Sukses

Waspadai, 4 Tren Self-Care Ini Ternyata Bisa Merusak Kesehatan Mental Anda

Beberapa tren yang sempat viral ternyata bisa merusak kesehatan mental Anda.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, self care atau merawat diri memang seperti mendapatkan banyak perhatian yang begitu siginifikan. Hal ini karena self care bisa menjadi bentuk dalam memprioritaskan kesehatan mental serta emosional kita.

Apalagi di tengah hiruk-pikuk aktivitas yang padat, waktu yang terasa kurang, dan banyak hal lain yang membuat stres membuat keinginan untuk merawat diri muncul.

Konsep self care sendiri sebenarnya berakar pada gagasan meluangkan waktu untuk diri sendiri, melakukan aktivitas yang mendorong relaksasi, dan menjaga kesehatan kita secara keseluruhan. Meskipun perawatan diri dapat menjadi alat yang berharga dalam menjaga kesehatan mental, penting untuk menyadari bahwa tidak semua tren self care, terutama yang muncul di media sosial diciptakan sama.

Sebab, self care merupakan perjalanan yang sangat pribadi dan tentunya setiap individu akan merasakan sesuatu yang berbeda-beda. Jadi, apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak berhasil untuk orang lain.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pendekatan dengan pandangan kritis untuk memastikan bahwa praktik self care Anda selaras dengan nilai-nilai Anda dan berkontribusi positif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan Anda secara keseluruhan.

Menurut para ahli, ada beberapa tren self care yang populer ternyata dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya, seperti melansir dari Psych2go, Jumat (15/9/2023).

2 dari 4 halaman

1. Bed Rotting

Dengan maraknya media sosial serta platform streaming, tren perawatan diri yang dikenal sebagai bed rotting pun akhirnya muncul.

Istilah ini mulai tren beberapa bulan yang lalu dan mengacu pada aktivitas untuk menghabiskan banyak waktu hanya di tempat tidur. Akibat dari hal ini, pelaku seringkali mengabaikan tanggung jawab dan aktivitas sehari-hari demi periode relaksasi atau hiburan yang berkepanjangan.

Namun, psikolog Dr. Audrey Tang menjelaskan bahwa bed rotting dalam waktu lama dapat menyebabkan penurunan motivasi, produktivitas, dan perasaan yang begitu stagnan. Oleh karena itu, penting untuk mencapai keseimbangan antara istirahat dan melakukan aktivitas yang berkontribusi pada pertumbuhan pribadi, kepuasan dan tujuan.

3 dari 4 halaman

2. Dopamine Detox

Tren self care lainnya dopamine detox, yang melibatkan sengaja tidak melakukan aktivitas menyenangkan, seperti bersosialisasi, melakukan hobi, atau menggunakan perangkat elektronik, dalam upaya untuk “mengatur ulang” sistem pada otak.

Para pendukung tren ini mengklaim bahwa dengan menghilangkan pengalaman menyenangkan, otak akan menjadi lebih sensitif terhadap kesenangan, sehingga menghasilkan rasa kepuasan yang lebih besar.

Namun, pendekatan ini dapat menjadi kontraproduktif dan berpotensi membahayakan kesehatan mental jika dilakukan secara berlebihan atau salah, psikiater Dr. Ifeanyi Olele memperingatkan, karena penarikan diri seringkali menyebabkan perasaan kesepian, bosan, dan penurunan kesejahteraan mental.

Jadi, daripada sepenuhnya menghindari aktivitas yang menyenangkan, penting untuk menemukan keseimbangan sehat yang memungkinkan kenikmatan melalui alternatif yang bermanfaat, seperti olahraga dan meditasi.

4 dari 4 halaman

3. Toxic Positivity

Menurut psikolog Dr. Rachel Goldman, terlalu banyak mempromosikan hal-hal positif bisa menjadi "racun" jika hal itu mempermalukan dan menyalahkan kita atas emosi dan perjuangan kita yang sebenarnya demi mendukung gagasan bahwa kita harus mempertahankan pola pikir positif setiap saat.

"Meskipun optimisme dapat membantu, menekan atau mengabaikan perasaan yang tulus dapat membahayakan kesehatan mental kita. Perawatan diri yang sejati melibatkan mengakui dan menerima seluruh emosi kita, bukan menyangkal atau menutupinya," kata Dr. Goldman.

4. Self-indulgence

Beberapa tren self care menganjurkan untuk memanjakan diri dalam sikap egois yang berlebihan sebagai cara untuk memprioritaskan diri sendiri. Namun, sebuah artikel yang diterbitkan oleh layanan konseling ThoughtFull menekankan bahwa penting untuk membedakan antara self care dan self-indulgence, dan untuk mencapai keseimbangan yang sehat di antara keduanya.

Terlalu berfokus pada keinginan diri sendiri justru dapat menghambat pertumbuhan pribadi karena membuat kita menjadi lebih egois, kurang disiplin, hedonistik, dan tidak puas, yang semuanya pada akhirnya merugikan kesehatan mental kita.