Sukses

Ini Alasan Pentingnya Pendidikan Seksual Bagi Anak Usia Dini

Edukasi tentang seksual sangat penting diberikan kepada anak-anak, terutama pada anak usia dini. Hal ini dilakukan agar anak-anak memiliki pengetahuan mengenai perilaku seksual yang sehat sehingga dapat mencegah terjadinya pelecehan seksual pada anak.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi beberapa orang, seks memang masih dianggap sebagai hal yang tabu dan dianggap sebagai topik yang sensitif untuk dibicarakan secara terbuka apalagi mengajarkannya kepada anak-anak.

Edukasi seksual sangat penting diberikan kepada anak-anak, terutama pada anak usia dini. Hal ini dilakukan agar anak-anak memiliki pengetahuan mengenai perilaku seksual yang sehat sehingga dapat mencegah terjadinya pelecehan seksual pada anak.

Secara tidak langsung, pendidikan seksual dapat mengajarkan seorang anak mengenai pentingnya persetujuan, penolakan, penghormatan terhadap batasan pribadi, dan bahkan kesetaraan gender. Dengan pendekatan yang tepat dan aman, edukasi mengenai seks dapat dibicarakan secara terbuka.

Pendidikan seksual yang diberikan kepada anak akan memberikan pengetahuan dan nilai yang berkaitan dengan seksualitasnya secara holistik. Seorang anak akan diajarkan pemahaman mengenai perubahan fisik dan emosional yang terjadi dalam masa pubertas, diajarkan mengenai pentingnya menjaga kesehatan seksual, pencegahan penyakit seksual menular, serta diajarkan mengenai pentingnya menghormati diri sendiri dan orang lain.

Dengan demikian, edukasi seksual yang diberikan sejak ini, membuat anak lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Di masa kini, pendidikan seksual merupakan hal yang sangat penting untuk diberikan oleh anak usia dini karena begitu banyaknya kasus-kasus tindakan kekerasan seksual pada anak di masyarakat.

Dalam hal ini, peran keluarga sebagai pendidik pertama seorang anak sangat penting. Orang tua sudah seharusnya menciptakan lingkungan yang terbuka untuk membicarakan seksualitas dengan anak. Orang tua juga harus terbuka akan pertanyaan, diskusi, dan berbagi pengalaman dengan seorang anak sehingga anak akan merasa nyaman dan mengungkapkan segala kekhawatiran, keingintahuan, dan pemikiran mereka mengenai seksualitas.

2 dari 4 halaman

Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud

Dilansir dari jurnal penelitian berjudul “Layanan Informasi Tentang Perkembangan Psikoseksual yang Sehat oleh Guru Pembimbing Pada Siswa Kelas XI IPA di SMAN 1 Bunut Hilir”. Sigmund Freud, seorang psikoanalis terkenal, mengemukakan teori tahap perkembangan psikoseksual. Teori ini berpendapat bahwa perkembangan individu dalam hal seksualitas dipengaruhi oleh tahap-tahap yang berbeda, yang masing-masing melibatkan fokus pada zona tertentu dalam tubuh.

1. Tahap Oral (0-1 tahun)

Tahap ini berpusat pada mulut sebagai zona utama. Seorang bayi akan mengeksplorasi dunia dengan mulutnya dengan cara menggigit, menghisap, atau bahkan menjilati benda-benda di sekitarnya. Kepuasan anak melalui tindakan ini akan berpengaruh pada kehidupan di masa dewasanya.

2. Fase Anal (1-3 tahun)

Tahap ini berpusat pada kenikmatan pada fungsi eksplorasi dan pengeluaran tubuh, khususnya buang air besar. Selama fase ini, peran orang tua dalam melatih anak untuk buang air sangat penting dilakukan untuk melatih rasa disiplin dan moral. Jika gagal dalam fase ini, anak akan menjadi tidak peduli dengan lingkungannya.

 

3 dari 4 halaman

3. Fase Phalic (3-6 tahun)

 

Tahap ini berpusat pada alat kelamin. Seorang anak akan mulai mengidentifikasi dan menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Pada fase ini, seorang anak akan menerima perasaan seksualnnya dan belajar mengidentifikasi dirinya sendiri. Anak akan mulai mengenal standar moral yang baik dan buruk serta mulai mengetahui hal yang dianggap tidak baik untuknya.

4. Fase Laten (6-11 tahun)

Tahap ini merupakan tahap eksplorasi seorang anak di mana energi seksual masih ada, namun diarahkan pada hal lain seperti intelektual seorang anak dan bagaimana seorang anak melakukan interaksi sosialnya. Tahap ini menjadi tahap yang penting untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kepercayaan diri seorang anak.

5. Fase Genital (11-19 tahun)

Pada tahap ini, seks sekunder berkembang pesat. Adanya perkembangan psikoseksual, di mana seorang anak akan mengembangkan minat seksualnya pada lawan jenis. Tujuan dari tahap ini adalah menetapkan keseimbangan seorang anak di berbagai bidang kehidupan.

4 dari 4 halaman

Langkah yang Dapat Dilakukan Orang Tua untuk Memberikan Edukasi Seksual

1. Jelaskan Sesuai dengan Usia Anak

Mengajarkan pendidikan seksual kepada anak secara langsung oleh orang tua akan lebih baik jika dibandingkan dengan mendapatkan sumber informasi di internet yang tidak jelas. Orang tua juga perlu menjelaskan tentang edukasi seksual kepada anak sesuai dengan usia anak tersebut. Orang tua juga perlu menjelaskan mengenai hal-hal yang anak rasakan sehingga anak akan memahaminya.

2. Lakukan Persiapan Sebagai Orangtua

Sebagai orangtua, perlu untuk melakukan persiapan untuk melakukan edukasi seks. Hal ini dilakukan agar anak dapat merasa nyaman dan jika seorang anak bertanya atas keinginanya sendiri, orangtua akan memberikan informasi yang jelas dan faktual. Orangtua juga dapat bertanya kepada ahlinya secara langsung agar tiddak salah dalam memberikan informasi kepada anak.

3. Ajarkan Konsep “Persetujuan” terhadap Tubuhnya

Pembelajaran mengenai consent atau persetujuan terhadap tubuh seorang anak juga perlu dilakukan oleh orangtua. Ajarkan anak untuk berkata “tidak” jika ada seseorang yang membuatnya tidak nyaman. Misalnya, adanya permintaan dari orang lain yang menyentuh bagian tubuhnya.

4. Jaga Komunikasi dengan Anak

Komunikasi merupakan hal yang penting dilakukan olej orang tua agar anak dapat terbiasa menceritakan semua hal yang terjadi pada dirinya. Dengan adanya komunikasi yang baik, anak tidak akan ragu untuk bercerita kepada orang tua tentang apa yang dialaminya.