Sukses

Ternyata Ini 3 Alasan Kenapa MBTI Bisa Berubah Saat Tes MBTI Ulang

Pernah mencoba tes MBTI secara ulang dan hasilnya berubah? Ternyata ini alasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda melihat seseorang menuliskan INTJ atau INTP dalam profil media sosial mereka? Tahukah Anda mengenai arti huruf-huruf tersebut? Ya, hampir semua orang pasti sudah mengetahui bahwa itu adalah tipe kepribadian berdasarkan MBTI (Myers Briggs Type Indicator)

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Very Well Mind, Selasa (15/8/2023), MBTI adalah inventaris laporan diri yang dirancang untuk mengidentifikasi tipe kepribadian, kekuatan, dan preferensi seseorang.

Kuesioner dikembangkan oleh Isabel Myers dan ibunya Katherine Briggs berdasarkan pekerjaan mereka dengan teori tipe kepribadian Carl Jung. Saat ini, tes MBTI adalah salah satu instrumen psikologis yang paling banyak digunakan di dunia.

Nah, sudah bukan rahasia lagi jika memang sudah banyak tes MBTI yang tersedia di internet dan bisa Anda coba secara gratis. Namun, dalam beberapa tes MBTI yang sering Anda lakukan lebih dari dua kali, bisa terjadi perbedaan hasil yang cukup signifikan. Akibatnya, seseorang bisa menjadi kebingungan dalam menentukan tipe kepribadian mereka yang sesungguhnya karena MBTI berubah

Rupanya dilansir dari Psychology Junkie, menurut teori Myers-Briggs, tipe kepribadian Anda adalah bawaan sejak lahir, dan tidak berubah. Namun, cara Anda menunjukkan tipe Anda akan berubah (dan seharusnya) saat Anda menjalani hidup. Mengapa demikian?

Ternyata bisa jadi disebabkan oleh beberapa alasan yang menyertainya sehingga Anda mendapatkan hasil yang berbeda. Yuk, cari tahu lebih lanjut!

2 dari 4 halaman

Bertambahnya Usia dan Perubahan Fungsi Kognitif

Setiap tipe kepribadian MBTI memiliki tumpukan fungsi kognitif. Hal ini dapat mencakup empat fungsi utama dan empat fungsi bayangan dengan total 8 fungsi. Saat Anda menjalani hidup, Anda akan mengembangkan fungsi tertentu dan menikmatinya lebih dari yang Anda lakukan di waktu lain dalam hidup Anda.

Seiring pertambahan usia bisa membuat pengalaman seseorang pun ikut bertambah dan berubah. Dalam kasus di sini, pertambahan dan proses dalam pencarian pengalaman baru bisa memengaruhi kepribadian dominan seseorang saat mereka melakukan tes MBTI yang kedua. 

Padahal bisa jadi yang sebenarnya adalah fungsi tersembunyi itu muncul ke permukaan sehingga menggeser fungsi dominan karena sering digunakan atau kurang berkembang. Alasannya karena kita mungkin tidak melihat banyak pemikiran, perasaan, atau penginderaan pada usia muda.

3 dari 4 halaman

Berdasarkan Fungsi Dominan dan Tersier

Alasan lain kenapa tes MBTI bisa berubah yaitu adanya kecenderungan bertindak berdasarkan fungsi tersier dan dominan. Bisa dikatakan bahwa hal ini merupakan alasan kenapa seseorang bisa memiliki jenis MBTI yang sama. 

Jadi, jika seseorang memiliki kepribadian introvert, maka mereka akan memiliki fungsi dominan dan tersier seorang introvert. Begitu pula sebaliknya, dengan pemilik kepribadian extrovert

Adanya jenis kepribadian yang sama, bisa memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan karena berdasarkan pada fungsi dominan dan tersier ini. Dalam praktiknya, bertindak berdasarkan fungsi tersier memang dapat memberikan perasaan nyaman saat Anda melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dapat dilihat pula alasan yang sesungguhnya kenapa seseorang kerap salah menentukan tipe kepribadiannya. Sebab untuk mengetahui fungsi dominan yang sesungguhnya, Anda hanya perlu bertanya pada diri sendiri mengenai fungsi mana yang secara alami akan dilakukan tanpa banyak berpikir.

4 dari 4 halaman

Masalah Judging/Perceiving

Alasan terakhir kenapa saat tes MBTI ulang hasilnya bisa berubah yaitu adanya masalah pada judging atau perceiving. Padahal, preferensi J/P dapat memberitahu kita bagaimana kita diorientasikan ke dunia luar, bukan bagaimana kita diorientasikan secara internal.

Seperti contohnya, ada seseorang introvert yang mengalami kesalahan ketika menentukan tipe kepribadiannya. Sebab, ia merasakan kebingungan mengenai preferensi judging (J) dan perceiving (P). Tipe IJ memiliki fungsi perceiving (P) yang dominan, yaitu dalam hal sensing (S) serta intuition (N).

Namun, mereka tidak bisa dikategorikan dalam kategori "P" karena mereka punya fungsi extroverted judging yaitu feeling (F) dan thinking (T) alhasil mereka tetap dikategorikan dengan "J". Hal yang sama berlaku pula pada tipe IP yang memiliki fungsi dominan judging (J), tetapi memiliki fungsi extroverted perceiving yang membuat mereka tetap dikategorikan dalam "P".