Liputan6.com, Jakarta - Apabila kamu sedang menjalin hubungan romantis yang sudah saling berbagi banyak hal, salah satunya seekor kucing peliharaan dengan pasanganmu selama empat tahun, tetapi secara teknis kucing tersebut merupakan kucing pasangan kamu yang sudah ia adopsi enam bulan sebelum kalian bertemu.
Kamu sangat menyayangi kucing ini, tetapi ketika kamu bertengkar dengan pasanganmu, ia berkata bahwa bila kamu meninggalkannya, kamu tidak akan pernah melihat kucing itu lagi. Kisah tersebut merupakan contoh dari emotional blackmail atau pemerasan emosional.Â
Menurut Karla Ivankovich, seorang konselor klinis di Chicago, mengatakan bahwa emotional blackmail terjadi katika seseorang yang dekat dengan kamu menggunakan hal-hal yang ia ketahui tentang kamu untuk melawanmu sebagai saran untuk menyakiti atau manipulasi.
Advertisement
Biasanya manipulator menggunakan rasa takut, rasa bersalah, atau kewajiban untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Konsep emotional blackmail dipopulerkan oleh psikoterapis, Susan Forward pada akhir tahun 1990-an. Hal itu bisa terjadi dalam konteks hubungan romantis atau hubungan apa pun yang ikatannya erat. hal ini tidak selalu merupakan pertanda bahwa hubungan akan berakhir, tetapi ini bisa menjadi indikasi yang sangat tidak sehat apabila terus berlanjut.
Lantas, seperti apa sebenarnya emotional blackmail dan bagaimana cara menghadapinya? Berikut ulasannya, seperti yang dilansir dari halaman Healthline pada Selasa (05/09/23).
Apa Itu Emotional Blackmail?
Emotinal blackmail merupakan suatu tindakan yang menggambarkan gaya menipulasi yang dilakukan oleh seseorang menggunakan perasaan orang lain untuk mengendalikan perilaku atau membujuk orang lain itu supaya melihat sesuatu dari sudut pandangnya.
Dr. Susan Forward, seorang ahli terapi, penulis, dan dosen, memelopori istilah ini dalam bukunya tahun 1997 yang berjudul Emotional Blackmail:Â When the People in Your Life Use Fear, Obligation, and Guilt to Manipulate You. Melalui penggunaan studi kasus, ia menguraikan konsep emotional blackmail untuk membantu orang lebih memahami dan mengatasi jenis manipulasi ini.
Selain itu, Erika Myers, seorang ahli terapi di Oregon, menggambarkan emotional blackmail ini sebagai sesuatu yang halus dan berbahaya. Ini mungkin tampak seperti menahan kasih sayang, kekecewaan, atau bahkan sedikit perubahan bahasa tubuh.
Advertisement
Bagaimana Emotional Blackmail Bekerja?
Sama halnya dengan perasaan pada umumnya, emotional blackmail melibatkan seseorang yang mencoba mendapatkan apa yang mereka inginkan dari kamu. namun, alih-alih menyimpan rahasia terhadap kamu, ia malah memanipulasi kamu dengan emosimu.Â
Terdapat enam tahap spesifik proses munculnya emotional blackmail ini, yaitu
1. Permintaan
Tahap pertama emotional balckmail adalah melibatkan tuntutan. Orang yang melakukan ini mungkin menyatakan hal secara eksplisit. Contohnya, "Menurutku, kamu tidak perlu lagi berteman dengan dia."
Ia mungkin juga akan membuat hal ini secara halus. ketika kamu melihat temanmu, ia cemberut dan berbicara sinis atau bahkan tidak bicara sama sekali. Ketika kamu bertanya, ia menjawab, "Saya tidak suka cara orang itu memandang kamu. Menurutku, itu tidak baik untukmu."
Tentu saja, pelaku ini menyampaikan permintaannya dalam hal kepedulian terhadap kamu. Namun, itu tetap merupakan upaya untuk mengontrol pilihan kamu.
2. Perlawanan
Apabila kamu tidak ingin melakukan apa yang ia inginkan, ia mungkin akan menolaknya. Misalnya, saat kamu sedang berkumpul dengannya dan ia meminjam mobilmu, kamu boleh saja menolaknya. Kamu bisa langsung berkata, "Kamu tidak punya asuransi, jadi aku tidak nyaman membiarkanmu mengemudikan mobilku."
