Liputan6.com, Jakarta - Selama tiga minggu terakhir, pemboman tanpa henti dilakukan Israel di Jalur Gaza. Dalam pembaruan informasinya, otoritas kesehatan Gaza seperti dikutip dari AP, Senin (30/10/2023), mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang didahului serangan Hamas 7 Oktober telah melampaui 8.000 orang, tepatnya 8.005 orang. Mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Sementara itu, sebanyak 1.650 warga Palestina masih terjebak di bawah reruntuhan rumah dan bangunan, setengah dari mereka adalah anak-anak.
Baca Juga
Menuliskan nama anak-anak di lengan atau kaki merupakan upaya untuk mempermudah keluarga jika anak mereka tewas, sehingga mereka bisa menguburkannya di kuburan yang diberi tanda, bukan di kuburan massal.
Advertisement
Itulah yang dilakukan seorang warga Gaza, Sara al-Khalidi yang memiliki empat anak. Ledakan yang terjadi tanpa henti sepanjang malam, menciptakan apa yang disebut Sara sebagai sabuk api di area rumahnya, tal al-Hawa di Kota Gaza.
"Pada saat itu, saya mengira jika rumah saya terkena bom hebat, anak-anak saya akan meninggal, dan tidak ada yang bisa mengidentifikasi mereka," kata pria berumur 40 tahun itu, seperti mengutip Aljazeera.
Ide tersebut awalnya membuatnya menangis dan dia khawatir jika dia menuliskan nama di tubuh anak-anaknya, maka dia akan membawa nasib buruk bagi anak-anaknya.
Namun setelah melihat salah satu dokter di RS al-Shifa menuliskan nama anak-anak tersebut di tubuh mereka, Sara berubah pikiran.
"Dunia harus tahu tentang anak-anak yang dibunuh oleh Israel karena mereka bukanlah angka, tapi nama, cerita dan mimpi yang dibunuh oleh pendudukan Israel di Gaza," ucap Sara.
Banyaknya Warga Palestina yang Tewas Menyulitkan Kerabat Mengidentifikasi
Beberapa dokter mengatakan bahwa luka bakar yang mereka lihat pada tubuh warga Palestina yang tewas tidak seperti yang pernah mereka lihat. Hal ini mengindikasikan bahwa Israel mungkin menggunakan amunisi yang dilarang secara internasional.
Korban berguguran akibat serangan udara Israel terhadap rumah mereka, sehingga menyulitkan kerabat yang selamat untuk mengidentifikasi para korban.Â
Advertisement
Israel Memutus Semua Layanan di Gaza
Pada Jumat malam, Israel juga memutus semua layanan di Gaza, memicu kekhawatiran potensi kejahatan perang yang dilakukan dengan kedok pemadaman informasi.
Serangan tersebut dimulai setelah serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober, ketika para penjuangnya menewaskan 1.400 orang di Israel selatan setelah mereka menyerbu pos-pos tentara dan kota-kota di sekitar Jalur Gaza.
Selain memberlakukan blokade total di wilayah pesisir, di mana bahan bakar, air bersih dan listrik habis, pesawat-pesawat tempur Israel juga menargetkan infrastruktur penting. Lebih dari 200.000 unit rumah telah hancur sebagaian atau seluruhnya.