Sukses

Pandawara Group Ungkap Pentingnya Mengedukasi Masyarakat Perihal Isu Darurat Sampah

Kelompok pemerhati lingkungan, Pandawara Group, menyampaikan dalam Climate Talk (28/11/23) bahwa pentingnya komunikasi efektif yang menyesuaikan dengan usia dalam mengedukasi masyarakat perihal isu darurat sampah.

Liputan6.com, Jakarta - Darurat sampah plastik menjadi topik utama dalam Climate Talk edisi Selasa, 28 November 2023. Perlu diakui bahwa kehidupan manusia sangat berkaitan dengan plastik. Hampir semua produk yang manusia gunakan saat ini terbuat dari material yang berasal dari minyak bumi. Hal ini dikarenakan secara pasif, plastik juga memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, di balik berbagai manfaatnya, terdapat bukti bahwa plastik dapat menjadi bom waktu yang harus segera dikendalikan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa saat ini dampak penggunaan sampah plastik sudah sangat nyata dan bertebaran di mana-mana, tidak hanya di pantai dan sungai, tetapi juga ruang-ruang publik lainnya. Berdasarkan data yang terekam dalam sistem pengelolaan sampah nasional KLHK, sampah plastik menempati urutan kedua atau sekitar 18,1% setelah sampai sisa makanan. Masalahnya, sampah plastik tidak dapat diurai secara cepat, seperti sampah organik atau limbah makanan.

Upaya pengelolaan sampah plastik ini akan menjadi lebih kompleks karena perlu adanya waktu ratusan bahkan ribuan tahun untuk proses penguraiannya. Terdapat 13,48 juta ton sampah yang tidak terkelola pada data 2022 di 309 kota/kabupaten di Indonesia.

Untungnya, saat ini Indonesia memiliki sejumlah gerakan massal peduli lingkungan, salah satunya Pandawara Group yang merupakan kelompok pemerhati lingkungan asal Bandung yang menginisiasi gerakan bersih-bersih sampah dan mampu menginspirasi terciptanya kepedulian akan sampah bagi masyarakat, terutama generasi muda.

Lima pemuda yang viral di TikTok dengan aksi peduli lingkungan ini, terdiri dari Ikhsan, Gilang, Rifqi, Rafly, dan Agung. Saat ini, mereka diundang langsung oleh Kedutaan Denmark di Indonesia melalui kerja sama antara pemerintah Denmark dengan KLHK (Direktorat Penanganan Sampah) untuk melakukan studi banding terkait manajemen pemilahan dan pengelolaan sampah.

2 dari 3 halaman

Apa Latar belakang Terbentuknya Pandawara Group?

Bermula dari menjadi korban yang mengalami efek kerugian bencana alam yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan, lima sekawan asal Bandung ini, tergerak untuk memulai aksi gotong royong membersihkan sungai dan pantai. Aksi mereka yang peduli terhadap sampah tersebut, sukses memantik semangat dan kesadaran generasi muda di berbagai daerah di Indonesia. Mereka juga berhasil menghapus stigma tentang anak muda yang biasanya "cuek" atau tidak peduli dengan lingkungan.

"Pada dasarnya kita adalah orang-orang yang mengalami efek kerugian dari kerusakan lingkungan. Itulah yang menjadi indikator utama kit amelakukan perjuangan ini," ujar Gilang ketika Climate Talk edisi Selasa (28/11/23).

Apa Perbedaan yang Ditemukan di Denmark terkait Isu Lingkungan?

Kala mendapatkan undangan dari Kedutaan Denmark di Indonesia, hal itu dijadikan Pandawara Group sebagai kegiatan studi banding, terutama perihal alasan mengapa Denmark bisa menjadi negara terbersih di duna dan menjadi contoh dalam pengelolaan sampah.

Menurut Ikhsan, salah satu anggota Pandawara Group, Denmark memiliki kemudahan dalam mengajarkan tentang pengelolaan sampah kepada masyarakatnya sejak dini. Setiap rumah memiliki tempat pemilahan sampah, sehingga anak-anak sudah bisa membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah.

"Kegiatan ini bisa disebut sebagai studi banding. Kita bisa melihat program yang ada di Denmark yang menjadikan Denmark bisa menjadi contoh untuk pengelolaan sampah. Dengan jumlah penduduk yang sangat jauh dengan Indonesia, sekitar 5 juta penduduk Denmark, bisa dengan mudah mengajarkan sejak dini untuk membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, dan itu menjadi perbandingannya dengan Indonesia," ujar Ikhsan.

"Mungkin kalau di Indonesia hanya wilayah tertentu yang sudah melakukan pemilahan sampah dari rumah. Mungkin ada beberapa daerah di Indonesia yang belum terjangkau, dan diperlukan edukasi dan sosialisasi lebih lanjut," sambungnya.

Gilang juga menambahkan bahwa masalah utama yang terjadi di Indonesia sebenarnya adalah masalah kesadaran dari masyarakatnya. Penggunaan teknologi canggih sekalipun bila tidak ada kesadaran dari masyarakat, itu juga menjadi peer utama Pandawara Group sebagai kelompok lingkungan. Oleh karena itu, setiap gerakan peduli lingkungan harus dilakukan secara intensif dan masif agar lebih efektif.

3 dari 3 halaman

Apa Ilmu dari Studi Banding di Denmark yang Bisa Diterapkan Di Indonesia

Setelah melakukan studi banding dan memeroleh berbagai insight dari negara Denmark, terutama terkait isu lingkungan ini, tentunya Pandawara Group berharap dapat menerapkan ilmu tersebut ke Indonesia agar darurat sampah di Indonesia dapat berkurang. 

Rifky menyampaikan bahwa salah satu ilmu yang bisa diterapkan di Indonesia adalah cara bekomunikasi untuk mengedukasi masyarakat terkait isu lingkungan, terutama pengelolaan sampah.

"Salah satunya, di Denmark itu selalu menyelipkan edukasi dari manajemen sampah pada setiap event yang dilakukan. Mungkin kita bisa menerapkan cara komunikasinya, mulai dari bagaimana cara komunikasi dengan anak-anak, bagaimana cara komunikasi dengan remaja, hingga bagaimana cara komunikasi dengan orang tua perihal cara memilah sampah berdasarkan jenis-jenisnya dan mengelola sampah tersebut," kata Rifky.

"Saya tambahkan, juga bagaimana cara komunikasi yang baik dan edukasi masyarakat yang efektif dan menyesuaikan dengan usia. Setelah kita mendapatkan pandangan dari yang kita lakukan di Denmark, ternyata cara komunikasi itu tidak bisa disamaratakan. Kita akan terus bersosialisasi dan mengedukasi dari apa yang kita dapatkan di Denmark kepada masyarakat Indonesia," tambah Gilang.

Video Terkini