Liputan6.com, Jakarta - Musim hujan di Indonesia normalnya terjadi pada bulan Oktober hingga Desember. Namun, akibat pemanasan global memberikan dampak perubahan cuaca, sehingga membuat musim kemarau menjadi panjang dan curah hujan tidak menentu.
Saat tidak turun hujan, bukan hanya udara yang terasa kering dan panas, banyak pula yang mengalami kerugian seperti petani yang gagal panen.
Saat kemarau panjang, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa minta hujan. Salah satu yang bisa diamalkan umat muslim yakni dengan sholat istisqo. Tujuan sholat istisqo yaitu meminta hujan sebagai berkah kepada Allah SWT.
Advertisement
Mengutip dari NU Online, Kamis (19/10/2023), Syekh Abdullah Bafadhal Al-Hadhrami mengatakan cara sholat istisqo dua rakaat sama seperti sholat Id. Namun, cara sholatnya berbeda dalam khutbah, pembacaan takbir dan arah khatib pada khutbah kedua.
Niat Sholat Istisqo
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushallī sunnatal istisqā’i rak‘ataini ma’mūman lillāhi ta‘ālā.
Artinya,
“Aku menyengaja shalat sunnah minta hujan dua rakaat sebagai makmum karena Allah SWT.”
Tata Cara Sholat Istisqo
- Membaca niat
- Rakaat pertama takbir tujuh kali sebelum membaca surat Al-Fatihah
- Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca surat Al-Fatihah
- Setelah salam, khatib menyampaikan khutbah dua kali. Sebelum atau sesudah sholat. (Khutbah sesudah sholat Istisqo yang utama)
- Lantunan takbir diganti dengan ucapan istighfar
Tata Cara Sholat Istisqo Selanjutnya
- Sebelum masuk khutbah pertama, khatib membaca istighfar sembilan kali
Astagfirullahal'adhiimal ladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyumu wa atuubu ilahi.
Artinya,
"Saya mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung. Tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri dan saya bertaubat kepada-Nya."Sebelum masuk khutbah kedua, khatib membaca istighfar tujuh kali."
Dalam khutbah kedua banyak menganjurkan istighfar, merendahkan diri serta penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan permohonan untuk menurunkan hujan.
Ketika berdoa pada khutbah yang kedua, khatib menghadap kiblat sambil berdoa bersama-sama dengan suara yang nyaring dan mengangkat tangan yang setinggi-tingginya.
Advertisement
Doa Meminta Turun Hujan yang Dibaca Nabi Muhammad
Doa Turun Hujan
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَظِيمُ الحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ وَرَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ
Lā ilāha illallāhul ‘azhīmul halīmu, lā ilāha illallāhu rabbul ‘arsyil ‘azhīmi, lā ilāha illallāhu rabus samāwāti wa rabbul ardhi wa rabbul ‘arsyil karīmi.
Artinya,
“Tiada Tuhan selain Allah yang agung dan santun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Arasy yang megah. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit, bumi, dan Arasy yang mulia.”
Selain itu, doa berikut ini juga dianjurkan untuk diamalkan meminta turun hujan saat kemarau panjang.
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
Yā hayyu, ya qayyūmu, bi rahmatika astaghītsu.
Artinya,
“Wahai Zat yang maha hidup dan maha tegak, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr, 1433-1434 H/2012 M, juz II, halaman 366).
Doa ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, untuk meminta hujan yang menyuburkan, tidak membahayakan dan bermanfaat.
اللهمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا مَرِيْئًا مَرِيْعًا, نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ أٰجِلٍ
“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda.” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 174)