Sukses

Suhu di Bandung Capai 17 Derajat Celcius, Warganet: On The Way Pindah ke Bandung

Publik, khususnya para pengguna jejaring sosial tengah diramaikan dengan informasi cuaca Kota Bandung yang memiliki suhu mencapai 17 derajat Celcius.

Liputan6.com, Jakarta - Publik, khususnya para pengguna jejaring sosial tengah diramaikan dengan informasi cuaca Kota Bandung yang memiliki suhu mencapai 17 derajat Celcius. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung mengatakan bahwa berdasarkan catatan yang dimilikinya, dalam 5 hari terakhir, suhu minimum di Kota Bandung menyentuh 17 derajat Celcius yang berada di bawah kondisi normal.

“Suhu dingin ini, merupakan fenomena alamiah yang terjadi ketika masa puncak kemarau pada Juli-Agustus, yang bisa kita lihat dalam beberapa hari ke belakang ini,” kata Teguh Rahayu, seperti mengutip dari Antara, Kamis (20/7/2023).

Sontak saja suhu di Bandung yang lebih dingin dari biasanya menjadi sorotan publik. Pantauan tim Citizen6-Liputan6.com, lini masa diramaikan dengan berbagai respons warganet.

Banyak dari warganet menanggapinya dengan respons kocak, bahkan beberapa dari mereka berniat untuk pindah ke Bandung demi bisa merasakan suhu dingin.

Respons Warganet:

“Pengen ke bandung eyyyyy,” tulis akun @gilangwh.

“Ya Allah di Dago dingin banget malem kemarin,” komentar akun @delapannnn.

“Mau pulang bandung ajaaa boleh,” sahut akun @hahwkwkawk.

“Otw pindah bandung.. ga kuat sama makassar,” kata akun @Dracarioz.

“Suhu Bandung boleh pindah aja ke Bogor ga?” tulis akun @vnillapeach.

“Dingin banget kaya sikap dia,” sahut akun @wisnubaktii.

Suhu Minimun Normal di Bandung

Berdasarkan catatan BMKG Kota Bandung, dari 14-18 Juli 2023, suhu Kota Bandung sempat mengalami kenaikan dari 19 derajat ke 20 derajat Celcius.

Namun, pada 18 Juli terjadi penurunan suhu ke 17 derajat Celcius. Padahal suhu minimum normal pada bulan Juli adalah 18,2 derajat Celcius, dan pada Agustus 17,5 derajat Celcius.

2 dari 2 halaman

Suhu dingin terjadi saat musim kemarau

Suhu dingin di bawah kondisi normal memang cenderung terjadi saat musim kemarau, terutama di malam hari.

Karena ketika musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan, akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal.

Sementara pada malam hari, bumi akan melepaskan energi karena tidak ada awan. Jadi, saat malam hingga dini hari, radiasi yang disimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan.

“Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang terbilang ekstrim di malam hingga dini hari,” tutup Rahayu.