Sukses

Joe Jonas dan Sophie Turner Dikabarkan Akan Pisah, Sebenarnya Apa Alasan Pasangan Memutuskan Bercerai?

Joe Jonas dan Sophie Turner akan berpisah, berikut beberapa alasan yang menyebabkan pasangan memutuskan untuk bercerai:

Liputan6.com, Jakarta Pasangan Joe Jonas dan Sophie Turner dikabarkan akan bercerai usai 4 tahun menikah. Tentunya hal tersebut membuat banyak orang terkejut. Bukan tanpa alasan, pasangan yang menikah pada tahun 1029 tersebut diketahui kerap tampil mesra di depan publik.

Apalagi keduanya kini telah dikaruniai dua orang anak. Melansir TMZ, Senin (4/9/2023), pasangan tersebut dikatakan sedang mempertimbangkan perceraian, dengan sebuah sumber mengatakan bahwa Joe Jonas dan Sophie Turner memiliki "masalah serius" selama setidaknya enam bulan. Sumber tersebut juga menyatakan, kedua anak pasangan itu telah bersama Jonas saat ia melakukan tur di Amerika Serikat (AS).

Bagi beberapa pasangan perceraian memang seolah sulit untuk dihindarkan. Ada beberapa hal yang menyebabkan pasangan suami istri memilih untuk bercerai meski kerap terlihat memiliki hubungan yang romantis. 

Ilmuwan sosial dan cendekiawan telah lama mempelajari isu apa yang menyebabkan perceraian. Beberapa orang telah melihat faktor-faktor yang dapat diukur dengan mudah yang membuat kemungkinan terjadinya perceraian, seperti usia ketika seseorang menikah. 

Namun peneliti lain langsung menemukan sumbernya menanyakan kepada orang-orang yang bercerai mengapa menurut mereka pernikahan mereka berakhir.

Biasanya ada lebih dari satu alasan pasangan bercerai dan alasan-alasan tersebut seringkali saling terkait. Misalnya, orang lebih cenderung melakukan perselingkuhan ketika mereka mengalami masalah lain dalam pernikahannya, dan masalah komunikasi memperburuk masalah seperti perselisihan uang. 

Faktor rumit lainnya yang mungkin tidak mengejutkan Anda adalah seringnya pasangan tidak sepakat tentang apa yang menyebabkan putusnya hubungan mereka.

Namun, mempelajari apa yang orang lain katakan tentang alasan pernikahan mereka berakhir akan bermanfaat jika kita melihat ke belakang. Dan jika Anda berharap untuk menghindari akibat yang sama, ada baiknya jika Anda mengenali kapan tanda-tanda masalah ini muncul dalam pernikahan Anda. Dilansir dari Divorce Net, Selasa (5/9/2023) berikut beberapa alasan yang menyebabkan pasangan memutuskan untuk bercerai:

2 dari 5 halaman

1. Kurangnya Komitmen

Dalam beberapa penelitian yang meminta orang untuk memilih dari daftar alasan penting perceraian mereka, kurangnya komitmen muncul di urutan teratas (Sebanyak 85% partisipan dalam sebuah penelitian memberikan jawaban ini.) 

Menariknya, penelitian lain menunjukkan kurangnya komitmen juga menjadi alasan mengapa pasangan cenderung setuju bercerai walaupun salah satu pasangan biasanya menyalahkan pasangannya karena tidak bekerja lebih keras untuk mempertahankan pernikahan.

Kurangnya komitmen mungkin tampak samar-samar dan sulit dibuktikan (atau disangkal), terutama bagi orang yang disalahkan atas masalah tersebut. Tanda-tanda lahiriah seringkali terkait dengan alasan perceraian lainnya, seperti perselingkuhan, tidak bersedia membicarakan hubungan tersebut, dan tidak berupaya mencapai tujuan keuangan bersama. 

Mungkin itulah sebabnya banyak orang menganggap kurangnya komitmen sebagai penyebab utama perceraian karena mereka melihatnya sebagai masalah yang mendasari serangkaian masalah yang lebih nyata.

2. Ketidakcocokan dan Hidup Terpisah

Semua pasangan yang memilih "perbedaan yang tidak dapat didamaikan" sebagai landasan dasar perceraian tanpa alasan pasti punya tujuan. Ketika ditanya mengapa pernikahan mereka berakhir, sebagian besar orang yang bercerai menjawab dengan beberapa variasi seperti “kami semakin menjauh” atau “kami hanya tidak cocok”. 

Tentu saja, banyak pasangan yang hidup bersama dan bahkan menikmati perbedaan mereka. Namun sebagian besar pernikahan yang sukses didasarkan pada kesamaan (atau setidaknya tumpang tindih) kepentingan, prioritas, dan nilai-nilai. 

Tanda-tanda ketidakcocokan yang tampak dari luar sering kali muncul bersamaan dengan alasan umum perceraian lainnya terutama komunikasi yang buruk, yang merupakan alasan berikutnya.

