Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan telah menemukan sebuah alat yang dapat menjaga otak tetap hidup dan berfungsi secara independen dari bagian tubuh lainnya. Dilansir dari Independent, Sabtu (25/11/2023), para peneliti di UT Southwestern Medical Center di AS mampu mengisolasi aliran darah ke otak babi yang dibius dengan ketamin, sementara algoritme terkomputerisasi mempertahankan tekanan darah, volume, suhu, dan nutrisi yang dibutuhkan organ tersebut.
Tim ahli saraf melaporkan bahwa aktivitas otak mengalami perubahan minimal selama periode lima jam, meskipun tidak menerima masukan biologis dari seluruh tubuh.
Keberhasilan percobaan ini dapat mengarah pada cara-cara baru untuk mempelajari otak manusia tanpa pengaruh fungsi tubuh lainnya, menurut para ilmuwan, sementara teknologi tersebut membuka potensi untuk melakukan transplantasi otak di masa depan.
Advertisement
“Metode baru ini memungkinkan penelitian yang berfokus pada otak yang tidak bergantung pada tubuh, memungkinkan kita menjawab pertanyaan fisiologis dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Juan Pascual, profesor neurologi, pediatri, dan fisiologi di Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Eugene McDermott di UT Southwestern.
Memungkinkan para peneliti mempelajari dampak asupan nutrisi secara independen
Sistem pertama yang sejenis, yang disebut sebagai kontrol sirkulasi pulsatil ekstrakorporeal (EPCC), telah digunakan untuk lebih memahami efek hipoglikemia pada otak tanpa harus mempertimbangkan faktor eksternal.
Penelitian terhadap gula darah rendah biasanya melibatkan pembatasan asupan makanan pada hewan percobaan, atau memberi mereka dosis insulin, namun tubuh hewan memiliki metode alaminya sendiri untuk mengimbangi faktor-faktor ini dengan mengubah metabolisme.
Mengisolasi otak dengan cara ini memungkinkan para peneliti mempelajari dampak asupan nutrisi secara independen dari mekanisme pertahanan alami tubuh.
Penelitian tersebut dirinci dalam sebuah penelitian bertajuk 'Pemeliharaan fungsi otak babi di bawah kendali sirkulasi pulsatil ekstrakorporeal (EPCC)', yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.
“Pelestarian aktivitas otak seperti yang dipelajari dengan metode kami di bawah EPCC dipertahankan selama durasi setiap subjek studi,” para peneliti menyimpulkan dalam studi mereka, yang diterbitkan awal bulan ini.
“Kecuali kelebihan oksigenasi jaringan otak setelah suplementasi oksigen, dan perubahan tekanan intrakranial ringan saat kraniotomi digunakan, sistem ini dikaitkan dengan tingkat parameter fisiologis otak yang mendekati aslinya seperti tekanan intrakranial, saturasi oksigen jaringan, dan suhu.”
Advertisement
Studi Terbaru: Rutin Olahraga Apa Saja Bantu Jaga Otak Tetap Tajam
Penelitian baru menunjukkan bahwa melakukan olahraga apapun baik untuk otak. Dari olahraga aerobik hingga peregangan sederhana dapat melawan penurunan fungsi kognitif.
Anda senang lari atau sekadar melakukan peregangan di atas matras yoga? Tidak masalah. Kedua jenis olahraga ini dapat menjaga otak tetap tajam. Manfaat olahraga untuk otak ini terdapat di dalam studi EXERT yang diterbitkan National Institute of Aging. Adapun pemimpin penelitian ini adalah psikolog di Wake Forest School of Medicine, Laura Baker PhD.
Dikutip dari The Healthy pada Minggu, 12 November 2023, studi terbaru ini guna melihat bagaimana intensitas olahraga memengaruhi memori, kehilangan, dan penurunan kognitif.
Studi Olahraga untuk Ketajaman Otak
Selama 12 bulan, sebanyak 300 orang lanjut usia yang sebelumnya tidak banyak bergerak melakukan olahraga hingga 45 menit per hari.
Olahraga dilakukan empat hari dalam seminggu di bawah pengawasan tim peneliti. Setengah dari peserta diminta melakukan olahraga aerobik dengan intensitas sedang.
Sementara separuh lainnya diharuskan melakukan latihan peregangan dan keseimbangan.
Manfaat Olahraga untuk Otak
Di akhir penelitian, Laura melaporkan bahwa tidak ada kelompok yang mengalami penurunan kognitif yang lebih buruk, dan pemindaian (scan) otak tidak menunjukkan penyusutan yang terkait dengan memburuknya masalah memori.
Penyusutan otak mengacu pada menyusutnya hipokampus, bagian otak yang berhubungan dengan memori.
Ketika hipokampus menyusut, otak mengalami gangguan kognitif ringan (MCI), dan diperkirakan 10 persen hingga 20 persen orang berumur di atas 65 tahun dengan MCI akan mengalami demensia dalam jangka waktu satu tahun.