Namun, apabila kamu khawatir bagaimana ia akan menerima penolakanmu, kamu dapat menolaknya secara lebih halus, seperti berkata, "Bensin aku habis, kalau mau bawa harus isi penuh."
Â
Â
3. Tekanan
Dalam hubungan yang normal, begitu kamu menyatakan penolakan, orang lain biasanya akan merespons dengan mengabaikan masalah atau berupaya mencari solusi bersama.
Pelaku emotional blackmail akan menekan kamu untuk memenuhi permintaannya, mungkin dengan beberapa pendekatan berbeda, seperti mengulangi permintaan mereka dengan cara yang membuat mereka terlihat baik, membuat daftar penolakan kamu yang berdampak negatif terhadap mereka, atau mungkin mereka akan mengkritik dan meremehkan kamu.
4. Ancaman
Emotional blackmail dapat melibatkan ancaman langsung dan ancaman tidak langsung. Ancaman langsung dapat berupa bila seseorang berkata, "Jika kamu pergi ke luar dengan teman-temanmu malam ini, aku tidak akan berada di sini ketika kamu kembali," sedangkan ancaman tidak langsung dapat berupa bila seseorang berkata, "Jika kamu tidak bisa menemaniku malam ini saat aku membutuhkanmu, mungkin orang lain akan melakukannya."
Meskipun ini tidak terlihat seperti ancaman yang besar, mereka akan tetap mencoba memanipulasi kamu. Memang, mereka tidak secara jelas menyatakan konsekuensi penolakanmu, tetapi mereka menyiratkan penolakan yang terus-menerus tidak akan membantu hubungan kamu.
5. Kepatuhan
Tentu saja, kamu tidak ingin mereka memanfaatkan ancamannya agar kamu menyerah begitu saja. Kamu mungkin akan bertanya-tanya apakah permintaan mereka memerlukan penolakan kamu?
Kepatuhan bisa menjadi sebuah proses yang berakhir melelahkanmu seiring dengan tekanan dan ancaman. Begitu kamu menyerah, kekacauan akan memberi jalan pada perdamaian. Mereka memiliki apa yang mereka inginkan sehingga mereka mungkin terlihat sangat baik dan penuh kasih sayang untuk saat ini.
6. Pengulangan
Seiring berjalannya waktu, proses emotional blackmail ini mengajarkan kamu bahwa lebih mudah untuk menuruti daripada menghadapi tekanan dan ancaman terus-menerus. Kamu mungkin menerima bahwa cinta mereka bersyarat dan sesuatu yang akan mereka tahan sampai kamu setuju dengannya.
Mereka bahkan mungkin mengetahui bahwa jenis ancaman tertentu akan menyelsaikan pekerjaan lebih cepat. Oleh karena itu, pola ini mungkin akan terus berulang.
Advertisement
Bagaimana Menghadapi Emotional Blackmail?
Sejatinya, bukan tanggung jawab kamu untuk memperbaiki seseorang yang memperlakukan kamu dengan buruk. Kamu perlu ingat bahwa manipulator mempunyai pilihan mengenai perilaku dan dilemanya dan mereka akan mencoba mengalihkan tanggung jawabnya itu kepada kamu.
Meskipun demikian, kamu harus tetap tenang, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menyampaikan kekhawatiran kamu kepada orang yang kamu sayangi apabila kamu yakin bahwa perilaku tidak sehat ini adalah sesuatu yang tidak mereka sadari.
Misalnya, apabila pasangan kamu mengancam untuk pergi atau memberi tahu dunia tentang kecerobohanmu, kamu harus secara langsung dan tegas menyatakan batasannya dengan menguruhnya berhenti.Â
Kamu juga dapat meyakinkan manipulator itu bahwa kamu mencintainya dan menginginkan hubungan yang tetap utuh, tetapi tidak bersedia melakukan apa yang diinginkannya. Namun, apabila hal itu terjadi berulang-ulang, solusi terbai adalah mengomunikasikan semua hal yang dirasakan dengan pasangan.
Â
Berbeda halnya, ketika pasanganmu memerlukan batasan karena sudah memicu ketidaknyamanan, mungkin kamu akan menolaknya. Namun, setiap orangberhak untuk menyatakan batasan bila diperlukan. Ini akan menjadi emotional blackmail bila melibatkan tekanan, ancaman, dan upaya untuk mengendalikan kamu.
Apabila kamu menanggapi seseorang karena takut atau tidak aman, percayalah bahwa mengatakan tidak atau menahan diri akan membawa hasil penolakan sehingga akan terasa seperti emotional blackmail.Â