3 dari 5 halaman

3. Masalah Komunikasi

Sekitar 50% partisipan di berbagai penelitian menyebutkan alasan perceraian berkaitan dengan komunikasi yang buruk, seperti terlalu banyak berdebat dan tidak bisa berbicara satu sama lain. 

Sekali lagi, masalah komunikasi dapat menjadi penyebab alasan lain yang dilontarkan orang untuk bercerai, seperti konflik mengenai uang dan tanggung jawab keluarga.

Tidak sulit untuk mengenali kapan Anda terus-menerus bertengkar dengan pasangan. Namun meskipun pertengkaran tersebut tidak terlalu sering atau tidak menyenangkan, waspadalah terhadap perdebatan berulang mengenai hal yang sama atau perbedaan pendapat yang tidak pernah benar-benar terselesaikan.

Itu bisa menjadi tanda bahwa Anda memerlukan bantuan untuk mempelajari cara berkomunikasi satu sama lain dengan lebih efektif, mungkin melalui terapi pasangan.

4. Perselingkuhan

Meskipun perselingkuhan (atau perzinahan) muncul di setiap penelitian, frekuensi perselingkuhan sebagai alasan perceraian bervariasi dari sekitar 20% dalam satu penelitian hingga 60% pada penelitian lainnya.

Kisaran luas ini mungkin mencerminkan fakta bahwa setidaknya sebagian orang yang bercerai menganggap perselingkuhan hanya sebagai upaya terakhir setelah serangkaian masalah perkawinan lainnya. Masalah-masalah lain tersebut mungkin menjadi alasan seseorang keluar dari pernikahan demi keintiman, kegembiraan, atau gangguan atau bahkan sebagai cara yang tidak disadari untuk memprovokasi pasangannya agar mengakhiri pernikahan.

4 dari 5 halaman

5. Masalah Finansial

Dalam penelitian yang berbeda, sekitar 40% orang mengatakan bahwa masalah keuangan, khususnya keluhan tentang cara mantan pasangan mereka menangani uang adalah alasan utama mereka bercerai. Pertengkaran mengenai uang sering disebut sebagai "ketidakcocokan finansial", karena biasanya timbul dari perbedaan prioritas dan nilai seputar keputusan keuangan.

6. Penyalahgunaan Zat

Dalam berbagai penelitian, antara 10% dan 35% orang mengatakan mereka bercerai karena masalah minuman keras atau narkoba pasangannya. Ada banyak tanda bahwa pasangan Anda mungkin mengalami gangguan penggunaan narkoba, antara lain:

  • Perubahan dalam tidur, nafsu makan, dan kebersihan
  • Perubahan suasana hati yang tiba-tiba
  • Paranoia atau perubahan kepribadian lainnya
  • Mengabaikan pekerjaan atau tanggung jawab keluarga
  • Meninggalkan keluarga atau aktivitas bersama
  • Kebutuhan uang tambahan yang tidak dapat dijelaskan, dan
  • Kesulitan dengan perhatian atau ingatan.
5 dari 5 halaman

7. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Antara 15% dan 25% peserta dalam berbagai penelitian menyebutkan kekerasan dalam rumah tangga sebagai alasan penting perceraian. Dan dalam sebuah penelitian yang berfokus pada pasangan lansia yang bercerai, lebih dari sepertiga partisipan menyebutkan kekerasan verbal, emosional, atau fisik sebagai salah satu dari tiga alasan utama perceraian mereka.

Perempuan dan laki-laki cenderung memiliki pandangan yang sangat berbeda mengenai kekerasan dalam rumah tangga sebagai penyebab perceraian. Dalam sebuah penelitian nasional, 42% perempuan tetapi hanya 9% laki-laki mengatakan kekerasan dalam rumah tangga sebagai alasan penting berakhirnya pernikahan mereka. 

Hal ini bisa jadi mencerminkan fakta bahwa perempuan lebih besar kemungkinannya mengalami pelecehan dari pasangan intimnya dibandingkan laki-laki, dan bahwa korban pelecehan lebih besar kemungkinannya melihat perilaku tersebut sebagai penyebab perceraian dibandingkan para pelaku kekerasan.

Pelajari tentang dampak kekerasan pada pasangan terhadap perceraian, tanda-tanda peringatan kekerasan dalam hubungan, dan cara melindungi diri sendiri ketika meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan.

8. Konflik Tanggung Jawab Keluarga

Ketika beberapa penelitian menanyakan alasan penting perceraian, sekitar 20% peserta menyebutkan konflik dalam pernikahan mereka mengenai bagaimana membesarkan anak-anak mereka, tanggung jawab pengasuhan anak, dan/atau kewajiban keluarga dan rumah tangga lainnya.

Perlu dicatat bahwa setidaknya satu penelitian menunjukkan bahwa perempuan secara signifikan lebih mungkin menyebut perselisihan ini sebagai penyebab penting perceraian mereka dibandingkan laki-laki.