Liputan6.com, Jakarta - Tengah ramai cuitan-cuitan di Twitter yang mengatakan bahwa Menteri Pendidikan Gaza akhiri tahun ajaran 2023/2024 karena seluruh siswa telah terbunuh. Hal ini merupakan dampak dari perang antara Hamas dan Israel yang kembali meletus sejak beberapa hari lalu.
Informasi tersebut awalnya disebarkan oleh akun berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan sendiri oleh warganet menjadi informasi seperti yang diinfokan di atas. Salah satu akun yang sempat menyebarkan kabar tersebut adalah akun @BTSARMYcasa.
Baca Juga
Sayangnya, kabar tersebut adalah hoaks. Tidak ada satu sumber kredibel yang menyatakan bahwa Menteri Pendidikan Gaza mengakhiri tahun ajaran 2023/2024 akibat seluruh anak tewas. Meski memang korban perang dari golongan anak-anak dan pelajar cukup banyak, namun tidak ada satu pun akun media sosial resmi yang terkait dengan Palestina atau Gaza menyatakan informasi di atas.
Advertisement
Bahkan, akun @BTSARMYcasa akhirnya mengakui kesalahannya karena telah menyampaikan informasi dari cuitan yang sumbernya tidak kredibel. Atas pernyataan yang tidak benar tersebut, akun @BTSARMYcasa mengakui kesalahannya.
Artikel tentang hoaks Menteri Pendidikan Gaza akhiri tahun ajaran 2023/2024 karena seluruh siswa telah terbunuh menjadi yang terpopuler di kanal Citizen6-Liputan6.com. Disusul dengan artikel tentang massa anti-Israel kepung Bandara Dagestan, teriak Allahu Akbar sambir serbu pesawat dari Tel Aviv.
Sementara itu artikel terpopuler ketiga tentang orangtua di Gaza tulis nama di tubuh anak agar dikenali jika tewas dibom Israel.
Berikut Top 3 Citizen6:
1. Hoaks Menteri Pendidikan Gaza Akhiri Tahun Ajaran 2023/2024 Karena Seluruh Siswa Telah Terbunuh
Sayangnya, banyak akun di Twitter dan Instagram yang belum melakukan klafirikasi yang sama. Terkait hal tersebut, warganet mengimbau untuk berhati-hati dalam menyampaikan informasi yang belum terbukti kebenarannya.
"Bahaya banget emang ini pada latah, tolong banget gaes hati-hati yaa dalam menyebarkan informasi. Pelajaran untuk ketika semua. Semoga masalah yang sedang terjadi lekas membaik dan berhenti menelan korban," cuit seorang warganet.
"Alhamdulillah terima kasih untuk pelurusan beritanya. memang di situasi kaya gini banyak informasi yang ambigu lalu disebarkan oleh oknum2 tertentu," tulis warganet lainnya.
"Gapapa nder, dengan ini berarti kita semua masih punya harapan besar, semoga Palestina secepatnya mendapatkan kemerdekaan nya.
Terus kasih info ya nderrr, semangatt," cuit warganet lainnya.
2. Massa Anti-Israel Kepung Bandara Dagestan, Teriak Allahu Akbar Sambil Serbu Pesawat dari Tel Aviv
Pemerintah Israel mendesak Rusia untuk melindungi “semua warga negaranya dan semua orang Yahudi” setelah massa dalam jumlah besar, beberapa di antaranya meneriakkan slogan-slogan antisemit, menyerbu bandara Dagestan di Rusia.
Rekaman video yang viral di media sosial menunjukkan kerumunan orang yang marah berlarian melalui bandara di Makhachkala. Massa tersebut dilaporkan mencari orang-orang yang datang dengan pesawat dari Tel Aviv.
Beberapa massa berlari ke landasan dan mengepung pesawat di sana. Badan penerbangan Rusia Rosaviatsia mengatakan pasukan keamanan telah berhasil mengendalikan situasi.
Menurut laporan BBC, pihak berwenang juga telah menutup Bandara Dagestan dan akan tetap tutup hingga Selasa. Sebelumnya mereka telah merencanakan penutupan sementara selama seminggu.
Enam puluh orang yang diduga anggota gerombolan telah ditahan, kata kantor berita Rusia, mengutip kementerian dalam negeri setempat.
Dalam klip video yang viral, tampak ratusan orang menyerbu terminal bandara, beberapa di antaranya mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan "Allahu Akbar".
Media lokal melaporkan bahwa beberapa demonstran menghentikan mobil di luar bandara Makhachkala untuk meminta dokumen, dalam kekacauan pencarian orang-orang berpaspor Israel.
Dua puluh orang terluka, termasuk beberapa petugas polisi, kata kementerian kesehatan negara tersebut. Beberapa diantaranya mengalami luka serius dan dua lainnya dalam kondisi kritis.
Dagestan adalah republik Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Islam di Kaukasus Utara, rumah bagi sekitar 3,1 juta orang di tepi barat Laut Kaspia. Pemerintahnya mengatakan kasus pidana telah dibuka karena kekacauan sipil tersebut.
Advertisement
3. Orangtua di Gaza Tulis Nama di Tubuh Anak Agar Dikenali Jika Tewas Dibom Israel
Selama tiga minggu terakhir, pemboman tanpa henti dilakukan Israel di Jalur Gaza. Dalam pembaruan informasinya, otoritas kesehatan Gaza seperti dikutip dari AP, Senin (30/10/2023), mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang didahului serangan Hamas 7 Oktober telah melampaui 8.000 orang, tepatnya 8.005 orang. Mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Sementara itu, sebanyak 1.650 warga Palestina masih terjebak di bawah reruntuhan rumah dan bangunan, setengah dari mereka adalah anak-anak.
Menuliskan nama anak-anak di lengan atau kaki merupakan upaya untuk mempermudah keluarga jika anak mereka tewas, sehingga mereka bisa menguburkannya di kuburan yang diberi tanda, bukan di kuburan massal.
Itulah yang dilakukan seorang warga Gaza, Sara al-Khalidi yang memiliki empat anak. Ledakan yang terjadi tanpa henti sepanjang malam, menciptakan apa yang disebut Sara sebagai sabuk api di area rumahnya, tal al-Hawa di Kota Gaza.
"Pada saat itu, saya mengira jika rumah saya terkena bom hebat, anak-anak saya akan meninggal, dan tidak ada yang bisa mengidentifikasi mereka," kata pria berumur 40 tahun itu, seperti mengutip Aljazeera.
Ide tersebut awalnya membuatnya menangis dan dia khawatir jika dia menuliskan nama di tubuh anak-anaknya, maka dia akan membawa nasib buruk bagi anak-anaknya.
Namun setelah melihat salah satu dokter di RS al-Shifa menuliskan nama anak-anak tersebut di tubuh mereka, Sara berubah pikiran.
"Dunia harus tahu tentang anak-anak yang dibunuh oleh Israel karena mereka bukanlah angka, tapi nama, cerita dan mimpi yang dibunuh oleh pendudukan Israel di Gaza," ucap Sara.