Sukses

4 Tips Atasi Ketakutan Eksistensial yang Kerap Dirasakan Gen Z

Sensasi dari ketidakpastian perihal kehidupan di masa depan dalam istilah terapi atau psikologi disebut sebagai existential dread atau ketakutan eksistensial.

Liputan6.com, Jakarta - Sekarang ini, media sosial marak digunakan untuk membagikan kisah-kisah sukses yang mungkin dapat menginspirasi banyak orang. Apa pun media sosial yang kamu gunakan, seperti Instagram, TikTok, maupun Twitter, kamu pasti akan dibanjiri dengan pencapaian orang lain, seperti mendapat pekerjaan, beli rumah sendiri, punya anak, menikah, dan masih banyak lagi.

Melihat orang-orang menjalani kehidupan terbaiknya, mungkin seringkali membuat kamu mempertanyakan arah hidupmu. Kamu mungkin mulai merasakan FOMO atau bertanya-tanya apakah kamu tertinggal atau tidak layak untuk mendapatkan apa yang diraih oleh orang lain.

Hal inilah yang dapat memicu munculnya ketakutan eksistensial yang terpaku pada masa lalu dan masa depan sehingga menimbulkan perasaan seolah-olah tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirimu. Ketika kamu kembali ke masa sekarang, kamu bisa merasakan sensasi negatif tersebut mulai mereda.

Ketika kamu menelusuri feed teman-temanmu yang sering membagikan pencapaiannya, kamu mungkin akan merasa takut hingga pikiran tentang ketidakpastian perihal hidup kamu sendiri kemungkinan besar mulai bermunculan. Sensasi dari ketidakpastian perihal kehidupan di masa depan inilah yang dalam istilah terapi atau psikologi disebut sebagai existential dread atau ketakutan eksistensial.

Kamu tidak perlu malu karena ini merupakan hal yang sangat umum dirasakan oleh para Gen Z yang sedang memasuki fase quarter life crisis. Namun, kamu harus segera mengatasinya sebelum hal itu mulai berdampak pada kesehatan mental kamu.

Bila dilihat-lihat, saat ini manusia hidup di masa yang sangat menegangkan. banyak orang yang bekerja tanpa henti, beberapa orang mungkin kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang cukup. Politik dan pembicaraan tentang perubahan iklim saat ini juga dapat menimbulkan stres.

Gabungan dari permasalahan ini dapat menimbulkan perasaan takut yang eksistensial. Ketakutan ini disebabkan oleh kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depan. Untuk mengetahui lebih lanjut perihal ketakutan eksistensial, simak ulasan berikut ini, seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Rabu (04/10/23).

2 dari 4 halaman

Faktor Pemicu Ketakutan Eksistensial pada Generasi Muda

Para milenial dan zoomer alias generasi Z mungkin paling merasakan ketakutan eksistensial. Meskipun kurangnya nafsu hidup dapat terjadi pada usia berapa pun, generasi milenial (kelahiran 1980--1994) dan generasi Z (kelahiran 1995--2012) generasi dihadapkan pada situasi yang unik.

1. Kecemasan terhadap Iklim

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Pew Research Center pada tahun 2021 menemukan bahwa Generasi Z dan Milenial lebih terlibat dalam mengatasi perubahan iklim dibandingkan Gen-X dan Boomer. Selain itu, mereka secara pribadi dapat mengambil tindakan, berbicara tentang isu-isu iklim, dan terlibat dengan konten media sosial yang berfokus pada perubahan bumi dengan tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan pendahulunya. Dua generasi ini menanggung beban ketidakpastian masa depan bumi ini.

2. Stres Finansial

Kaum milenial menguasai hampir sepertiga dari total pendapatan dan peminjaman mahasiswa. Hal ini menciptakan jumlah yang sangat besar sehingga dapat meningkatkan stres yang berhubungan dengan keuangan. Untuk mengatasi stres, kaum muda bisa saja beralih ke zat-zat terlarang, merokok, dan mekanisme penanggulangan masalah yang tidak sehat lainnya.

3. Kesehatan Mental yang Buruk

Adapun kesehatan mental secara keseluruhan, American Psychological Association menemukan bahwa individu Gen-Z memiliki kondisi kesehatan mental yang lebih buruk dibandingkan generasi lainnya. Namun, di sisi lain generasi milenial lebih memungkinkan untuk menerima perawatan kesehatan mental.

