Liputan6.com, Jakarta - Selain membaca, salah satu kemampuan berkomunikasi yang tidak kalah penting yaitu kemampuan menulis. Lalu bagaimana jika seseorang atau diri Anda sendiri justru mengalami kehilangan kemampuan tersebut?
Pasti rasanya tidak terbayangkan saat Anda sedang menuliskan daftar barang yang ingin dibelanjakan, tapi ternyata Anda sulit menulis dan mengeja kata roti. Atau saat ingin menulis surat yang menyentuh hati, ternyata kalimat yang diutarakan ternyata tidak bisa dan masuk akal oleh orang lain. Duh, kok bisa ada kondisi seperti itu, ya? Kenapa gangguan kesehatan ini bisa terjadi?
Baca Juga
Fenomena inilah yang dikenal dengan agrafia atau hilangnya kemampuan berkomunikasi secara tertulis, akibat kerusakan otak. Dari Healthline, Selasa (27/6/2023), berikut ulasan mengenai agrafia.
Advertisement
Pengertian Agrafia
Dalam menulis, Anda mesti dapat mengeksekusi dan mengintegrasikan banyak keterampilan terpisah. Salah satu contohnya otak Anda harus mampu memproses bahasa. Dengan kata lain, Anda harus mampu mengubah pikiran yang ada di dalam otak menjadi sebuah kalimat penting.
Untuk itu Anda memiliki kemampuan agar dapat:
- Memilih huruf yang tepat untuk mengeja kata-kata.
- Kemampuan menulis kata dengan tangan.
- Saat menulis, Anda mengetahui apa yang ditulis dan mengetahui apa yang akan ditulis selanjutnya.
Namun, hal ini tidak berlaku bagi seseorang yang memiliki kondisi agrapfia. Agrafia terjadi ketika area otak Anda yang terlibat dalam proses menulis rusak atau terluka.
Karena bahasa lisan dan tulisan diproduksi oleh jaringan saraf yang terhubung secara rumit di otak, orang yang menderita agrafia biasanya juga memiliki gangguan bahasa lainnya. Tidak hanya itu, mereka seringkali juga mengalami kesulitan membaca atau berbicara dengan benar.
Penyebab Seseorang Mengalami Agrafia
Keterampilan bahasa ditemukan di beberapa area sisi dominan otak (sisi yang berlawanan dengan tangan dominan Anda), di lobus parietal, frontal, dan temporal. Nah, pusat bahasa di otak memiliki hubungan saraf antara satu sama lain yang memfasilitasi bahasa. Kerusakan pada pusat bahasa atau hubungan di antara mereka dapat menyebabkan agrafia.
Penyebab paling umum dari agrafia meliputi:
- Stroke
Ketika suplai darah ke area bahasa otak Anda terganggu oleh stroke, Anda mungkin kehilangan kemampuan untuk menulis. Para peneliti dari National Center for Biotechnology Information telah menemukan bahwa gangguan bahasa sering diakibatkan oleh stroke.
- Cedera otak
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan cedera otak yang traumatis sebagai "benturan, pukulan, atau sentakan ke kepala yang mengganggu fungsi otak."
Cedera apapun yang memengaruhi area bahasa di otak, baik karena jatuh saat mandi, kecelakaan mobil, atau gegar otak di lapangan sepak bola, dapat mengakibatkan agrafia sementara atau permanen.
- Demensia
Beberapa peneliti percaya, salah satu tanda awal demensia adalah terjadi agrafia yang semakin parah. Dengan banyak jenis demensia, termasuk Alzheimer, orang tidak hanya kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dalam tulisan.
Akan tetapi mereka juga dapat mengalami masalah dengan membaca dan berbicara seiring masalah yang berkembang. Ini juga bisa akibat dari terjadinya atrofi (penyusutan) area bahasa di otak.
- Lesi otak lain
Lesi otak adalah area jaringan abnormal atau kerusakan yang ada di dalam otak. Akibatnya dapat mengganggu fungsi normal dari lokasi yang mengalaminya.
Biasanya, lesi otak dapat disebabkan oleh tumor, aneurisma, gangguan bentuk pembuluh darah vena (malformasi vena), dan kondisi medis seperti multiple sclerosis dan stroke. Jika lesi terjadi di area otak yang membantu Anda menulis, agrafia bisa menjadi salah satu gejalanya.
Advertisement
Cara Mendiagnosis Agrafia
Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami agrafia? Guna menegakkan pada kondisi ini, biasanya dokter akan meminta untuk mengikuti serangkaian tes kesehatan.
Tes kesehatan ini meliputi Computed tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), serta Positron Emission Technology (PET) scan. Tujuannya agar dapat membantu dokter melihat kerusakan pada area otak tempat pusat pemrosesan bahasa berada.
Memang terkadang perubahannya tidak kentara dan seringkali tidak dapat dideteksi dengan tes ini. Cara lain yang mungkin akan diambil oleh dokter adalah ia akan memberikan tes-tes lain, seperti membaca, menulis, atau berbicara. Hal ini berguna untuk menentukan proses bahasa mana yang mungkin terganggu.
Apa Saja Cara Mengobati Agrafia?
Jika hilangnya kemampuan menulis terjadi akibat cedera otak yang bersifat permanen, tidak ada pengobatan yang bisa mengembalikan kemampuan ini seperti sebelumnya.
Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa ketika rehabilitasi dilakukan dalam berbagai strategi bahasa yang berbeda, hasil pemulihan lebih baik daripada strategi tunggal yang digunakan.
Satu studi pada tahun 2013 menemukan bahwa keterampilan menulis dapat meningkat untuk orang yang mengalami aleksia dengan agrafia ketika mereka menjalani beberapa sesi perawatan di mana mereka membaca teks yang sama berulang kali. Sampai akhirnya mereka dapat membaca seluruh kata alih-alih huruf demi huruf.
Strategi membaca ini dapat lebih efektif jika dikombinasikan dengan latihan mengeja interaktif, yaitu melatih pasien untuk menggunakan alat pengejaan. Alat ini dapat membantu mereka menemukan dan memperbaiki kesalahan pengejaan mereka.
Terapis rehabilitasi juga dapat menggunakan kombinasi latihan kata penglihatan, perangkat mnemonik, dan anagram untuk membantu pasien belajar kembali.
Advertisement