Liputan6.com, Jakarta - Kamu pasti pernah mendengar istilah FOMOÂ (Fear Of Missing Out)Â atau takut ketinggalan, tetapi pernakah kamu mendengar istilah perihal takut akan pilihan yang lebih baik? Itu disebut dengan FOBO (Fear Of Better Options).Â
FOBO menghabiskan banyak pola pikir seseorang dan memengaruhi perilaku menjadi yang terburuk. Lebih bahaya dari FOMO, ternyata FOBO dianggap sebagai alasan mengapa sebagian dari kamu sulit membuat keputusan yang paling sederhana sekalipun.
Apa Itu FOBO?
Kebebasan memilih akses yang kamu miliki di dunia modern ini memang merupakan sebuah keistimewaan. Namun, dengan banyaknya pilihan, bisa membuat kamu kesulitan dalam memilih atau tidak mengambil keputusan sama sekali.
Advertisement
Fenomena itulah yang disebut dengan FOBO. Dengan kata lain, ketika kamu dihadapkan pada banyak pilihan, rasa takut kehilangan pilihan terbaik akan membawamu pada keadaan yang penuh keraguan.
Dilansir dari Learning Mind, Selasa (28/11/23), istilah FOBO diciptakan oleh Patrick McGinnis yang juga mencetuskan istilah FOMO. Menurut McGinnis, FOBO adalah mekanisme penanggulangan yang biasa manusia lakukan untuk mengatasi rasa takut dalam membuat keputusan yang salah bila sesuatu yang lebih baik terjadi.Â
Namun, kegigihan FOBO dalam hidup setiap individu tidak hanya menyebabkan ketidakpuasan dalam diri sendiri, tetapi juga menyebabkan teman, keluarga, dan rekan kerja ikut merasakannya.
Diskusi seputar kekuatan pilihan tidaklah baru. Penelitian yang dilakukan oleh Iyengar dan Lepper pada tahun 2000 menyimpulkan bahwa individu yang memiliki lebih sedikit pilihan akan memeroleh kepuasan lebih besar dari keputusan yang mereka buat.
Apa Tanda-tanda Seseorang yang Mengidap FOBO?
Berdasarkan informasi yang dilansir dari Power of Positivity, terdapat beberapa tanda sederhana dari seseorang yang mengidap FOBO, di antaranya:
1. Lebih Suka Berada di Zona Nyamanmu
Kamu suka mempertahankan rutinitasmu karena sudah terbiasa melakukannya. Kamu begitu terbiasa melakukan sesuatu dengan cara tertentu sehingga gangguan apa pun dengan mudah membuatmu kesal.Â
Kamu tidak berusaha mengubah jadwal dan aktivitasmu, bahkan dalam batas wajar karena kamu khawatir keluar dari zona nyaman hanya akan menimbulkan masalah dan ketidaknyamanan.
Meskipun zona nyaman membuat segalanya tetap stabil, zona nyaman juga dapat menghambat pertumbuhan dan produktivitasmu. Pakar Harvard merekomendasikan untuk mengambil langkah kecil dan menetapkan tujuan kecil di luar zona nyamanmu untuk menaklukan FOBO
2. Membuat Pilihan yang Aman
Kamu tidak mencoba untuk berpikir out of the box. Sebaliknya, kamu membuat pilihan yang aman dan tetap berpegang pada rencanamu karena secara umum kamu tahu hasilnya. Namun, terkadang, kamu perlu mengambil risiko dan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan pilihanmu.Â
Sayangnya, bagi pengidap FOBO, mengambil risiko sepertinya adalah akhir dari segalanya, bukan pilihan untuk sesuatu yang lebih baik.
3. Suka Memiliki Kendali
Obsesi kamu terhadap kendali hampir mencapai titik kesempurnaan. Selain itu, kamu merasa membutuhkan ritme ini atau kamu akan kehilangan keteraturan dalam hidupmu. Namun kenyataannya, banyak hal yang bisa salah dalam hidupmu, yang tidak dapat kamu kendalikan.Â
Kamu tidak dapat mempelajari keterampilan hidup yang penting, seperti fleksibilitas dan ketahanan bila kamu terlalu terikat pada kendali.
Advertisement
4. Kamu Takut Gagal
Segelintir orang telah menetapkan standar mengapa banyak orang memandang kegagalan sebagai hal yang memalukan. Mereka yang mengidap FOBO terlalu sibuk memastikan hal ini tidak terjadi pada mereka. Namun, kegagalan bisa menjadi pengalaman pembentukan karakter.
Faktanya, kisah sukses yang paling inspiratif datang dari mereka yang telah gagal lebih dari satu kali dalam hidupnya. Sebelum Walt Disney, Steve Jobs, JK Rowling, dan Oprah Winfrey menjadi miliarder, mereka mengalami kegagalan seperti penolakan dan kebangkrutan.
Mencapai titik terendah mengajarkan dan memotivasi mereka untuk bangkit kembali dan mencari pilihan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri.
