Sukses

Mengenal Motherhood Imposter Syndrome, Sindrom Impostor yang Menghantui Para Ibu

Menjadi seorang ibu memiliki tantangan tersendiri. Termasuk Anda perlu berhati-hati terhadap motherhood imposter syndrome ini.

Liputan6.com, Jakarta - Menjalani peran sebagai seorang ibu, terutama jika ini adalah pengalaman pertama Anda, seringkali menimbulkan rasa yang membahagiakan tapi juga menakutkan. Sebab, Anda saat ini menyadari bahwa Tuhan sedang memberikan Anda dan suami tanggung jawab atas manusia lainnya. 

Walaupun sebelum melahirkan Anda sudah membaca banyak buku bayi dan pengetahuan tentang cara pengasuhan anak, mencari-cari informasi seputar menjadi seorang ibu, semua itu rasanya belum cukup. Terlebih jika Anda mengira kalau insting keibuan dapat muncul setelah melahirkan, karena bisa jadi itu tidak pernah muncul sama sekali.

Perasaan takut dan tidak percaya diri inilah, yang dalam teori psikologi dikenal dengan Motherhood Imposter Syndrome, yaitu sindrom impostor yang sering mengintai para ibu baru. Sayangnya, masih banyak ibu-ibu yang belum mengetahui adanya sindrom yang satu ini. Beberapa ibu mungkin akan bersikap denial dan tidak mau mengakui jika mereka mengalaminya.

Apalagi memang sangat mustahil untuk benar-benar merasa siap bertanggung jawab saat menjadi orang tua. Akan tetapi, mentalitas dan menganggap bahwa Anda bukanlah ibu yang baik, disebut oleh para ahli sebagai Motherhood Imposter Syndrome. Fenomena umum tetapi jarang dibahas ini bisa menyebabkan Anda menjadi ragu-ragu terhadap kemampuan dalam pola pengasuhan. Termasuk, jika pikiran negatif sudah mulai muncul, maka akan sulit sekali menghilangkannya.

Untuk itulah, Kiana Shelton, LCSW, dari Mindpath Health, yang dilansir pada Selasa, (4/7/2023), menjelaskan perihal Motherhood Imposter Syndrome dan bagaimana cara mengenalinya. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

2 dari 4 halaman

Pengertian dan Ciri-ciri Motherhood Imposter Syndrome

Secara sederhana, Motherhood Imposter Syndrome merupakan sebuah keyakinan apapun yang sudah Anda lakukan sebagai ibu, tidak akan pernah cukup bagi sang anak. Pengidap sindrom ini biasanya akan menyakini bahwa segala sesuatu yang sudah dilakukan akan selalu salah, hingga akhirnya muncul perasaan tidak layak menjadi seorang ibu.

Dikutip dari Psychology Today, sebanyak 25%-30% ibu berisiko mengalami Motherhood Imposter Syndrome. Angka tersebut diprediksi meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial di kalangan ibu. 

Meskipun tidak ada orang tua yang sempurna, mereka yang memiliki kondisi ini memiliki perasaan ragu dan tidak mampu dalam mengasuh anak. Ini dapat terwujud dalam berbagai ciri, termasuk:

  • Sering membicarakan diri secara negatif
  • Terlalu perfeksionis
  • Sulit untuk meminta bantuan orang lain
  • Mengalami insomnia atau sulit tidur
  • Merasa terisolasi dengan dunia luar
  • Terus-terusan merasa gagal
  • Mengalami kecemasan secara konstan

Seorang ibu yang mengalami sindrom ini, seringkali tidak memiliki kepercayaan diri pada kemampuan mereka dalam hal menjadi orang tua. Padahal, mereka sendiri sudah mengupayakan keterampilan dan pengalaman di masa lalu dalam mengasuh anak. Dengan demikian, mereka selalu merasa bersalah telah menjadi ibu yang tidak kompeten bagi sang anak.

3 dari 4 halaman

Penyebab Motherhood Imposter Syndrome

Motherhood Imposter Syndrome sering terjadi ketika para ibu sedang menghadapi tantangan baru atau sulit, termasuk ketika menjadi seorang ibu. Kiana Shelton mengatakan bahwa kondisi tersebut dapat terjadi oleh siapapun. Terlepas dari ras, status sosial ekonomi, atau seberapa banyak dukungan yang mungkin ibu miliki dalam lingkungan sekitar. Namun, ia mengatakan ibu-ibu yang mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang berprestasi atau introvert lebih mungkin mengalami sindrom ini daripada ibu-ibu yang lain.

Sementara itu, Sabrina Romanoff, PhD, seseorang yang memiliki spesialisasi dalam transisi kehidupan mengungkapkan bahwa sindrom ini umum di antara ibu yang baru pertama kali melahirkan, wanita yang belum terpapar pada realitas keibuan, dan sebaliknya memiliki ekspektasi yang lebih ideal tentang seperti apa pengalaman itu nantinya.

Bahkan jika Anda tidak merasakan Motherhood Imposter Syndrome sebelumnya, kemungkinan bisa muncul juga di kemudian hari. Penyebabnya bisa jadi karena Anda akan membandingkan kebiasaan mengasuh Anda dengan ibu lain pada komunitas tempat Anda bergabung. Lalu saat mengecek media sosial, di mana Anda akan melihat ibu lain seperti memiliki anak paling sempurna atau terlihat seperti "ibu super".

4 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Motherhood Imposter Syndrome

Lalu bagaimana cara mengatasi Motherhood Imposter Syndrome ini? Langkah pertama untuk mengatasi sindom ini adalah dengan mengenali tanda-tandanya pada diri Anda. Setelah Anda dapat mengidentifikasi keraguan pada diri, kemudian berusahalah untuk mengakui perasaan tersebut. 

Shelton merekomendasikan untuk menemukan tempat yang aman dalam memproses pikiran Anda. Baik dengan bertemu ibu-ibu lain yang dipercaya atau konsultasi dengan terapis. Gunakan komunitas dan lingkungan yang Anda miliki supaya mengingatkan diri sendiri agar dapat merayakan perayaan dan pencapaian yang sudah dilakukan.

Anda dapat memulai dari yang kecil dengan membuat daftar tiga hal baik yang sudah dilakukan setiap malam sebelum tidur. Melakukan hal itu akan membantu membangun kepercayaan diri untuk mengenali kekuatan Anda dan menciptakan pola pikir yang lebih sehat.

Selanjutnya yang bisa dilakukan adalah berhenti membandingkan diri Anda dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengakhiri kebiasaan negatif ini adalah dengan berhenti mengikuti orang-orang di media sosial yang bisa menimbulkan rasa ragu dalam diri Anda.