Liputan6.com, Jakarta Polisi berhasil menangkap seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang mengamuk di dalam pusat perbelanjaan Siam Paragon, menewaskan dua orang dan melukai lima lainnya, dua di antaranya kritis, pada Selasa (03/10/2023) sore.
Menurut laporan Bangkok Post, remaja tersebut dibawa ke kantor polisi Pathumwan untuk diinterogasi tetapi tampak dalam keadaan bingung. Kepala Polisi Nasional Polisi Jenderal Torsak Sukvimol mengatakan bahwa remaja itu mengaku mendengar suara-suara yang menyuruhnya menembak orang.
"Anak laki-laki itu pernah menerima perawatan di masa lalu karena masalah kesehatan mental di Rumah Sakit Rajavithi," kata Torsak. Namun, dia tak ingin membahas lebih rinci perihal tersebut karena tersangka masih di bawah umur.
Advertisement
Kepala polisi mengonfirmasi dua orang tewas dalam insiden di Siam Paragon Mall tersebut. Yang pertama adalah seorang wanita Tiongkok berusia 34 tahun yang meninggal di lantai dasar pusat perbelanjaan. Korban lainnya adalah seorang wanita asal Myanmar yang meninggal karena luka-lukanya di Rumah Sakit Umum Kepolisian.
Tiga orang yang terluka dikirim ke Rumah Sakit King Chulalongkorn Memorial. Seorang wanita tertembak di kepalanya dan kondisinya termasuk kritis. Dua lainnya, seorang pria Thailand dan seorang wanita Tiongkok, dalam kondisi stabil.
Drama penembakan Siam Paragon itu berlangsung kurang dari 90 menit sejak remaja tersebut memasuki mal hingga saat ia menyerah tanpa perlawanan.
Jenderal Polisi Torsak mengingatkan bahwa tersangka memiliki hak-hak tertentu sebagai anak di bawah umur, di antaranya hak untuk diperiksa di hadapan konselor.
Tersangka dilaporkan adalah seorang siswa di sebuah sekolah swasta Bangkok dan orang tuanya seorang profesor. Ketika polisi menggeledah kamar remaja tersebut di rumahnya, mereka menemukan total 64 butir amunisi yang terdiri dari 49 peluru 9mm dan 15 selongsong peluru dengan berbagai ukuran.
Pencarian di ponselnya juga dilaporkan menemukan video dia berlatih menggunakan senjata api.
Â
Thailand punya tingkat kepemilikan senjata yang tinggi
Penembakan itu terjadi hanya beberapa hari sebelum peringatan satu tahun peristiwa berdarah dalam sejarah Thailand, ketika seorang mantan petugas polisi bersenjatakan pisau dan senjata menyerang sebuah kamar anak, membunuh 24 anak-anak dan 12 orang dewasa.
Thailand mempunyai tingkat kepemilikan senjata yang tinggi dan mempunyai sejarah panjang dan penuh kekerasan dalam insiden senjata api, baik skala kecil maupun besar.
Pada tahun 2020 misalnya, seorang mantan perwira militer mengamuk di sebuah pusat perbelanjaan di Nakhon Ratchasima, membunuh 29 orang, dan melukai lebih banyak lagi.
Advertisement
Kronologi Penembakan Siam Paragon Mall di Bangkok Thailand
Selasa 3 Oktober 2023 sore seorang remaja laki-laki membuat kehebohan di sebuah pusat perbelanjaan besar di pusat ibu kota Thailand, Siam Paragon Mall. Aksi penembakan yang dilakukan olehnya membuat para pengunjung mal populer itu panik berlarian menyelamatkan diri.Â
"Seorang remaja laki-laki dengan pistol melepaskan tembakan di dalam sebuah pusat perbelanjaan besar di pusat ibu kota Thailand pada Selasa sore, menewaskan dua orang sebelum ditangkap," kata pihak berwenang seperti dikutip dari AP, Rabu (4/10/2023).
Polisi mengatakan seorang tersangka penembakan ditahan kurang dari satu jam setelah laporan pertama terjadinya tembakan di Siam Paragon Mall, salah satu tujuan belanja terbesar dan paling mewah di Bangkok.
Video yang diunggah ke media sosial dan ditayangkan di televisi memperlihatkan seorang remaja laki-laki berambut gondrong diamankan polisi.
Pelaku Penembakan di Siam Paragon Mall Thailand Pasien Gangguan Jiwa, Polisi: Dia Mengaku Seperti Ada yang Menyuruhnya
Kepala Polisi Nasional Thailand Torsak Sukvimol mengonfirmasi bahwa tersangka penembakan di Siam Paragon Mall di Bangkok pada Selasa (3/10/2023) adalah seorang anak usia 14 tahun.
Dua orang tewas dalam penembakan tersebut, masing-masing adalah perempuan warga negara China dan Myanmar. Adapun korban luka lima orang, dengan rincian satu berkewarganegaraan Laos, satu China, dan sisanya adalah warga lokal.
Jumlah korban tersebut akhirnya terkonfirmasi setelah sempat berubah-ubah. Torsak menerangkan bahwa tersangka terlalu bingung untuk diinterogasi.
"Dia adalah pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Rajavithi dan belum mengonsumsi obatnya," tutur Torsak dalam konferensi pers pada Selasa, seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (4/10).
Advertisement