Sukses

Waspada Bulimia, Gangguan Makan yang Merusak Kesehatan Fisik dan Mental

Banyak masyarakat dunia, khususnya Indonesia yang belum tahu kalau bulimia merupakan salah satu gangguan mental pada pola makan.

Liputan6.com, Jakarta Tubuh langsing dan berat badan ideal menjadi dambaan sebagian besar orang, terlebih para wanita. Mereka rela melakukan berbagai cara untuk mewujudkannya, seperti melakukan diet ketat dengan mengurangi porsi makan hingga mengonsumsi obat pencahat yang bertujuan untuk memuntahkan makanan dengan sengaja. Kalau berurusan dengan diet ketat jangan sembarang, apalagi memuntahkan makan dengan sengaja yang secara medis merupakan gejala awal dari Bulimia.

Bulimia tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, seperti gangguan elektrolit dan kerusakan gigi akibat asam lambung yang sering muncul saat muntah, tetapi juga dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius, termasuk gangguan suasana hati dan rendah diri. Supaya lebih aware dengan bulimia dan tahu yang harus dilakukan ketika menemukan kasus tersebut, simak lebih lanjut penjelasan berikut.

Apa Itu Bulimia?

Mengutip dari buku edukasi berjudul Bulimia Nervosa, yang diakses melalui National Library of Medicine, Bulimia merupakan gangguan makan yang mirip dengan anoreksia. Anoreksia sendiri adalah gangguan makan yang ditandai dengan berat badan yang sangat rendah dan rasa takut yang berlebihan pada kenaikan berat badan. Sementara itu, bulimia adalah gangguan mental yang berbahaya dengan mengeluarkan kembali makanan setelah dikonsumsi.

Baik penderita bulimia maupun anoreksia sama-sama berusaha untuk mengontrol berat badan mereka dengan membatasi konsumsi kalori. Bedanya, penderita anorexia melakukan hal tersebut dengan membatasi makanan yang mereka konsumsi lewat puasa atau diet ekstrim.

Sementara penderita bulimia melakukannya dengan siklus makan yang berlebih dan kemudian mengeluarkan semua makanan yang baru saja mereka makan melalui muntah, olahraga berlebihan, atau dengan obat cuci perut.

2 dari 3 halaman

Dampak Buruk Bulimia

Selain menyebabkan gangguan mental, kecemasan ataupun depresi, ada banyak resiko kesehatan lainnya yang terjadi akibat bulimia.

Dikutip dari National Eating Disorders Association, salah satu risiko medis bulimia adalah ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi. Elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium dan klorida sangat penting agar tubuh dapat berfungsi pada kapasitas optimalnya. Apabila elektrolit tersebut dikeluarkan dari tubuh tanpa diganti secara memadai dan kadarnya turun drastis maka mengakibatkan terganggunya keseimbangan tubuh.

Selain itu, elektrolit terkait erat dengan dehidrasi, suatu kondisi tubuh kekurangan cairan untuk menjalankan berbagai fungsinya dengan baik. Jika terlalu banyak air yang dikeluarkan dari tubuh, hal ini dapat mengakibatkan komplikasi medis yang serius termasuk syok hipovolemik (volume darah rendah), kejang, dan gagal ginjal atau jantung.

Penyalahgunaan obat pencahar umum yang biasanya terjadi pada penderita bulimia juga dapat mengganggu fungsi pencernaan alami tubuh. Misalnya menyebabkan usus kehilangan tonus otot dan menyebabkan ketergantungan pada obat pencahar untuk menghasilkan buang air besar, bowel movement (BM).

Sementara itu, bagi pengidap bulimia yang sering muntah disengaja, maka akan terjadi penumpukan asam berlebih di area mulut. Asam tersebut dapat menyebabkan gigi rusak bahkan berlubang. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu lama, kondisinya bisa menjadi sangat buruk sehingga sulit bagi mereka untuk mengunyah dan menelan makanan. 

Masih banyak risiko penyakit yang disebabkan dari perilaku memuntahkan makanan ataupun mengeluarkannya secara paksa dengan minum obat pencahar. Beberapa di antaranya yaitu perobekan lambung, Peradangan otot saluran, esofagus dan pembengkakan kelenjar ludah, hingga refluks asam juga komplikasi paru-paru.

3 dari 3 halaman

Cara Menghadapi Pengidap Bulimia

Masih dari National Eating Disorders Association, perempuan terutama yang berusia remaja menjadi yang paling berisiko mengidap Bulimia. Namun, bukan berarti laki-laki tidak terdampak juga. Terlebih lagi kasus bulimia meningkat di kalangan laki-laki terutama pada atlet dan laki-laki homoseksual

Sementara itu, salah satu faktor terbesar penyebab gangguan mental ini adalah perasaan tertekan terhadap citra tubuh atau body image. Apalagi sekarang ini media sosial bisa menjadi sumber penyebab seseorang selalu merasa kurang cantik atau kurang tampan juga merasa kurang kurus atau kurang berotot.

Maka dari itu, untuk menjadi seseorang yang peduli akan penyakit ini harus melihat kecenderungan dan memberi dukungan kepada para penderita. Masalahnya, kebanyakan dari penderita bulimia menyembunyikan tindakannya dan mereka tidak terlihat. Namun, kecenderungan bisa diidentifikasi dari seseorang yang menderita bulimia.

Perilaku yang mengindikasi yaitu kebanyakan dari penderita menghabiskan waktu yang lama di toilet, gigi atau gusi yang terlihat kotor, sering diet ketat, dan kecemasan berlebih terhadap berat badan.

Salah satu cara terbaik menghadapi dan membantu penderita bulimia adalah meningkatkan kepercayaan diri mereka, termasuk tidak menjadikan tubuh seseorang sebagai bahan olokan baik itu pria maupun wanita.

Selain itu, bagi kamu yang sering scrolling sosmed sambil membandingkan diri sendiri dengan orang lain, cobalah perlu berhenti sejenak dan mengingatkan kepada diri sendiri bahwa apa yang terlihat di layar ponsel tidak menggambarkan segalanya

 

(*)