mengatakan bahwasanya pareidolia sebenarnya termasuk proses seni. Sebab, seorang seniman pasti sering kali mengalami fenomena ini. Bahkan, sebaiknya seniman justru harus mengalami pareidolia agar bisa menciptakan sebuah karya (mirip seperti inspirasi).
-
Metode bertahan hidup
Penulis dan ahli kosmologi Amerika Serikat, Carl Sagan berujar, pareidolia adalah metode bertahan yang dilakukan oleh manusia.
Di dalam bukunya yang berjudul The Demon-Haunted World – Science as a Candle in the Dark, kemampuan manusia untuk melihat wajah dari pola acak atau jarak pandang yang tidak jelas dan jauh menjadi metode bertahan hidup yang unik.
-
Erat berkaitan dengan Neurotisme
Studi yang dipublikasikan pada Association for the Scientific Study of Consciousness melaporkan, pareidolia disebut juga sebagai fenomena yang berhubungan dengan sifat dan kondisi emosi seseorang.
Ini merupakan ketika seseorang dapat melihat wajah dan objek acak di sekitarnya, dapat berkaitan dengan mood atau neurotismenya sendiri.
Neurotisme adalah dimensi kepribadian seseorang dalam hal kecemasan dan rasa tertekan. Orang yang sering mengalami ini disebut-sebut bisa memecahkan masalah dengan cara-cara yang unik dan berbeda.
Advertisement
Apakah Pareidolia Bisa Berbahaya?
Terlepas dari apapun penyebab pareidolia, fenomena psikologis ini lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria. Selain itu, pareidolia biasanya muncul di pagi hari dan tengah malam.
Maka tidak mengherankan, pada beberapa orang yang melihat bentuk makhluk hidup di benda mati, khususnya di malam hari, akan menimbulkan perasaan cemas atau takut berlebihan.Â
Meskipun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, fenomena tersebut diduga sering terjadi pada pasien dengan penyakit saraf. Seperti misalnya penyakit Parkinson, demensia, atau multiple system atrophy (MSA).
Di mana pada pengidap penyakit Parkinson, gangguan persepsi visual memang menjadi salah satu gejala nonmotorik, sehingga kemunculan pareidolia mungkin saja terjadi.
Tidak cuma itu, suasana hati dan kesepian juga diketahui dapat meningkatkan potensi seseorang mengalami pareidolia. Namun, untuk hal ini, belum ada penelitian yang menyatakan hubungan pastinya.
Selain itu, ilmuwan juga masih terus meneliti kaitan antara pareidolia dengan autisme, skizofrenia, atau sakit migrain.
Cara Menangani Pareidolia
Langkah yang bisa dilakukan apabila pareidolia adalah tetap tenang dan jangan panik. Rasa panik atau khawatir justru bisa membuat Anda semakin takut dan objek yang dilihat akan semakin terlihat nyata dan mengerikan.
Hal ini dikarenakan, ilusi visual kemungkinan besar akan semakin terlihat jelas sebagai salah satu bentuk respons tubuh dari stimulasi ancaman.
Kemudian, alihkan pandangan Anda ke arah objek atau sisi yang berlawanan. Cara tersebut bisa membantu menghilangkan ilusi visual yang muncul, apalagi bila Anda melihat objek yang bentuknya tidak menyerupai wajah manusia. Maka, mengalihkan pandangan bisa menjadi cara yang terbaik.
Namun, apabila gangguan ini sering terjadi secara berulang dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada psikolog atau psikater untuk mengetahui penyebabnya. Semoga masalah Anda ini pun bisa terurai.
Advertisement