Sukses

Benarkah Stres dapat Memicu Kanker? Berikut Penjelasannya Menurut Para Ilmuwan

Para ilmuwan telah lama berjuang untuk menemukan akar penyebab dari sebagian besar bentuk kanker. Namun, kaitan yang sering diabaikan adalah kaitan antara stres dan kanker.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki fase quarter life crisis membuat kebanyakan manusia seringkali mengalami stres. Emosi yang tidak stabil dan gangguan kesehatan mental yang terjadi dapat mengganggu tanggung jawab dan rutinitas sehari-hari, seperti pekerjaan, keluarga, dan lainnya. Namun, pernahkah kamu berpikir apakah stres yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit lain yang leib berbahaya, seperti kanker?

Para ilmuan telah lama berjuang untuk menemukan akar penyebab dari sebagian besar bentuk kanker. Perkembangan kanker telah dikaitkan dengan pilihan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, dan kurangnya aktivitas fisik.

Kaitan yang sering diabaikan adalah kaitan antara stres dan kanker. Saat kamu stres, tubuhmu akan mengalami serangkaian perubahan fisiologis yang biasanya bersifat sementara. Setelah pemicu stres berlalu, semuanya akan kembali normal.

Namun, stres dalam jangka waktu lawa dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada tubuhmu, meningkatkan risiko atau memicu berkembangnya kondisi medis tertentu. Ada hubungan tertentu antara kesehatan emosional dan fisik sehingga dalam kasus tertentu, tantangan kesehatan emosional dapat muncul secara fisik.

Dilansir dari halaman National Cancer Institute, Minggu (12/11/23), meskipun stres dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, tetapi masih belum ada kejelasan pasti apakah stres dapat menyebabkan kanker. Penelitian yang dilakukan hingga saat ini memberikan hasil yang bervariasi, seperti:

  • Studi kasus yang dilakukan pada pria Kanada menemukan adanya hubungan antara stres di tempat kerja dan risiko kanker prostat sedangkan penelitian serupa tidak menemukan hubungan tersebut;
  • Studi prospektif pada lebih dari 100.000 wanita di Inggris melaporkan tidak ada hubungan antara risiko kanker payudara dan tingkat stres yang dirasakan atau kejadian buruk dalam hidup dalam 5 tahun sebelumnya;
  • Studi prospektif selama 15 tahun terhadap wanita Australia yang mengalami peningkatan risiko kanker payudara tidak menemukan hubungan antara kanker dan stres ataupun karakteristik emosional lainnya;
  • Pada 2008, sebuah studi prospektif pada beberapa orang di Asia, Australia, Eropa, dan Amerka menemukan bahwa stres memiliki kaitan dengan tingkat insidensi kanker paru-paru;
  • Sebuah meta-analisis tahun 2019 perihal sembilan studi observasional di Eropa dan Amerika Utara jug amenemukan hubungan antara stres kerja dan risiko kanker paru-paru, kolorektal, dan esofagus;
  • Sebuah meta-analisis dari 12 studi kohort di Eropa tidak menemukan hubungan antara stres kerja dan risiko kanker paru-paru, kolorektal, payudara, atau prostat.

Ketika stres dikaitkan dengan risiko kanker, hubungan tersebut mungkin bersifat tidak langsung. Misalnya, orang yang mengalami stres kronis mungkin mengembangkan perilaku tidak sehat tertentu, merokok, makan berlebihan, minum alkohol, jarang olahraga sehingga dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bagaimana Stres Memengaruhi Penderita Kanker?

Dilansir dari halaman Verywell Mind, terdapat beberapa pengaruh dari stres bagi penderita kanker:

1. Stres dapat Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh

Salah satu teori tentang hubungan antara stres dan kanker adalah bahwa kamu mempunyai risiko lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuhmu melemah. Namun, penelitian tentang hubungan antara stres dan kanker masih bertentangan.

Hidup dengan stres dalam waktu yang cukup lama bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh kamu. Peran sistem kekebalan tubuh adalah untuk melindungi tubuh kamu dari penyakit dan infeksi. Sistem kekebalan tubuh yang melemah bisa membuat kamu lebih rentan terkena kanker.

Dalam sebuah studi tahun 2017 tentang pengaruh stres di tempat kerja terhadap pria penderita kanker prospat, para peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kanker prospat dengan stres di tempat kerja yang berkepanjangan dan peningkatakan risiko terkena kanker prospat sebelum 65 tahun.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres juga dapat mendorong penyebaran kanker pada orang-orang dengan kondisi tertentu, terutama pada mereka yang mengidap kanker ovarium atau kolorektal. Ketika tubuh kamu stres, produksi hormon seperti norepinefrin akan meningkat. Hormor ini diduga dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.

2. Stres dapat Menyebabkan Kanker Kembali

Meskipun stres tidak dapat menyebabkan kanker secara langsung, beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres dapat menyebabkan kanker muncul kembali bahkan bertahun-tahun setelah pembebasan kanker.

Melansir dari halaman National Cancer Institute, sebuah studi laboratorium telah menemukan bahwa norepinefrin yang dilepaskan sebagai bagian dari respons melawan dari tubuh juga dapat mengaktifkan neutrofil, sejenis sel kekebalan. Dalam beberapa kasus, neutrofil dapat membantu pertumbuhan tumor dengan melindunginya dari sistem kekebalan tubuh dan juga dapat "membangunkan" sel kanker yang tidak aktif.

Namun, penelitian yang mendukung klaim ini tidak meyakinkan. Meskipun beberapa penelitian melaporkan penurunan kelangsungan hidup bagi penderita kanker yang mengalami stres, tetapi bukti bahwa stres langsung memengaruhi hal tersebut masih sangat lemah. Ada banyak penelitian pada hewan yang membuktikan hubungan langsung antara stres dan kanker. Namun, belum ada penelitian konklusif terhadap manusia.

3 dari 3 halaman

Bagaimana Mengatasi Stres dan Kanker?

Berdasarkan informasi yang dikutip dari Verywell Mind, terdapat beberapa jenis pengobatan yang digunakan untuk mengobati kanker, seperti yang paling umum adalah kemoterapi. Namun, jenis kanker tertentu mungkin juga memerlukan pembedahan untuk mengangkat tumor yang tumbuh di bagian tubuh tertentu. Mungkin kamu sulit untuk mencegah terjadinya peristiwa yang membuat stres, tetapi kamu dapat mengembangkan cara berikut untuk mengelolanya.

1. Berlatih Yoga dan Meditasi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu kamu mengatasi stres. Kamu tidak harus menjadi ahli untuk memulai. Dengan mengikuti video yoga dan meditasi tingkat pemula di internet saja merupakan awal yang bagus untuk memulai.

2. Berbicara dengan Seseorang

Seringkali, sumber stres seseorang bersifat emosional dan pribadi. Dalam kasus seperti itu, menghilangkan pemicu stres menjadi lebih rumit. Cobalah temukan seseorang yang kamu percaya untuk cerita atau cobalah untuk bertemu dengan psikolog karena ia akan membekali kamu cara untuk mengelola stres.

3. Tidur yang Cukup

Stres dan kurang tidur bisa menjadi lingkaran setan. Kamu stres sehingga sulit tidur. Namun, ketika kamu sulit tidur, kamu tetap stres. Cobalah untuk menetapkan waktu tidur dan singkirkan semua perangkat yang memancarkan cahaya biru agar tidurmu menjadi nyenyak. Tidur yang cukup akan memeri waktu bagi tubuhmu untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.