Saat ini generasi muda benar-benar sedang berjuang. Generasi muda berusaha lebih keras dari sebelumnya dan memikul beban ketakutan eksistensial yang berat. Didefinisikan oleh American Psychological Association sebagai kondisi ketidakamanan dan keputusasaan psikis atau spiritual yang mendalam dan mendalam sehubungan dengan kondisi manusia dan makna hidup, ketakutan eksistensial dapat menjadi titik kesulitan yang sulit untuk diatasi. 

Meskipun ada banyak hal yang berada di luar kendali, tetapi tetap ada beberapa hal yang dapat kamu mulai praktikkan untuk melepaskan diri dari cengkeraman kesengsaraan eksistensial.

 

 

3 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Ketakutan Eksistensial

1. Latih Untuk Memberikan Perhatian Penuh Pada Diri Sendiri

Hal yang dapat memicu ketakutan eksistensial adalah terpaku pada masa lalu dan masa depan yang dapat menimbulkan perasaan seolah-olah tidak ada yang lebih berharga dari diri sendiri. Adanya latihan untuk meningkatkan perhatian merupakan langkah yang tepat untuk memulai ketika berfokus untuk menjadi lebih ada dalam kehidupan sehari-hari kamu.

Mereka yang melakukan praktik mindfulness cenderung melaporkan gejala kecemasan dan depresi yang lebih rendah. Mereka juga lebih merasakan tujuan hidup yang merupakan penangkal utama dari ketakutan eksistensial.

Mungkin kamu pernah salah mengira bahwa satu-satunya cara untuk menghilangkan ketidaknyamanan kamu adalah dengan melakukan meditasi selama satu jam. Kamu cukup meluangkan waktu tiga menit setiap pagi untuk bernapas dan memeriksa diri sendiri dengan meditasi.

2. Pikirkan Tentang Cara Konten yang Kamu Konsumsi dapat Memengaruhi Perasaanmu

Memeriksa sumber informasi yang kamu terima dan mengatur fees media sosial kamu sangat penting untuk meningkatkan kesehatan mentalmu. Lihatlah akun yang paling sering kamu kunjungi. Apakah kamu mengandalkan TikTok untuk mendapatkan informasi tentang peristiwa terkini? Bila iya, perhatikanlah bagaimana perasaan kamu ketika menonton konten di aplikasi tersebut. Perhatikan ke mana pikiran kamu cenderung mengembara atau apakah kamu merasakan ketidaknyamanan pada tubuh kamu?

Apabila kamu menjawab "iya" untuk sebagian besar atau semua pertanyaan tersebut, mungkin ini saatnya kamu mengurangi waktu yang kamu habiskan untuk mengonsumsi konten tersebut dan mempertimbangkan sumber lain untuk mendapatkan berita kamu.

Kamu perlu menyusun feed media sosial kamu. Telusurilah pengikut kamu dan berhentilah mengikuti atau nonaktifkan akun yang membuat kamu merasa tidak nyaman. Hal ini bisa jadi orang-orang dari lingkungan kamu yang bercerita tentang seberapa baik kehidupan mereka atau akun gosip yang berfokus pada sifat buruk seseorang. 

4 dari 4 halaman

3. Bersikaplah Apa Adanya dengan Orang Terdekatmu

Kamu mungkin sudah membicarakan ketakutan eksistensial kamu dengan teman atau keluarga. Hal tersebut sangat luar biasa, tetapi kamu bisa lebih terbuka lagi atau jujur terhadap apa yang kamu rasakan. Jangan hanya mengangkat bahu dan mengatakan bahwa kamu sudah lebih baik. Cobalah beri tahu mereka tentang kekhawatiran kamu terhadap masa depan dan perasaan sedih yang muncul ketika kamu melihat cuplikan dari highlight orang lain. Dengan melakukan hal ini, kamu akan menyadari bahwa kamu tidak sendiri.

4. Ambil Tindakan Sebisa Kamu

Ada banyak hal yang berada di luar kendali kamu. Mengasah apa yang dapat kamu kendalikan mungkin merupakan obat yang dibutuhkan jiwa kamu saat ini. Kamu dapat melakukan hal-hal sederhana, seperti membeli makanan kesukaan, menjadi relawan, menghadiri acara setempat, dan sebagainya. Ketika kamu mengambil tindakan, lambat laun kamu akan mulai merasakan diberdayakan.

Tantangan yang sedang generasi muda hadapi ini tidak diciptakan oleh satu orang dan tidak akan diselesaikan oleh satu orang saja. Perubahan akan diciptakan bersama. Ingatlah bahwa semua ini sebagai pengingat bahwa tidak apa-apa untuk berhenti sejenak, sekadar beristirahat. Perlahan, kamu akan mulai menyadari bahwa rasa takut itu menghilang.