5. Kamu Punya Banyak Alasan untuk Mengambil Risiko
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam journal Motivation and Emotion, membuat alasan rupanya merupakan mekanisme pertahanan. Seseorang dengan FOBO lebih suka menghindari kemungkinan kegagalan daripada memikirkan kesuksesan sehingga dia membuat alasan.
Ini ibarat gelas setengah kosong dan setengah penuh yang juga mencerminkan ketakutan seseorang akan kegagalan.
6. Meragukan Diri Sendiri
Kamu tidak berusaha mencari pilihan yang lebih baik karena kamu meragukan diri sendiri. Kamu kurang percaya diri untuk mengelola hal-hal yang lebih besar dan menantang sehingga kamu tidak ingin terlibat ketika ada peluang datang.Â
Kamu merasa kewalahan hanya dengan membayangkan tugas-tugas yang diharapkan untuk kamu selesaikan sehingga kamu melewatkan kesempatan untuk mencoba posisi yang lebih tinggi di tempat kerja, terlepas dari keuntungan dan manfaatnya.
7. Kamu Tidak Menyuarakan Pendapat dan Idemu
Kamu mungkin mempunyai sesuatu yang penting dan positif untuk dikatakan tentang suatu masalah yang dapat memengaruhi tempat kerja atau komunitasmu. Namun, kamu lebih suka menyimpan pendapat dan ide kamu untuk diri sendiri.
Kamu tidak suka mengacau atau menghadapi konsekuensi dari berbagi pemikiranmu, meskipun itu sebenarnya lebih baik daripada apa yang orang lain bagikan.
8. Menunda-nunda karena Kamu Tidak Suka Mengambil Keputusan
Kamu menunda mencari pekerjaan yang lebih baik, mengakhiri percintaan yang buruk, mendaftar di gym, atau pindah ke lingkungan yang baik karena tidak memutuskan sesuatu jauh lebih mudah daripada mencari, mempertimbangkan pilihan, dan berkomitmen untuk berubah.
Namun, kamu akan kehilangan banyak waktu dan kesempatan berharga untuk menjalani hidup sesuai jalurnya. Jika kamu terus menunda maka kamu telah menghabiskan sebagian besar hidupmu untuk menyesali hal-hal yang tidak kamu lakukan.
Bagaimana Cara Mengatasi FOBO?
Bila konsep dari FOBO ini cocok untukmu, jangan takut. Ada beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan kekuatan dalam pengambilan keputusanmu dan mengatasi rasa takut yang terus-menerus terhadap pilihan terbaik yang menantimu.
Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi FOBO:
1. Sadarilah bahwa Kamu Tidak akan Pernah Menyadari Semua Pilihanmu
Meskipun keinginan untuk memilih opsi terbaik di semua bidang kehidupanmu itu wajar, akan sangat membantu bila kamu menyadari bahwa tidak mungkin kamu mampu memeriksa semua opsi potensial yang ada.
Mengakui fakta ini adalah bagian penting dalam memulai perjalananmu untuk melepaskan diri dari kekangan FOBO. Ada baiknya juga bila kamu mengakui bahwa mungkin ada beberapa pilihan terbaik sehingga dalam membuat keputusan, kamu selangkah lebih dekat untuk mendapatkan salah satunya.
2. Perjelas Apa yang Kamu Inginkan
FOBOÂ dapat memerlukan berjam-jam pertimbangan. Hal ini mengakibatkan semakin banyak keragu-raguan, kebingungan, yang pada akhirnya menyebabkan kamu frustasi. Untuk mengatasinya, cobalah membuat serangkaian kriteria yang jelas tentang apa yang ingin kamu dapatkan dari keputusanmu.
Pastikan kamu membatasi diri pada tiga atau empat kriteria saja. Setelah kamu menemukan kriteria dalam sebuah pilihan, maka lakukanlah hal tersebut dengan baik agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang kamu inginkan.
Advertisement
3. Jujurlah pada Diri Sendiri
McGinnis menyatakan bahwa elemen FOBO dapat berasal dari penolakan atau ketakutan, serta ketika mengatakan tidak terhadap sesuatu. Kamu boleh menunda keputusanmu dengan memberikan kata "mungkin" sementara waktu pada suatu pilihan.
Bila kamu tahu itu tidak tepat untuk dirimu, kamu boleh jujur pada dirimu sendiri. Untuk mencegah penundaan hal negatif, mengatakan tidak dengan segera dapat mencegah terjadinya FOBO.
4. Tetapkan Batas Waktu untuk Diri Sendiri
Keragu-raguan kamu tidak hanya memengaruhi pengalamanmu sendiri, tetapi juga dapat memengaruhi orang di sekitarmu. Menunggu keputusan bisa menjadi sangat menegangkan bagi orang lain.Â
Menetapkan batas waktu untuk diri sendiri membuat keputusan bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuanmu dalam pengalambilan keputusan dan bisa menghasilkan kepuasan yang lebih besar dengan pilihanmu.