Liputan6.com, Jakarta - Tahukah Anda bahwa hari ini, Jumat tanggal 13 disebut dengan Friday the 13th? Segelintir individu percaya bahwa tanggal ini menakutkan dan membawa sial.
Friday the 13th mencerminkan mitos yang mengakar bahwa angka 13 membawa kesialan, kemalangan dan dalam kasus yang paling ekstrim, kematian.
Mitos bahwa tanggal 13 membawa sial juga menginspirasi film horor, novel dan bahkan sebuah risalah dari Stephen King. Pengembang bangunan dan pelaku bisnis perhotelan diketahui menghindari label pada lantai 13, beberapa maskapai penerbengan tidak memiliki baris 13 dan pasangan menghindari pernikahan pada hari Jumat jika jatuh pada tanggal 13.
Advertisement
Lantas, apa itu Friday the 13th dan asal usul sial di hari Jumat tanggal 13?
Apa Itu Friday the 13th?
Meskipun akar pastinya masih belum jelas, para sejarawan mengatakan ada beberapa teori mengapa ketakutan terhadap tanggal tertentu terjadi di berbagai negara.
Melansir dari Nytimes, Jumat (13/10/2023), angka 13 telah lama dikaitkan dengan nasib buruk dalam mitologi dan agama. Dalam salah satu kisah Norse, pesta makan malam 12 dewa gagal ketika Loki, dewa kenakalan, muncul tanpa diundang.
Angka tersebut juga melambangkan pengkhianatan pada Perjamuan Terakhir yang Yesus bagikan dnegan murid-muridnya, dengan Yudas Iskariot bergabung sebagai tamu ke-13.
Eksekusi dan hukuman terkadang juga dilakukan pada hari Jumat di Amerika Utara, sehingga hari tersebut dikenal sebagai "Hari Jumat Algojo."
Pada abad ke-19, gagasan bahwa kebetulan hari Jumat dan angka 13 adalah kombinasi sial yang telah muncul dalam publikasi Prancis. Takhayul ini tersebar luas pada abad itu sehingga para penentang di New York dan London mendirikan Thirteen Clubs, yang mengadakan makan malam dengan 13 tamu, yang konon menumpahkan garam sebagai cara untuk mencemooh takhayul negatif
Sebuah kapal yang membawa perdana menteri Kanada pada tahun 1931 dilaporkan menolak untuk berlayar pada hari Jumat tanggal 13, menurut sebuah surat kabar Inggris, malah menunggu hingga pukul 00:01 pada tanggal 14.
Mengapa Hari Jumat Dianggap Sial?
Melansri dari ABC News, untuk ini, kembali ke Kekristenan. Pertama dan terpenting, Kristus disalibkan pada hari Jumat. Selain itu, Alkitab telah ditafsirkan secara beragam untuk menegaskan bahwa hari Jumat juga menjadi tuan rumah banjir besar, hari Adam dan Hawa memakan apel, hilangnya kemampuan berbicara yang tak terduga dari para pembangun menara Babel, penghancuran yang disayangkan atas bait suci Sulaiman. , dan seterusnya.
Pada akhir abad ke-14, The Canterbury Tales karya Chaucer menganggap hari Jumat benar-benar buruk dan mengklaim: "Dan, pada hari Jumat, jatuhlah semua kesialan ini".
Sementara orang-orang telah mewaspadai angka 13 dan hari Jumat sejak zaman Alkitab, pada abad ke-19 dan ke-20 mitos hari Jumat tanggal 13 tersebar luas.
Pada tahun 1907, penulis Thomas Lawson merilis novelnya Friday, The Thirteenth, tentang seorang pialang saham yang memilih tanggal tersebut untuk dengan sengaja menahan pasar yang menjadi kenyataan ketika pasar saham mengalami kehancuran kecil pada hari Jumat, 13 Oktober 1989.
Setahun setelah buku Lawson keluar, pada tahun 1908, New York Times memuat tajuk utama yang merujuk pada Friday the 13th dan kemungkinan teror karena terkait dengan perkelahian politik.
Film horor kemudian mengambil alih, pertama dengan film 1972 Friday the 13th: The Orphan, kemudian pada 1980-an muncul film seri Friday the 13th yang sangat sukses.
Advertisement
Ahli Lakukan Penelitian Tentang Mitos Friday the 13th
Untuk mengetahui apakah mitos Friday the 13th berdampak, para ekonom di Brunie University London meneliti kualitas hidup orang yang lahir pada tanggal 13 atau hari Jumat tanggal 13.
Dengan menggunakan data pemerintah Inggris, mereka membandingkan sekitar 120.000 orang yang berulang tahun pada tanggal tersebut dengan mereka yang lahir pada tanggal 12 atau 14.
Apakah ada pengaruhnya terhadap pekerjaan, upah, atau status hubungan?
"Kami tidak menemukan dampak apa pun," kata Jan Fidrmuc, salah satu penulis penelitian, yang kini menjadi profesor di Universitas Lille di Prancis.
"Tidak ada mitos," sambungnya.