Sukses

Media Visit ke KLY, Accor Grup Gandeng Batik Koja Gelar Pelatihan Membatik

Accor Grup lakukan media visit ke KLY dan menggandeng Batik Koja, pada Rabu (6/12/2023). Selain menjaga hubungan baik, mereka juga memberi pelatihan batik kepada keluarga besar KapanLagi Youniverse yang dipimpin oleh Batik Koja.

Liputan6.com, Jakarta - Batik menjadi warisan budaya tak benda yang telah diakui UNESCO sejak 2009 silam. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Indonesia, tak terkecuali warga Jakarta Utara yang terus mengembangkan beragam jenis batik.

Batik Koja, sebagai produsen batik asal Jakarta Utara, bersama Accor menghadiri media visit ke KapanLagi Youniverse (KLY) pada Rabu, 6 Desember 2023, dan menggelar pelatihan batik yang diikuti oleh semua peserta media visit di KLY, Jakarta Pusat.

Owner dan desainer Batik Koja, Hamim, menjelaskan secara singkat mengenai batik yang telah ditekuninya selama bertahun-tahun. Selain menjadi seorang desainer, ia juga menegaskan diri membuka pelatihan batik di industrinya, sebagai usaha melestarikan serta mengedukasi masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap batik.

KLY yang menjadi lokasi kunjungan Accor dan Batik Koja kali ini, mendapat pelatihan batik yang diikuti oleh beberapa perwakilan dari media KLY Grup. Mulai dari Liputan6.com, Fimela, Merdeka, Kapanlagi, dan lain sebagainya.

Pelatihan dimulai dari pembekalan materi seputar batik oleh Hamim, yang kemudian dilanjut dengan pembuatan batik oleh para peserta workshop. Batik-batik yang telah digambar oleh peserta kemudian diwarnai hingga memuculkan warna dan motif beragam.

Dari pelatihan tersebut, pihak Batik Koja akan memilih sebanyak tiga karya batik paling rapi, untuk diberikan hadiah. Ketiga peserta terpilih akan mendapatkan masing-masing satu voucher yang dipersembahkan oleh Accor group.

2 dari 3 halaman

Terdapat Dua Jenis Batik, Apa Saja?

Batik memiliki dua jenis, yaitu batik pesisir dan batik pedalaman. Batik pesisir yaitu yang berasal dari industri rumahan di pesisir pantai. Contoh beberapa wilayah yang memproduksi batik pesisir di antaranya, Kalungan, Cirebon, Indramayu, Tuban, Madura, Jakarta, Banten dan Bali.

“Kalau untuk batik pesisir itu mereka memiliki karakter tersendiri, serta full color, mulai dari merah, biru, kuning, hijau, semua bisa. Terus untuk motif pun naturalis, segala hal di alam semesta bisa dipakai untuk motif, contoh flora dan fauna,” jelas Hamim, dalam talkshow media visit Accor di KLY, Rabu (6/12/2023).

Selain itu, pembatik pesisir lebih leluasa dalam menentukan motif seperti apa yang akan digambar. Biasanya para pembatik di wilayah pesisir akan menggunakan flora dan fauna sebagai referensi untuk menggambar batik.

Berbeda halnya dengan batik pedalaman, Hamim menegaskan mulai dari motif hingga warna untuk menciptakan batik, ada syarat khusus yang dipakai. Mereka hanya menggunakan empat warna dasar, seperti hitam, biru tua, cokelat, dan krem.

Motifnya pun tidak sebebas batik pesisir, mereka hanya menggambar simbol-simbol yang mencerminkan falsafah dari dua kerajaan pesisir, raja Surakarta dan Jogjakarta.

“Contohnya motif Burung, mereka menggambarnya tidak secara utuh. Misalnya hanya kepala, badan, sayap, atau ekornya saja.”

3 dari 3 halaman

Batik Pesisir dan Batik Pedalaman, Siapa yang Menentukan?

Penentu motif batik pedalaman ialah seorang raja yang memimpin saat itu. Seorang raja akan melakukan tirakat, atau semacam meditasi dalam kurun waktu selama tiga hingga empat hari. Meditasi tersebut ditujukan untuk menentukan warna dan motif batik seperti apa yang akan dikenakannya.

Dalam hal ini, biasanya seorang raja hanya akan mengenakan batik ketika menghadiri sebuah acara, seperti pesta rakyat, panen raya, pernikahan, atau acara berduka. Di zaman dahulu, hanya raja lah yang diperkenankan memakai batik, masyarakat biasa dilarang untuk mengenakannya karena dinilai sakral.

Berbeda halnya untuk seorang pembatik pesisir, mereka sangat leluasa untuk menentukan berbagai motif batik yang akan digambar. Mereka juga menghadapi percampuran budaya karena bangsa asing yang masuk di daerahnya.

Jika ditelaah lebih jeli, manusia dan batik hidup dengan cara berdampingan. Contoh sederhananya, masyarakat Jawa ketika melahirkan seorang bayi, pasti diikat menggunakan kain batik. Lalu ketika bayi tersebut tumbuh lebih besar, akan digendong menggunakan gendongan yang biasanya bermotif batik.

“Selanjutnya, batik itu juga mencerminkan ciri khas daerahnya masing-masing. Contoh, misalkan daerah tersebut berprofesi sebagai petani, tidak mungkin mereka akan membuat flora dan fauna. Pasti mereka akan menggambar motif semacam padi, bunga, dan pohon,” tutup Hamim.